Rumah Adat Palembang Beserta Ciri-ciri, Filosofi, Keunikan, dan Gambarnya

Rumah Adat Palembang beserta Ciri-ciri, Filosofi, Keunikan, dan Gambarnya – Secara umum, semua daerah di Indonesia memilki ciri khas budaya masing-masing. Termasuk di dalamnya adalah rumah adat.

Palembang adalah salah satu daerah dengan rumah adat yang khas, dan dikenal dengan nama rumah limas..

Sebelum membahas detail mengenai rumah adat limas khas Palembang. Mari kita kenali terlebih dahulu mengenai kota Palembang. Ada yang sudah tahu dimanakah Palembang berada?

Tentang Palembang

https://id.wikipedia.org/

Palembang adalah kota sekaligus ibu kota dari provinsi Sumatera Selatan. Kota Palembang memiliki kebanggaan dengan julukan Venice of the East (Venesia dari Timur) pada tahun 2005.

Penghargaan ini didapat karena letak kota Palembang yang strategis dengan aktivitas maritim. Diperkirakan, ada lebih dari seratus sungai dan percabangan anak sungai yang mengalir di kota Palembang.

Sungai Musi yang terletak di Palembang masuk dalam lima daftar sungai terpanjang di Indonesia bersama empat sungai besar lainnya seperti: Sungai Kapuas, Sungai Barito, Sungai Mahakam, dan Sungai Batanghari. Adapun panjang Sungai Musi sekitar 750 km.

Selain kekayaan di bidang maritime, Palembang juga memiliki warisan budaya berupa rumah adat limas.

Seperti namanya, rumah limas ini memiliki bentuk menyerupai bangun ruang limas, utamanya terlihat pada bagian atap dengan badan bangunan bertingkat (bergaya rumah panggung).

Konon, rumah limas ini sudah ada sejak tahun 1835 dengan yang dimiliki oleh seorang arab bernama Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Habsyi. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai ciri, filosofi, hingga keunikan dari rumah limas.

Ciri Rumah Limas Khas Palembang

Berikut adalah ciri yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi rumah limas khas Palembang:

1. Bentuk bangunan

Rumah limas memiliki bentuk bangunan bertingkat (gaya rumah panggung) dengan atas yang memiliki bentuk menyerupai bangun ruang limas.

2. Bahan Bangunan

Bangunan rumah limas didominasi dengan bahan materi dasar berupa kayu. Kayu yang digunakan untuk mendirikan bangunan ini tidak sembarangan, melainkan dengan pertimbangan karakter kayu dan kepercayaan masyarakat lokal.

3. Adanya kolong dalam bangunan

Secara mendetail, bangunan rumah limas memiliki ruang “kolong” tersendiri. Ruang ini sebagai lumbung atau penyimpanan barang. Misalnya: hasil panen, atau barang yang lain.

4. Memiliki tiang penyangga yang tinggi

Mengapa rumah limas memiliki tiang penyangga yang tinggi? Hal ini disinyalir karena faktor untuk menghindari masukanya air ke dalam rumah.

Seperti kita ketahui bahwa geografi kota Palembang lekat dengan sungai, hal ini juga menjadi motivasi desain rumah limas bergaya panggung adalah untuk menjaga rumah dari masuknya air, baik dari sungai maupun rawa.

Tiang penyangga rumah memiliki ketinggian sekitar satu setengah hingga dua meter di atas permukaan tanah. Tinggi ini menyamai tingga laki-laki dewasa.

 Sejarahnya, kayu yang dipilih adalah kayu yang unggul dan hanya tumbuh subur di daerah sekitar Kota Palembang. Berikut jenis kayu yang digunakan untuk membangun rumah limas:

  1. Kayu unglen yaitu jenis kayu yang memiliki struktur kuat dan tahan air. Dalam pembangunan rumah limas digunakan untuk membangun pondasi.
  2. Kayu seru yaitu jenis kayu yang dalam kepercayaan masyarakat lokal Palembang tidak boleh diinjak dan dilangkahi. Kayu ini termasuk kayu yang langka dan digunakan untuk membangun bagian kerangka dalam rumah limas.
  3. Kayu tembesu yaitu jenis kayu yang diyakini memiliki keunggulan dalam aspek ekonomi dan ekologi. Kayu tembesu digunakan untuk membuat dinding, jendela, lantai, hingga pintu rumah limas.

Secara garis besar, mengakarnya budaya khas Sumatera Selatan dapat dirasakan dalam ukiran, ornament pintu, hingga atap rumah limas. Komponen tersebut menggambarkan nilai dan kebudayaan masyarakat setempat.

Filosofi pada Rumah Adat Palembang

Tahukah Anda, bahwa rumah limas ini dibangun dengan berbagai pertimbangan yang menyimpan makna disetiap langkah pemilihannya? Untuk sajian lengkapnya, mari simak penjelasan berikut:

Seperti kita ketahui bahwa rumah limas memiliki bentuk bertingkat. Setiap tingkat dalam bangunan ini ada aturan yang mengiringinya.

Total ada lima tingkat dalam rumah limas. Setiap tingkat dalam rumah limas diatur menggunakan filosofi Kekijing.

Landasan dalam ilosofi Kekijing antara lain: penghuninya, yaitu usia, jenis kelamin,  bakat, pangkat, serta martabat. Berikut adalah lima filosofi sesuai dengan setiap tingkatan yang ada:

a) Pagar Tenggalung (Tingkat Pertama)

Pagar Tenggalung memiliki fungsi sebagai tempat menerima tamu saat diselenggarakannya upacara adat rumah ini berdinding pembatas dan memiliki ruang yang luas.

b) Jogan (Tingkat  Kedua)

Merupakan bagian dari rumah limas yang diperuntukkan sebagai temat berkumpul laki-laki.

c) Kekejing ketiga (Tingkat Ketiga)

Bangunan di tingkat ini memiliki lantai yang lebih tinggi dan bersekat. Tingakt ketiga merupakan ruang yang memiliki privasi.

d) Tingkat keempat

Ruang di tingkat keempat menjadi ruang khusus untuk mempersilakan orang yang dihormati dan memiliki ikatan darah dengan pemilik rumah. Mereka adalah: Datuk dan Dapunto.

e) Gegajah (Tingkat kelima)

Tingkat kelima merupakan tingkat yang paling luas. Tingkat ini dinilai istimewa sebab memiliki kedudukan yang begitu tinggi dalam keyakinan keluarga serta masyarakat.

Beberapa hal yang ada di gegajah antara lain: amben (yaitu undukan lantai untuk musyawarah), hingga keberadaan kamar pengantin jika pemilik rumah telah menikah.

Keunikan Rumah Adat Palembang

Selain ciri dan filosofi di atas, rumah adat Palembang yaitu rumah limas juga memiliki beberapa keunikan, antara lain:

  1. Adanya lawang kipas yang merupakan ornamen dari rumah limas dengan keunikan yatu ketika pintu dibuka akan membentuk langit-langit ruangan.
  2. Adanya motif simbar yang memiliki bentuk seperti tanduk dan melati di bagian atas atap. Fungsi lain dari simbar selian sebagai ornament adalah sebagai penangkal petir.
  3. Ornament melati menjadi lambang yang bermakna keagunan dan kerukunan. Simbar dua tanduk memiliki makna Adam dan Hawa, tiga tanduk bermakna matahari, bulan, dan bintang; empat tanduk melambangkan sahabat nabi; dan simbar yang memiliki lima tanduk bermakna rukun islam.
  4. Keunikan juga dapat dilihat dari arah bangunan rumah limas. Bangunan ini menghadap arah barat dan timur. Matoari Edop adalah nama bagian yang menghadap arah barat. Sedangkan Matoari Mati adalah bagian yang menghadap arah timur.
  5. Matoari Edop memiliki arti matahari terbit dengan makna lambang kehidupan baru. Sedangkan Matoari Mati memiliki arti matahari tenggelam dengan makna lambang yaitu akhir dari sebuah kehidupan.
  6. Rumah Limas dibangun tanpa menggunakan material paku
  7. Konon, rumah limas dibangun tanpa menggunakan paku sebab desain rumah limas yang bertujuan untuk mudah di bongkar pasang.

Di zaman sekarang khususnya di Palembang, rumah limas dengan paket lengkap seperti kriteria di atas cukup jarang ditemukan.

Meski demikian, bagi wisatawan atau sejarawan yang ingin melihat dan menjadi saksi atas kebudayaan ini dapat mengunjungi Museum Balaputera Dewa di Jalan Srijaya Negara I, Kota Palembang. (K-MP). Semoga bermanfaat.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta