Surat al-Maidah Ayat 48 Menjelaskan tentang Apa? Ini Isi Kandungan dan Artinya, Tulisan Arab dan Latin

Pembahasan mengenai Surat Al-Maidah ayat 48 maknanya dan artinya membantu kita mengenali bagaimana Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya dan sebagai panduan hidup yang lengkap. 

Artikel ini akan mengulas kandungan, tafsir ulama, lengkap dengan tulisan Arab, latin, serta arti dari Al-Maidah ayat 48. Simak sampai selesai ya! 📝

Surat Al-Maidah Ayat 48 Arab, Latin, dan Terjemahan

unsplash.com/@ayeshafirdaus

Arab:

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Arab Latin:

Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan ‘alaihi faḥkum bainahum bimā anzalallāhu wa lā tattabi’ ahwā`ahum ‘ammā jā`aka minal-ḥaqq, likullin ja’alnā mingkum syir’ataw wa min-hājā, walau syā`allāhu laja’alakum ummataw wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum fastabiqul-khairāt, ilallāhi marji’ukum jamī’an fa yunabbi`ukum bimā kuntum fīhi takhtalifụn

Terjemahan: 

Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur`an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang di turunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.

Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah di berikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.

Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan. (QS. Al-Maidah: 48)

Surat Al-Maidah Ayat 48 Menjelaskan tentang Apa?

Surat Al-Maidah ayat 48 menjelaskan bahwa Al-Qur’an datang untuk menyempurnakan syariat yang telah turun terlebih dahulu di kitab-kitab sebelumnya. 

Artinya, Al-Qur’an turun untuk menyempurnakan ajaran dari kitab sebelumnya serta menjadi pedoman paling lengkap untuk umat manusia.

Ayat ini juga menjelaskan bahwa setiap umat memiliki syariat dan aturan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan zamannya. 

Lalu bagaimana cara beriman pada kitab-kitab sebelum Al-Qur’an? Apakah berarti kitab Taurat dan Injil itu salah?

Tentu tidak, kita cukup meyakini bahwa Allah menurunkan kitab-kitab tersebut, tapi tidak perlu meyakini isi dan syariat yang terkandung di dalamnya. Hal ini karena Al-Qur’an telah menyempurnakan kitab sebelumnya.

Selain itu, kandungan ayat ini menekankan perintah agar manusia berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqūl-khairāt). 

Allah memberi sinyal kuat bahwa fokus utama manusia seharusnya bukan memperdebatkan perbedaan, melainkan memperbanyak amal baik, memperkuat akhlak, serta menciptakan harmoni sosial. 

Ayat ini juga memberikan pengingat bahwa semua perselisihan dan perkara besar akan dikembalikan kepada Allah pada hari kiamat, dan hanya Dialah yang berhak mengadili dengan seadil-adilnya.

Makna dan Kandungan Surat Al-Maidah Ayat 48

Makna dan kandungan Surat Al-Maidah ayat 48 mencakup pesan mendalam tentang peran Al-Qur’an, keadilan, perbedaan syariat, hingga panggilan untuk berbuat baik.

1. Al-Qur’an sebagai Pembenar dan Penyempurna Kitab Sebelumnya

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan membawa kebenaran sekaligus menjadi penyempurna bagi Taurat, Injil, dan kitab-kitab sebelumnya. 

Al-Qur’an hadir tidak hanya melanjutkan ajaran, tetapi juga meluruskan penyimpangan yang terjadi dan menjadi pedoman paling lengkap bagi umat manusia hingga akhir zaman.

2. Setiap Umat Memiliki Syariat yang Berbeda

Allah menjelaskan bahwa syariat setiap umat tidaklah sama. Adanya perbedaan aturan, hukum, dan tuntunan disesuaikan dengan kondisi zaman dan kebutuhan umat masing-masing. 

Hal ini menunjukkan bahwa Allah Maha Bijaksana dalam menetapkan hukum dan tidak membebani manusia di luar kemampuan mereka.

3. Perintah untuk Berlomba-lomba dalam Kebaikan (Fastabiqul Khairat)

Salah satu pesan yang terkandung dalam ayat ini adalah ajakan untuk memperbanyak amal baik. Fokus utama seorang hamba haruslah bersaing dalam kebaikan, meningkatkan kualitas akhlak, dan memberikan manfaat bagi orang lain. 

5. Allah sebagai Hakim atas Segala Perselisihan

Pada penutup ayat, Allah menegaskan bahwa semua perselisihan dan perkara antarumat manusia akan kembali kepada-Nya. 

Hanya Allah yang mengetahui segala hal, dan hanya Dia yang akan menghakimi dengan seadil-adilnya. 

Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 48 Menurut Para Ulama

Agar dapat memahami kandungan isi Al-Qur’an, kita perlu merujuk kepada tafsir ulama. 

Dengan melihat penafsiran dari berbagai sumber, kita bisa mengetahui konteks ayat, pesan inti, serta cakupan hukum yang dikandungnya. 

Ada tiga tafsir populer dan sering digunakan oleh umat yaitu Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Muyassar, dan Tafsir Jalalain. 

1. Tafsir Ibnu Katsir 

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini dijelaskan sebagai penegasan Allah bahwa Al-Qur’an diturunkan sebagai kitab yang benar, membenarkan wahyu terdahulu, dan sekaligus menjadi muhaymin atau pengawas. 

Istilah muhaymin di sini berarti bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai saksi, penjaga, serta pembeda antara ajaran yang masih murni dan ajaran yang telah mengalami perubahan. 

Karena itu, umat Islam diwajibkan menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan hukum tertinggi yang mengungguli keputusan manusia mana pun.

Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa syariat-syariat sebelumnya berbeda karena Allah menyesuaikannya dengan kondisi masing-masing umat. 

Perbedaan itu bukanlah kontradiksi, melainkan bentuk kasih sayang Allah yang memberikan aturan sesuai kebutuhan zaman. 

Selain itu, ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad untuk menetapkan hukum berdasarkan apa yang Allah turunkan tanpa terpengaruh oleh keinginan orang-orang Yahudi atau Nasrani, yang sering kali ingin menyimpangkan hukum demi kepentingan mereka.

Selanjutnya, Ibnu Katsir menyoroti perintah Allah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, sebagai inti ajaran Islam. 

Allah juga menegaskan bahwa semua perselisihan di dunia akan diselesaikan pada hari kiamat. Hal ini menunjukkan keadilan Allah, sekaligus pengingat bagi manusia agar tidak sombong dalam menilai kebenaran.

2. Tafsir Al-Muyassar 

Tafsir Al-Muyassar memberikan penjelasan bahwa Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai kitab yang mengandung kebenaran mutlak. 

Al-Qur’an membenarkan bagian-bagian dari Taurat dan Injil yang masih sesuai dengan wahyu asli, sekaligus meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan. 

Oleh karena itu, Nabi Muhammad diwajibkan mengadili suatu perkara hanya berdasarkan hukum yang Allah turunkan, tanpa mengikuti hawa nafsu orang-orang yang menginginkan hukum berpihak pada mereka.

Pada bagian frasa “Fastabiqūl-khairāt”, tafsir ini menitikberatkan pada pentingnya bersegera dalam kebaikan. Alih-alih memperdebatkan perbedaan, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk fokus memperbanyak amal saleh. 

Di akhir ayat, disebutkan bahwa semua perselisihan akan dikembalikan kepada Allah pada hari kiamat. Maksudnya adalah menunjukkan bahwa hanya Allah yang mengetahui seluruh kebenaran dan akan memberikan keputusan paling adil.

3. Tafsir Jalalain 

Dalam Tafsir Jalalain, ayat ini dijelaskan secara mendetail dan langsung pada kata-kata penting yang terdapat dalam teks. 

Tafsir Jalalain memaknai kata “muhayminan ‘alaihi” sebagai penjaga, saksi, dan pembenar atas kitab-kitab sebelumnya. 

Dengan demikian, Al-Qur’an menjadi standar kebenaran yang final, sehingga umat Islam harus mengikutinya dalam seluruh aspek kehidupan.

Lalu, terdapat pula penegasan bahwa Allah memberi syariat berbeda kepada setiap umat bukan karena perubahan sifat Allah, tetapi sebagai bagian dari ketetapan yang dipenuhi hikmah. 

Setiap umat memiliki aturan dan jalan hidup yang sesuai untuk mereka. Perbedaan syariat tersebut merupakan bukti kebijaksanaan Allah, sekaligus ujian bagi manusia: apakah mereka tetap berpegang pada kebenaran atau terjerumus dalam hawa nafsu.

Lebih lanjut, Tafsir Jalalain menggarisbawahi perintah Allah untuk berlomba dalam kebaikan. Yang disebut ibadah bukan hanya belajar tentang ilmu dan hukum Islam saja tapi juga menerapkannya dengan sungguh-sungguh. 

Ayat ini juga memperingatkan bahwa pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan seluruh manusia dan memutuskan segala perselisihan yang ada di antara mereka dengan adil. 

Oleh karena itu, ayat ini adalah pengingat bahwa manusia tidak boleh merasa paling dirinya yang benar, karena hanya Allah yang mengetahui seluruh rahasia dan kebenaran yang tersembunyi.

Relevansi Surat Al-Maidah Ayat 48 dalam Kehidupan Modern 

Lalu bagaimana kita menerapkan esensi dari Surat Al-Maidah ayat 48 maknanya dan artinya? 

1. Al-Qur’an sebagai Standar Kebenaran yang Tetap

Istilah atau kata “muhaymin” menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah rujukan tertinggi yang meluruskan penyimpangan dan memberi arah yang benar. 

Di era modern dimana nilai moral seringkali bergeser karena hawa nafsu manusia, maka kita harus kembali ke Al-Qur’an sebagai acuan pasti dalam menentukan mana yang benar dan bermanfaat.

2. Motivasi untuk Berlomba-lomba dalam Kebaikan

Perintah “fastabiqūl-khairāt” sangat relevan dengan gaya hidup hari ini yang penuh persaingan duniawi. Siapa yang lebih banyak hartanya, siapa yang lebih banyak pencapaian kariernya, hingga membuat orang-orang silau dengan kapitalisme.

Ayat ini mengingatkan bahwa persaingan dalam duniawi tidak akan pernah ada habisnya dan membuat manusia lalai dari hakikat keberadaan dirinya sebagai hamba.

Satu-satunya kompetisi atau persaingan yang diakui oleh Allah adalah bersaing dalam hal kebaikan dan kebenaran. Bagaimana kita bisa beramal shalih dan bermanfaat di tengah masyarakat.  

Salah satunya perbanyak baca Al-Qur’an sekaligus memahami terjemahannya di setiap kesempatan. Apalagi dengan kemajuan teknologi, sangat mudah untuk download aplikasi AL-Qur’an dan terjemahannya gratis hanya dari HP saja.

3. Sikap Bijak dalam Menyikapi Perselisihan

Ayat ini mengingatkan bahwa Allah-lah yang pada akhirnya memutuskan segala perkara. Di era media sosial yang memicu perdebatan tak berkesudahan, kiranya ayat ini bisa menjadi reminder diri kita untuk bersikap bijak dan mengembalikan semuanya sesuai aturan Allah.

Surat Al-Maidah ayat 48 maknanya dan artinya berisi pelajaran tentang kesempurnaan Al-Qur’an, kebijaksanaan Allah dalam menciptakan perbedaan, dan ajakan untuk berlomba dalam kebaikan. 

Semoga kita bisa menerapkan Surat Al-Maidah ayat 48 ini dalam kehidupan sehari-hari kita ya! 🤲

Referensi:


Klik dan dapatkan info kost di dekatmu:

Kost Jogja Murah

Kost Jakarta Murah

Kost Bandung Murah

Kost Denpasar Bali Murah

Kost Surabaya Murah

Kost Semarang Murah

Kost Malang Murah

Kost Solo Murah

Kost Bekasi Murah

Kost Medan Murah