6 Tulisan Aksara Lampung Beserta Cara Penulisan dan Contoh Kalimatnya

6 Tulisan Aksara Lampung Beserta Cara Penulisan dan Contoh Kalimatnya – Selain terkenal memiliki banyak bahasa daerah. Indonesia juga terkenal memiliki banyak sekali aksara daerah yang hingga sekarang masih dipertahankan pemiliknya.

Salah satu aksara daerah yang ada di Indonesia dan masih lestari hingga sekarang adalah aksara Lampung.

Tentang Aksara Lampung

https://etnis.id/

Hingga sekarang tidak ada yang tahu secara pasti kapan pertama kali aksara Lampung ini digunakan sebagai bahasa tulis masyarakat Lampung.

Namun, menurut penelitian dan berdasarkan penemuan naskah tertua yang ditulis dengan menggunakan aksara Lampung.

Sebuah dugaan menyatakan aksara Lampung mulai eksis dipergunakan sejak abad ke-17 M hingga abad ke-20 M.

Seiring dengan perjalanan waktu peran aksara Lampung mengalami nasib yang sama dengan aksara daerah di Indonesia yang keberadaannya mulai tergantikan dengan aksara latin.

Meski demikian aksara Lampung yang menurut beberapa pakar adalah turunan dari aksara brahmi dengan perantara aksara Kami ini masih diajarkan di beberapa sekolah di Lampung.

Aksara Lampung sendiri merupakan sebuah sistem tulisan abugida yang tersusun dari tiga macam unsur yakni kelabai surat sebanyak 19 aksara dasar, benah surat sebanyak 12 diakritik, dan tanda baca.

Seperti aksara Brahmi pada umumnya semua setiap konsonan pada aksara Lampung merepresentasikan satu suku kata dengan bunyi vokal inheren /a/ atau /ɔ/ yang bisa diubah dengan memberikan diakritik tertentu.

Rumpun Aksara Lampung

Untuk arah penulisannya sendiri, aksara lampung ditulis dari arah kiri ke kanan. Aksara Lampung ini ada yang berpendapat bahwa masih termasuk rumpun yang sama dengan aksara hulu (Surat Ulu).

Alasan yang membuat keduanya dianggap satu rumpun adalah karena memiliki kemiripan dalam bentuk aksaranya.

Ciri yang menonjol dari kedua rumpun ini adalah memiliki huruf yang bentuknya goretan patah-patah agak melengkung dan tidak mempunyai pasangan.

Bentuk kedua rumpun aksara ini bisa dikatakan lebih sederhana apabila dibandingkan dengan rumpun turun huruf brahmi lainnya seperti aksara Bali dan aksara Jawa.

Aksara Lampung sering disebut dengan Had Lampung. Penulisan Had Lampung mendapat pengaruh besar dari aksara Pallawa dan huruf Arab.

Jika dilihat bentuknya, Had Lampung disinyalir memiliki hubungan kekerabatan yang dengan aksara rejang, aksara rencong, aksara sunda, aksara bengkulu dan aksara lontara.

Had Lampung sendiri terdiri atas gugus konsonan, anak huruf, huruf ganda, anak huruf ganda, dan huruf induk.

Beberapa orang menyebut Had Lampung dengan sebutan Kaganga yang menulis dan membacanya dari kiri ke kanan. Sekedar informasi tambahan untukmu bahwa Had Lampung ini memiliki huruf induk sebanyak 20 buah.

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman telah membuat Had Lampung mengalami banyak perubahan.

Sejumlah peneliti menyatakan bahwa Had Lampung Kuno sangat jauh lebih komplek dibandingkan dengan sekarang.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya sejumlah penyempurnaan. Dan aksara Had Lampung yang dikenal dan diajarkan di sekolah-sekolah merupakan hasil Had Lampung yang telah mengalami banyak penyempurnaan.

Pencarian asal-usul dan kesejarahan mengenai Had Lampung hingga kini masih terus dilakukan oleh para ahli.

Hingga kini dugaan mengenai asal-usul aksara Lampung terus bermunculan. Ada beberapa peneliti yang memiliki perkiraan bahwa Had Lampung ini untuk pertama kalinya berkembang di daerah yang letaknya dekat dengan Sungai Komering.

Dasar yang menjadi dugaan ini adalah mayoritas penduduk yang mendiami daerah tersebut masih melestarikan bahasa Komering dalam percakapan sehari-hari.

Saking menariknya aksara Lampung membuat bukan hanya peneliti tanah air saja yang melakukan penelitian terhadap Had Lampung.

Banyak peneliti asing yang melakukan penelitian terhadap aksara Lampung. Salah satu peneliti asing yang melakukan penelitian terhadap aksara Lampung ini adalah William Marsden yang merupakan seorang Orientalis kelahiran Irlandia.

Bukunya yang berjudul History of Sumatera yang dicetak pada tahun 1784 menuliskan tentang deskripsi dan tabel aksara Lampung.

Catatan akan hal ini menjadikan William Marsden menjadi orang asing pertama yang melakukan pengamatan dan penelitian terhadap aksara Lampung.

Sayangnya, yang dicatat oleh William Marsden ini dianggap tidak begitu lengkap. Sehingga bukunya itu tidak terlalu banyak menguak tentang sastra, bahasa dan aksara Lampung.

Sejak keluarnya buku tersebut penelitian terhadap aksara Lampung seolah terhenti sebentar. Dan barulah pada pertengahan abad ke-19 seorang Penginjil Belanda yang juga seorang ahli bahasa kembali melakukan penelitian terhadap aksara Lampung.

Ahli bahasa yang juga seorang penginjil ini bernama Herman Neubronner van der Tuuk tiba di Pelabuhan Telukbetung.

Beberapa saat kemudian ia melakukan penelitian di sebuah desa bernama desa Leban dengan cara tinggal langsung di sana.

Herman Neubronner van der Tuuk sempat tinggal di desa itu hingga beberapa tahun. Banyak informasi yang telah dikumpulkannya. Salah satunya adalah tradisi lisan dan tradisi tulis yang dimiliki masyarakat Lampung.

Seperti kebanyakan naskah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Di masa lalu aksara Lampung atau Had Lampung banyak yang dituliskan dalam kulit kayu, bambu, daun, kertas dan tanduk binatang.

Sejumlah naskah beraksara Lampung yang telah ditemukan memiliki ukuran dan jenis yang sangat bervariasi.

Penggunaan kertas untuk menuliskan aksara Lampung baru dilakukan pada abad ke-19 M. Di masa ini kertas dapat dikatakan sebagai suatu barang yang mahal.

Hanya orang-orang berada yang mempu membeli dan menggunakannya untuk menulis. Sementara untuk rakyat dari kalangan biasa mereka masih menggunakan cara seperti yang dilakukan leluhurnya yakni menulis dengan menggunakan media kulit kayu, rotan, tanduk, bambu dan lain.

Saat masa pra-kemerdekaan masih banyak masyarakat Lampung yang menguasai budaya tulis dengan menggunakan aksara Lampung.

Sayangnya, setelah memasuki masa kemerdekaan tradisi tulis dengan menggunakan aksara Lampung mulai ditinggalkan.

Apalagi semenjak setelah Indonesia merdeka huruf latin semakin masif disebarluaskan dalam segala bidang. Hal ini berimbas kepada nasib aksara daerah yang semakin ditinggalkan oleh pemiliknya.

Berdasarkan sejumlah naskah yang telah ditemukan di masa lalu aksara lampung bukan hanya digunakan untuk menuliskan kitab-kitab tentang sastra dan ajaran tentang agama saja.

Melainkan ada pula beberapa naskah yang ditulis berisi pengobatan tradisional, mantra-mantra pengasihan dan pengobatan serta sejumlah syair tentang percintaan yang dikenal dengan hiwang atau bandung.

Tulisan Aksara Lampung

Aksara dasar Tulisan Aksara Lampung

Aksara dasar atau yang juga disebut kelabai surat pada aksara Lampung adalah representasi dari satu suku kata dengan bunyi vokal inheren /a/, /ə/, atau /ɔ/ [c]

Terdapat 20 aksara dasar dalam aksara Lampung, contohnya adalah :

http://smpn7ktb.sch.id/

Diakritik pada Tulisan Aksara Lampung

Diakritik atau yang juga disebut dengan benah surat merupakan sebuah yang melekat pada aksara utama.

Fungsinya adalah untuk mengubah vokal inheren aksara utama yang saling berkaitan dan dapat pula dipakai untuk menutup suatu suku kata dengan memakai konsonan. Aksara Lampung memiliki tanda diakritik sebanyak 12 yaitu:

Angka pada Tulisan Aksara Lampung

Untuk angkanya sendiri, aksara Lampung tidak memilikinya. Biasanya untuk menuliskan angka dilakukan dengan meminjam angka dari aksara Arab.

Tanda Baca Tulisan Aksara Lampung

Pada awalnya aksara Lampung hanya memiliki 2 tanda baca yakni bulatan matahari dan bulan.

Keduanya memiliki fungsi sebagai tanda bermula dan berakhirnya paragraf/teks.

https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Lampung

Berikut Contoh Tulisan Aksara Lampung

https://wikimedia.org/

Alih Aksara

Wat sai raja di pekon Bardat,

Gelarni Raja Harunarrasit,

Marisat anakni ruwa,

Sai bebai sai bakas.

Gelarni sai bakas Manap,

Gelarni sai bebai Poteri Jar Manigam.

Terjemahan

Pernah ada seorang raja di Pekon (Kerajaan) Baghdad,

yang bernama Raja Harun ar-Rasyid,

yang memiliki dua orang anak,

seorang putri dan seorang putra.

Anak laki-laki bernama Manaf,

anak perempuan bernama Putri Jar Manigam.

Demikianlah contoh tulisan aksara Lampung dan cara penulisannya. Semoga melalui artikel ini dapat menambah wawasanmu mengenai aksara tradisional yang ada di Nusantara


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta