7 Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen Beserta Penjelasannya Dalam Mapel SMA Kelas 11
7 Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen Beserta Penjelasannya Dalam Mapel SMA Kelas 11 – Dalam penulisan sebuah Cerita Pendek (Cerpen) terdapat unsur-unsur yang tersusun di dalamnya, yakni Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik.
Bagi kalian yang duduk di kelas 11 SMA pasti tidak asing dengan Mata Pelajaran (Mapel) tersebut.
Nah, kedua unsur cerpen tersebut memiliki komponen dan terbagi menjadi beberapa bagian di setiap unsurnya.
Sebelum membahas lebih jauh tentang unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik, yuk simak dulu penjelasan terkait apa itu Cerita Pendek atau Cerpen!
Pengertian Cerpen
Daftar Isi
Daftar Isi
Cerpen merupakan singkatan dari Cerita Pendek yang bersifat fiksi dan banyak ditemui dalam karya sastra kepenulisan berbentuk prosa, baik itu di majalah, koran, buku mata pelajaran sekolah, bahkan dengan mudah dapat ditemui di internet berupa kumpulan cerpen dalam e-book.
Dalam setiap penulisan cerpen yang ringkas dan jelas, jumlah karakter biasanya tidak lebih dari 10.000 kata. Biasanya jumlah kata dalam cerpen berkisar antara 500 – 30.000 kata.
Serta, mengandung komponen atau unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membangun cerita. Terdapat 7 unsur-unsur intrinsik yang antara lain, meliputi:
- Tema
- Tokoh atau penokohan
- Alur atau plot cerita
- Latar
- Gaya bahasa
- Sudut pandang
- Amanat atau pesan yang terkandung
Sedangkan, unsur ekstrinsik yaitu:
- Latar belakang sosial masyarakat
- Latar belakang penulis
- Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen, dsb
7 Unsur Intrinsik Dalam Cerpen dan Penjelasannya
Untuk membangun sebuah cerpen yang baik, diperlukan juga kemampuan yang bagus dalam menulis dan memahami cerita.
Dalam cerpen, pemahaman tentang unsur-unsur intrinsik sangat penting.
Unsur intrinsik adalah unsur yang terkandung untuk membangun sebuah cerita yang sifatnya dari dalam.
Terdapat 7 unsur-unsur intrinsik cerpen, berikut penjelasannya:
1. Tema
Sebelum menulis cerpen, hal pertama yang perlu dilakukan yaitu menentukan tema apa yang ingin dibuat. Tema adalah ide atau gagasan pokok cerita yang menjadi pembahasan spesifik, serta melatarbelakangi inti dari keseluruhan cerita pendek.
Tema bisa ditemukan berdasarkan pandangan penulis, referensi lingkungan sekitar, ataupun cerita yang menjadi sumber inspirasi dari penulis atau pengarang.
Contoh tema dalam sebuah cerpen, seperti:
- Kehidupan seorang anak tiri
- Kisah hidup seorang gadis malang
- Cerita kesuksesan hidup seorang yatim piatu, dsb
Nilai–nilai yang terkandung dalam tema juga bisa beragam, seperti nilai budaya, sosial, moral, nilai agama, dan sebagainya.
2. Tokoh atau Penokohan
Dalam cerpen tentunya ada karakter yang menjadi tokoh dalam cerita. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran yang sangat penting untuk memperkuat alur cerpen dan membuat cerita menjadi lebih menarik.
Proses dalam menciptakan karakter atau citra sebuah tokoh dalam cerpen disebut penokohan, yang biasa dikenal sebagai tokoh yang antagonis, protagonis, tritagonis, dan tokoh figuran.
Melalui penggambaran dan perilaku tokoh tersebut, maka cerita dapat menjadi lebih dramatis dan menarik untuk dibaca.
3. Alur atau Plot
Menurut KBBI, Plot adalah alur atau jalan cerita dari awal, tengah, hingga akhir sebuah cerita.
Jalan cerita sebuah cerpen harus menarik dan tidak berbelit-belit, sehingga pembaca dapat memahami alur cerita dengan mudah dan tidak merasa bosan.
Oleh karena itu, terkadang ada cerita yang dibuat menjadi plot twist sehingga menyuguhkan alur cerita yang tidak diduga-duga atau bahkan memberikan efek kejutan bagi orang yang menikmati karya tersebut.
4. Latar
Unsur intrinsik selanjutnya yaitu latar atau yang biasa dikenal dengan setting, yang mencakup tempat, waktu, suasana atau peristiwa yang digambarkan dalam cerpen.
Seperti setting tempat di rumah ibadah, di pinggir jalan, di rumah makan, di pinggir laut, dll. Sedangkan, latar waktu meliputi:
- Pagi hari yang cerah
- Sore hari menjelang maghrib
- Tengah malam yang sunyi, dll
Latar atau setting juga merupakan unsur pendukung yang dapat memperkuat jalan cerita yang ditulis.
5. Gaya Bahasa
Dialog, naskah atau percakapan dalam cerita memiliki style atau gaya bahasa yang berbeda-beda, tergantung dari tema atau kategori cerpen yang ditulis.
Gaya bahasa memiliki beberapa jenis, antara lain:
- Personifikasi = Pengumpamaan benda mati sebagai manusia (Wajahmu bersinar bagai rembulan)
- Metafora = Perbandingan kata yang bukan sebagai arti sebenarnya (Tulang punggung, murah tangan, murah senyum, dll)
- Hiperbola = Suatu ucapan atau gambaran yang melebih-lebihkan suatu kondisi (Gedung pencakar langit, menangis darah, dll)
- Litotes = Gaya bahasa yang bertujuan untuk merendah (“Maaf hidangannya hanya segini, silakan dinikmati ala kadarnya”, “Bantuan ini tidak seberapa, tolong diterima”, dsb)
- Simile = Menggambarkan suatu kondisi dengan membandingkan satu hal dengan hal lainnya dalam satu kalimat (Kasih sayang ibu ibarat sedalam lautan, Wajahnya merona layaknya bunga mawar yang elok, dsb)
Fungsi dari gaya bahasa sendiri yaitu untuk membuat cerita dalam cerpen terasa lebih nyata (real) dan menarik pembaca, serta mempertegas gagasan dalam cerita pendek.
Gaya bahasa juga kadang dikenal dengan sebutan majas atau kiasan.
6. Sudut Pandang
Selanjutnya yaitu Sudut Pandang atau Point of View, yang berupa Orang Pertama, Orang Kedua, atau Orang Ketiga. Terkadang seorang penulis juga menggambarkan Sudut Pandang orang lain diluar cerita.
Tujuan dari Sudut Pandang yaitu untuk memudahkan pesan yang ditulis agar tersampaikan ke pembaca atau penikmat karyanya.
7. Amanat atau Pesan
Unsur intrinsik yang terakhir ini yaitu Amanat atau Pesan yang ingin disampaikan penulis dalam cerita pendek yang dibuat.
Amanat ini berupa pesan moral atau nasihat baik yang bisa didapatkan setelah pembaca selesai membaca sebuah cerita.
Unsur-Unsur Ekstrinsik Cerpen dan Penjelasannya
Setelah membahas mengenai Unsur Intrinsik, kini mari kita bahas mengenai Unsur Ekstrinsik yang terdapat dalam cerita pendek.
Jika unsur intrinsik adalah unsur yang terkandung dan mampu membangun cerita dari dalam, maka unsur ekstrinsik yaitu unsur dari luar yang juga mampu mendukung dan mempengaruhi sebuah cerita pendek, melalui nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh penulis.
Banyak sekali hal-hal dari luar yang mampu menjadi unsur ekstrinsik dalam cerpen, seperti berikut ini:
1. Latar Belakang Masyarakat
Unsur ekstrinsik yang ini menggambarkan suatu kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi pengarang atau penulis cerpen dalam membuat karya.
Latar belakang masyarakat ini bisa berupa kondisi ekonomi, kondisi sosial, situasi politik, dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut bisa mempengaruhi nilai-nilai dari cerita pendek yang bisa tergambarkan dalam sebuah karya.
2. Latar Belakang Penulis
Latar belakang dari seorang penulis cukup besar pengaruhnya dalam sebuah karya, termasuk cerpen. Hal-hal yang dapat melatarbelakanginya antara lain seperti:
- Kondisi psikologis penulis
- Pandangan politik tertentu
- Kondisi lingkungan
- Gaya penulisan atau aliran karya sastra yang dianut penulis
- Riwayat hidup atau biografi penulis, dsb
3. Nilai-nilai Dalam Cerpen
Sebuah cerita dalam karya sastra tentunya memiliki nilai yang hendak disampaikan oleh penulisnya, nilai tersebut merupakan unsur ekstrinsik yang terkandung dalam cerpen.
Nilai-nilai yang dimaksud, antara lain:
- Nilai agama
- Nilai budaya
- Nilai moral
- Nilai sosial, dsb
Kenapa Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sangat Penting
Untuk menghasilkan sebuah karya cerpen yang baik, seorang penulis harus memperhatikan dengan cermat kandungan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam cerpen tersebut.
Sebuah cerita yang berhasil memukau pembaca tidak lepas dari kesuksesan penulisnya dalam membangun cerita.
Kedua unsur tersebut harus mendukung satu sama lain, agar mampu mempengaruhi dan menciptakan sebuah karya atau cerpen yang menarik.
Dengan adanya kedua unsur tersebut, maka setiap pesan dan jalan cerita dapat mudah dipahami oleh pembaca.
Sebuah cerita tidak dapat tercipta dengan sendirinya tanpa unsur dari dalam (intrinsik), begitupun sebuah cerita yang tidak memiliki unsur pendukung ibarat masakan tanpa garam.
Unsur ekstrinsik mampu menjadi “bumbu” yang menjadikan cerita atau cerpen lebih menarik perhatian dan tidak membosankan untuk dinikmati.
Contoh Cerpen SMA Kelas 11
Menulis cerita pendek sering dijumpai dalam tugas mapel Bahasa Indonesia untuk tingkat SMA kelas 11.
Jika kamu masih bingung seperti apa contoh cerpen yang baik, berikut ini Mamikos berikan referensi contoh cerpen karya penulis Sapardi Djoko Damono:
Contoh Cerpen 1
Aku sedang bertugas meliput peperangan yang terjadi di negeri sahabat. Tak usah diberitakan bahwa penyebabnya adalah kemauan yang punya kuasa untuk ikut campur urusan rumah tangga orang lain.
Tapi aku tidak mau memasalahkannya sekarang ini, tugasku jauh lebih luhur dari pertanyaan filsafat atau politik yang susah menjawabnya.
Aku aman, berada di daerah pihak yang menang saat ini. Beberapa tahanan dibariskan siang itu, disuruh (maksudnya disiksa) macam-macam, dan akhirnya salah seorang lelaki yang pakaiannya kumal dan pakai caping–mungkin ia petani–disuruh maju ke depan.
Seorang serdadu mendekatinya, mengacungkan pistol, menempelkan moncong senjata itu tepat di pelipis si petani, dan dor!
Aku tidak bisa berbuat lain kecali menekan tombol kamera yang sudah sejak tadi aku siapkan, juga untuk menembak.
Tidak ada yang mempersoalkan kenapa aku tidak menolong petani itu, dan malah ambil gambarnya.
Si korban roboh. Semua sudah terekam dalam kameraku. Aku setengah tak percaya ketika menyaksikan tubuh yang roboh itu perlahan-lahan naik seperti terangkat angin, ringan sekali, semakin tinggi, semakin tinggi.
Namun, aku saksikan nyawanya masih tegak bergeming di tanah. Aku melihatnya jelas.
Aku keheranan, tentu saja. Seorang serdadu mendekatiku dan dengan tenang berkata, “Bung kan wartawan, jangan suka heran begitu, dong. Setiap kali ada pembangkang mati ya begitu. Tenang saja, lama-lama Bung juga terbiasa.”
Aku tengok ke arah suara itu. Aku tak boleh kaget ketika melihat tampang serdadu itu persis redpel majalahku. (Cerpen “Dalam Tugas”, Karya: Sapardi Djoko Damono)
Contoh Cerpen 2
Yang paling aku nikmati ketika naik Garuda adalah membayangkan diriku sebagai dewa yang ke mana-mana berkendaraan burung perkasa itu.
Tapi ada hal lain, yang paling kukhawatirkan adalah kalau di ketinggian sekian puluh kilometer mendadak mesinnya mati dan kami rame-rame nyangsang di hutan atau nyemplung di laut.
Jadi, supaya merasa tenang, begitu menginjak anak tangga paling bawah aku buru-buru berdoa seingatku saja mengikhlaskan seluruhnya: tubuh, nyawa, dan kenangan yang ada dalam benakku.
Yang paling aku benci ketika naik Garuda adalah kalau kebetulan di dekat jendela sebelahku duduk seorang laki-laki tua, sendirian saja, yang begitu duduk langsung ngorok.
Tawaran permen, minuman, dan roti oleh pramugari (yang susah-susah kerja melalui seleksi) sama sekali tak dipedulikannya.
Mungkin tak dirasakannya juga ketika Garudaku menembus cuaca buruk atau disedot udara kosong. Mungkin ia juga tidak berdoa ketika penumpang lain ndremimil setelah mengeluarkan kitab saku yang isinya doa.
Dan yang bikin aku kapok adalah ketika lelaki tua di sampingku itu tidak lagi terdengar ngorok, dan ketika Garudaku sudah mendarat dan ketika kami berebut bangkit mengambil barang bawaan ia tetap tak beranjak dari tempat duduknya.
Tampaknya ia sudah bebas dari ikatan dunia, tak mempedulikan kami lagi.
Sejak itu aku benar-benar kapok naik Garuda.
“Tapi, Bapak mau naik apa, hayo?” tanya orang kantor yang suka membelikan tiket.
(Cerpen “Naik Garuda”, karya Sapardi Djoko Damono)
Nah itulah pembahasan tentang 7 unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang sering ditemui dalam mapel Bahasa Indonesia tingkat SMA kelas 11, serta contoh cerpen yang bisa kalian jadikan referensi.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: