Biografi Sunan Kalijaga Singkat dari Masa Hidup Hingga Wafat beserta Silsilahnya

Biografi Sunan Kalijaga Singkat dari Masa Hidup Hingga Wafat beserta Silsilahnya — Sunan Kalijaga merupakan satu dari 9 Wali Songo yang berjasa dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa

Kisah mengenai Wali Songo sudah terkenal bahkan seantero Nusantara. Para sufi ini berjasa dalam menyebarkan agama Islam, khususnya di Pulau Jawa.

Berikut Mamikos rangkum kisah beliau dalam biografi Sunan Kalijaga, salah satu Sunan yang terkenal akan cara penyampaian dakwahnya yang berbeda dengan Sunan lainnya. Yuk, baca biografi lengkapnya!

Berikut Biografi Sunan Kalijaga

Kompas.com

Teks biografi adalah jenis teks yang menceritakan kehidupan seseorang secara rinci dan kronologis. Tujuan utama dari teks biografi adalah untuk menggambarkan sejarah hidup dan pengalaman seseorang.

Teks biografi Sunan Kalijaga nantinya dapat membantu pembaca memahami riwayat hidup, silsilah, karya, dan kontribusi beliau dalam berbagai bidang kehidupan.

Kelahiran

Pembahasan biografi Sunan Kalijaga yang pertama akan memuat soal kelahirannya.

Menurut buku biografi Sunan Kalijaga dan Mitos Masjid Agung Demak karya Dr. Fairuz Sabiq, M.S.I, sejarah kelahiran Sunan Kalijaga sebenarnya belum diketahui secara jelas sebab terdapat beberapa pendapat.

Pendapat pertama menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Tiongkok jika berdasarkan catatan Klenteng Sam Poo Kong di Semarang yang ditemukan Residen Poortman tahun 1928.

Pendapat ini menyebutkan nama asli Sunan Kalijaga sebagai Oe Sam Ik yang merupakan anak dari Bupati Tuban yang memiliki nama asli Oei Tik Too dan dikenal sebagai Wilotikto.

Pendapat kedua menyatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan pemuda keturunan Arab bernama asli Qadi Zaka yang berarti hakim atau penghulu suci.

Sunan Kalijaga merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW yang ke-24 sesuai yang tercantum dalam literatur Babad Tuban.

Pendapat ketiga menyatakan bahwa Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Mas Syahid atau Raden Said merupakan keturunan pribumi asli yang memiliki darah keturunan Jawa.

Sunan Kalijaga merupakan putra dari seorang Bupati Tuban, yaitu Tumenggung Wilatikta.

Pada awalnya, leluhur mereka beragama Syiwa, namun sejak pesatnya penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, sang ayah pun menganut agama Islam.

Masa Kecil

Bagian biografi Sunan Kalijaga yang kedua akan memuat soal masa kecil dan remaja Sunan Kalijaga sebelum menjadi seorang Wali.

Sunan Kalijaga diperkirakan lahir sekitar tahun 1450-an dari keluarga bangsawan Tuban, yaitu Tumenggung Wilatikta dan Dewi Nawangrum.

Sejak kecil, Raden Said mendapatkan pendidikan agama dan nilai-nilai Islam dari guru-guru agamanya di Tuban.

Pendidikan agama yang baik serta contoh dari sang ayah yang sangat mengayomi rakyat jelata membuat Sunan Kalijaga waktu itu merasa harus membantu rakyat yang sedang kelaparan karena paceklik.

Sunan Kalijaga tanpa pikir panjang mencuri beras di lumbung padi untuk dibagikan kepada rakyat yang kelaparan. Beliau juga tidak segan mencuri harta orang kaya yang nantinya dia bagikan pada rakyat miskin.

Masa Remaja

Berdasarkan biografi Sunan Kalijaga yang termuat di buku Ajaran Sunan Kalijaga Tentang Kehidupan karya P. Djunaedi, masa remaja Raden Said dihabiskan di Hutan Jatiwangi.

Akibat aksi mencurinya terpergok sang ayah, Raden Said pun terusir dan tinggal di Hutan Jatiwangi. Meskipun telah kehilangan fasilitasnya sebagai anak Bupati, beliau tetap tidak lelah membantu rakyat.

Pada saat inilah Sunan Kalijaga berganti nama menjadi Lokajaya yang lebih dikenal sebagai berandal dari Hutan Jatiwangi ketimbang anak seorang Bupati.

Bertemu Sunan Bonang

Pertemuan Raden Said kala itu dengan Sunan Bonang menjadi momen yang mengubah jalan hidup beliau dalam banyak biografi Sunan Kalijaga.

Sunan Bonang kala itu menyamar sebagai pengemis tua yang tadinya hendak dirampok oleh Raden Said. Tongkat Sunan Bonang kala itu terlihat sebagai tongkat emas.

Namun, setelah diambil, ternyata tongkat itu hanyalah tongkat biasa. Saat Raden Said hendak mengembalikannya, orang tua tadi justru menangis karena saat jatuh ada rumput yang ikut terpetik.

Orangtua itu tersedu-sedu karena merasa bersalah sudah mengakhiri hidup tanaman liar karena perbuatannya. Hal itu tentu menggelitik sanubari Raden Said.

Kali ini Sunan Bonang yang menyamar mengubah pohon aren di dekatnya menjadi berbuah emas. Raden Said yang melihatnya buru-buru memanjat, tapi berakhir terjatuh karena tertimpa buah.

Saat itulah Raden Said sadar bahwa orang yang ada di hadapannya bukanlah orang sembarangan.

Sunan Bonang pun membuka identitasnya dan memberikan kritik terhadap aksi pencurian yang selama ini dilakukan oleh Raden Said.

Sunan Bonang mengibaratkan perbuatan Raden Said sebagai mencuci pakaian dengan air kencing. Bukannya noda pakaian hilang, tapi justru memperparah noda di pakaian itu.

Raden Said pun meminta agar diangkat murid oleh Sunan Bonang. Sunan Bonang menyanggupi asalkan Raden Said mau menjaga tongkatnya yang ditancapkan di pinggir kali.

Raden Said tanpa ragu menyanggupi. Niatnya yang tulus dan tekad yang bulat membuat Raden Said teguh menjaga tongkat itu sampai Sunan Bonang kembali tiga tahun kemudian.

Raden Said akhirnya diboyong ke Tuban untuk memperdalam ajaran agama Islam. Kisah menjaga tongkat di pinggir kali itu pula yang membuatnya dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Wafat

Masa-masa menuju wafat Sunan Kalijaga tidak banyak tertuang dalam biografi Sunan Kalijaga yang telah diterbitkan.

Sunan Kalijaga dipercaya meninggal di Desa Kadilangu, yang berdekatan dengan kota Demak, Jawa Tengah, pada tahun 1513, dan tempat peristirahatannya berada di sana.

Saat menuju wafat, Sunan Kalijaga terus memberikan pengajaran agama Islam dan bimbingan spiritual kepada para pengikutnya.

Ia juga melanjutkan upayanya dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian di antara masyarakat yang beragam budaya serta keyakinan.

Sunan Kalijaga adalah tokoh yang sangat disegani dan dihormati oleh orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat.

Silsilah

Selain silsilah mengenai orang tua beliau yang sebelumnya kita bahas di bagian kelahiran biografi Sunan Kalijaga, berikutnya akan kita bahas mengenai istri dan anak beliau.

Sunan Kalijaga memiliki tiga istri, yaitu Dewi Sarah, Siti Zaenab, dan Siti Hafsah. Dari pernikahannya dengan Dewi Sarah, ia memiliki tiga anak, yaitu Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah.

Sementara itu, pernikahannya dengan Siti Zaenab, yang juga merupakan anak dari Sunan Gunung Jati, melahirkan lima anak.

Anak-anak mereka, yaitu Ratu Pembayun, Nyai Ageng Panegak, Sunan Hadi, Raden Abdurrahman, dan Nyai Ageng Ngerang.

Namun, dari pernikahannya dengan Siti Hafsah, yang merupakan putri dari Sunan Ampel, belum ada catatan yang jelas mengenai nama putra mereka.

Strategi Dakwah

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali yang terkenal di Jawa dan memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Biografi Wali Songo juga bisa dibaca di blog ini, ya!

Berikut adalah beberapa strategi dakwah sebagai pelengkap biografi Sunan Kalijaga:

1. Pendekatan Inklusif

Salah satu ciri khas Sunan Kalijaga adalah pendekatannya yang inklusif. Ia memahami budaya Jawa dengan baik dan tidak mencoba menghapusnya, melainkan memadukannya dengan ajaran Islam.

2. Seni dan Budaya

Sunan Kalijaga menggunakan seni dan budaya Jawa sebagai alat dakwah yang efektif. Ia mengembangkan tarian-tarian seperti “Lengger” yang mengandung pesan-pesan agama Islam.

Selain itu, ia juga menggunakan wayang kulit untuk menceritakan kisah-kisah Islami kepada masyarakat. Hal ini membuat dakwahnya lebih menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat setempat.

3. Pembangunan Pesantren

Sunan Kalijaga berperan penting dalam pembangunan pesantren. Pesantren-pesantren ini menjadi pusat pendidikan Islam dan tempat penempaan ulama-ulama terkemuka.

4. Perhatian pada Kesejahteraan Sosial

Sunan Kalijaga tidak hanya mengajarkan ajaran agama Islam, tetapi juga memberikan bantuan kepada masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti pertanian dan kesehatan.

5. Kehidupan Pribadi yang Sederhana

Gaya hidupnya yang sederhana dan rendah hati membuatnya lebih dekat dengan masyarakat biasa dan memberikan contoh bagi mereka tentang kesederhanaan dalam menjalani kehidupan.

6. Pendekatan Kasih Sayang

Sunan Kalijaga dikenal dengan sikap kasih sayangnya terhadap masyarakat.

Ia mendekati orang-orang dengan penuh kebaikan dan empati, yang membuatnya menjadi figur yang dicintai dan dihormati banyak orang.

Wilayah Dakwah

Belum lengkap rasanya jika biografi Sunan Kalijaga belum memuat daerah dakwah beliau.

Berikut adalah beberapa wilayah utama di mana Sunan Kalijaga melakukan dakwah dan menyebarkan ajaran agama Islam:

1. Demak

Demak adalah salah satu pusat penting dalam dakwah Sunan Kalijaga. Ia tinggal di Demak menjadi pelopor pembangunan masjid dan pesantren di kota ini.

Masjid Agung Demak adalah salah satu monumen bersejarah yang kerap dikaitkan dengan Sunan Kalijaga.

2. Tuban

Tuban adalah tempat kelahiran Sunan Kalijaga. Meskipun ia kemudian pindah ke Demak, Tuban tetap menjadi wilayah penting dalam riwayatnya.

Sunan Kalijaga memiliki pengaruh yang kuat di Tuban, dan daerah ini menjadi salah satu tempat di mana ia melaksanakan dakwah dan aktivitas keagamaannya.

3. Kudus

Kudus adalah kota lain yang memiliki keterkaitan dengan Sunan Kalijaga. Ia terlibat dalam pembangunan Masjid Menara Kudus, yang dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia.

Sunan Kalijaga juga mengajar di pesantren-pesantren di wilayah Kudus.

4. Surabaya

Sunan Kalijaga juga memiliki pengaruh di Surabaya, salah satu kota terbesar di Jawa Timur.

Ia berkontribusi dalam penyebaran Islam di wilayah ini dan membantu membangun pesantren-pesantren dan masjid-masjid di Surabaya.

5. Jepara

Jepara adalah wilayah lain yang dikunjungi oleh Sunan Kalijaga dalam rangka dakwahnya. Ia memainkan peran penting dalam memperkenalkan Islam di Jepara dan membantu membangun pesantren dan masjid di sana.

Guru

Sunan Kalijaga dikenal memiliki beberapa guru yang berperan penting dalam upayanya untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

Dalam beberapa sumber terkait biografi Sunan Kalijaga, berikut beberapa dari guru-guru beliau:

1. Sunan Bonang

Seperti yang sudah diketahui, Sunan Bonang adalah guru yang memberi nama Sunan Kalijaga kepada Raden Said.

Sunan Bonang memiliki peran kunci dalam mengubah perilaku awal yang kurang baik dari Sunan Kalijaga menjadi contoh yang bisa kita teladani hingga saat ini.

2. Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar adalah seorang guru yang mengajar Sunan Kalijaga tentang ilmu Ilafi. Beliau juga merupakan tokoh pertama di Pondong Giri Amparan Jati.

3. Syekh Sutabaris

Syekh Sutabaris adalah seorang ulama yang tinggal di Pulau Upih, yang berlokasi di kota Malaka dan merupakan pusat perdagangan pada masa itu.

Di pulau ini, Sunan Kalijaga menerima perintah dari Syekh Sutabaris untuk kembali ke Jawa dan membangun masjid serta memenuhi peran sebagai salah satu anggota Wali Songo.

4. Sunan Gunung Jati

Menurut Hikayat Hasanuddin, Sunan Kalijaga datang ke wilayah Cirebon dengan tujuan untuk menyebarkan agama Islam dan mendapatkan ilmu dari Sunan Gunung Jati.

Dan seiring berjalannya waktu, putri Sunan Gunung Jati yang bernama Siti Zaenab menjadi istri Sunan Kalijaga hingga mereka dikaruniai lima orang anak.

Karya-Karya Sunan Kalijaga

Dalam proses penyebaran agama Islam di Tanah Jawa, Sunan Kalijaga mengeksplorasi kesenian dan budaya Jawa untuk menyampaikan pesan-pesan agama.

Berikut beberapa karya Sunan Kalijaga yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pembahasan biografi Sunan Kalijaga:

1. Seni Wayang

Sunan Kalijaga memanfaatkan seni wayang kulit sebagai sarana dakwah Islam. Ia menciptakan lakon wayang dengan tema Islam, seperti Jimat Kalimasada, Dewa Ruci, dan Punakawan.

Jimat Kalimasada, misalnya, mencerminkan kalimat syahadat dan dimasukkan dalam nyanyian Kidung Rumekso Ing Wengi.

Melalui pementasan wayang ini, Sunan Kalijaga menyebarkan ajaran tasawuf dan akhlakul karimah yang berfokus pada kebatinan.

2. Seni Ukir

Sunan Kalijaga menciptakan seni ukir dengan motif dedaunan. Seni ukir ini masih dapat ditemukan dalam alat musik gamelan dan rumah adat di wilayah Demak serta Kudus.

Penggunaan dedaunan sebagai motif mencerminkan perubahan dari seni ukir berbentuk manusia dan hewan yang sudah tidak lagi digunakan sejak Islam berkembang di wilayah tersebut.

3. Seni Gamelan

Sunan Kalijaga menciptakan alat musik gamelan bernama Gong Syahadatain, yang mengandung makna pengucapan dua kalimat Syahadat.

Gong ini digunakan dalam perayaan Maulid Nabi di halaman Masjid Agung Demak untuk mengundang masyarakat berkumpul dan mendengarkan ceramah keagamaan.

4. Seni Suara

Dalam berbagai biografi Sunan Kalijaga disebut juga menciptakan karya-karya dalam bentuk seni suara, termasuk lagu-lagu yang sekarang menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia.

Beberapa contohnya adalah Ilir-Ilir, Gundul-Gundul Pacul, Kidung Rumeksa ing Wengi, Lingsir Wengi, dan Suluk Linglung.

Ia juga berperan dalam menciptakan tempat macapat Dhandhanggula yang menggabungkan melodi Arab dan Jawa.

5. Surjan

Sunan Kalijaga dikenal dengan pakaian khasnya yang disebut baju takwa atau surjan. Pakaian ini menjadi ciri khasnya dan dianggap sebagai salah satu karyanya.

Hingga saat ini, baju takwa atau surjan masih digunakan sebagai pakaian adat dalam pernikahan dan upacara-upacara penting di berbagai daerah.

Penutup

Itulah biografi mengenai Sunan Kalijaga yang sudah Mamikos rangkumkan untukmu. Sunan Kalijaga, dengan tekad dan dedikasinya, telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah Indonesia.

Melalui ajarannya yang inklusif dan pendekatan yang bijaksana, beliau telah memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam dan memupuk toleransi antarumat beragama di tanah air.

Semoga kita semua dapat mengambil inspirasi dari perjalanan hidupnya yang termuat dalam biografi Sunan Kalijaga dan menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sunan Kalijaga akan terus dikenang sebagai salah satu tokoh yang penuh kasih dan berdampak besar dalam sejarah dan budaya Indonesia.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta