Cara Menghitung Persentase Kehadiran Karyawan beserta Contohnya
Dalam sebuah perusahaan, ada cara tersendiri untuk menghitung persentase kehadiran karyawan yang ada. Tahukah bagaimana cara menghitungnya?
Kamu dapat memulai dengan menghitung jumlah hari kerja selama periode yang kamu pilih, tanpa menyertakan hari libur nasional di tahun berjalan, libur akhir pekan, dan cuti yang dimiliki oleh karyawan tersebut.
Contoh Menghitung Persentase Kehadiran Karyawan
Contohnya seperti ini. Kamu mengambil periode absensi satu tahun dari karyawan bersangkutan. Maka seperti inilah kira-kira gambaran perhitungan persentasenya:
- Jumlah hari dalam satu tahun adalah 365 hari.
- Libur akhir pekan ada 104 hari.
- Hari libur nasional (misalnya) ada 11 hari.
- Cuti karyawan ada 12 hari per tahun.
- Jadi jumlah total hari kerja = 238 hari.
Ketika karyawan bernama Z tidak hadir di kantor selama 11 hari dalam setahun, maka perhitungannya adalah:
Persentase kehadiran = (Jumlah hari tidak hadir : Jumlah hari kerja) x 100.
= (11 hari : 238 hari) x 100.
= 4,6 %

Advertisement
Persentase kehadiran = 100 % – 4,2 % = 95,4 %
Jadi persentase karyawan Z pada tahun berjalan adalah 95,4 %.
Cukup mudah bukan cara menghitung persentase kehadiran karyawan jika kamu tahu rumusnya? Apalagi kamu juga sudah menyimak seperti apa contoh menghitung persentasenya di atas.
Cara Agar Persentase Kehadiran Karyawan Membaik di Kantor
Ada beberapa kiat yang mungkin bisa diterapkan oleh perusahaan agar persentase kehadiran karyawan yang ada di sana menjadi baik dan semakin baik lagi.
a. Buat lingkungan kantor yang nyaman dan kerasan
Salah satu cara supaya persentase kehadiran karyawan jadi semakin baik di kantor tentu saja dengan membuat lingkungan kantor yang nyaman.
Tak perlu terlalu memanjakan dengan fasilitas yang mewah atau berlebihan. Cukup dengan memberikan sebuah lingkungan kerja yang nyaman dan tidak rentan stres, karyawan pasti akan jadi betah.
b. Jangan jadi diktator
Karyawan atau pegawai mungkin akan segan bila berhadapan dengan atasan atau pimpinan yang memiliki mental diktator.
Lama kelamaan, mereka mungkin mulai jengah dan tak ingin lagi menjadi bagian dari perusahaan tersebut.
Makanya sikap dan perangai ini sebaiknya tak perlu dibudidayakan jika ingin karyawan atau pegawai merasa betah di perusahaan.