8 Contoh Integrasi Normatif, Fungsional, dan Koersif dalam Sosiologi
8 Contoh Integrasi Normatif, Fungsional, dan Koersif dalam Sosiologi – Ketika mempelajari Sosiologi, kamu akan mempelajari materi seputar integrasi sosial.
Secara umum, ada tiga bentuk integrasi sosial, yakni integrasi sosial normatif, integrasi sosial fungsional, dan integrasi sosial koersif.
Ketiga jenis integrasi sosial tersebut tentu memiliki perbedaan signifikan antara satu sama lainnya. Simak artikel ini hingga bagian akhir untuk memperoleh penjelasan dan contohnya.
Berikut Contoh Integrasi Normatif, Fungsional, dan Koersif dalam Sosiologi
Daftar Isi
Daftar Isi
Manusia
tidak bisa hidup seorang diri, oleh sebab itu manusia tinggal berkelompok dan
membentuk masyarakat. Nah, dalam kehidupan berkelompok ini dikenal istilah
integrasi sosial.
Integrasi sosial adalah situasi dan kondisi yang mencerminkan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Adanya interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat rupanya terbagi menjadi tiga jenis, yakni integrasi sosial normatif, integrasi sosial fungsional, dan integrasi sosial koersif.
Ada berbagai penjelasan dan contoh mengenai tiga jenis integrasi sosial. Bagaimana penjelasannya? Kamu bisa temukan penjelasannya berikut ini.
Apa
itu Integrasi Sosial?
Sebelum
melihat contoh integrasi sosial normatif, integrasi sosial fungsional, dan
integrasi sosial koersif, mari kita mulai pembahasan artikel ini dengan melihat
terlebih dahulu pengertian dari integrasi sosial itu sendiri.
Integrasi
sosial adalah bentuk pembauran atau percampuran yang terjadi dalam masyarakat
yang mempunyai latar belakang budaya dan suku yang berbeda hingga menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Dikutip
dari buku karya Maryati dan Suryawati berjudul Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas
XI, integrasi sosial didefinisikan sebagai suatu proses penyesuaian unsur-unsur
yang berbeda pada masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan.
Integrasi sosial dapat terbentuk apabila sebagian besar anggota masyarakat sepakat tentang struktur kemasyarakatan yang dibangun. Termasuk juga norma, nilai dan pranata-pranata sosial lainnya.
Apa
Syarat Integrasi Sosial?
Adanya
integrasi sosial dalam masyarakat ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan
pengendalian terhadap konflik serta penyimpangan sosial yang dapat menyatukan
segala unsur sosial berbeda yang ada dalam masyarakat.
Dengan
adanya integrasi sosial, maka masyarakat dapat terbantu untuk menyiapkan
masyarakat dalam menghadapi segala tantangan yang mungkin terjadi dalam
kehidupan sosial.
Nah,
suatu integrasi sosial bisa terbentuk jika memenuhi syarat khusus. Menurut William
F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, berikut adalah syarat terjadinya integrasi sosial,
antara lain:
- Anggota masyarakat merasa bahwa mereka sudah berhasil saling mengisi kebutuhan (fisik dan sosial) mereka. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan membuat semua anggota masyarakat saling menjaga keterikatan satu dengan lainnya.
- Masyarakat berhasil mencapai kesepakatan bersama yang berhubungan dengan nilai dan norma sosial yang dijadikan sebagai pedoman dalam berinteraksi.
- Nilai dan norma sosial yang telah disepakati berlaku dalam jangka waktu yang lama, tidak mudah berubah, dan setiap anggota masyarakat menjalankan nilai dan norma tersebut dengan konsisten.
Bentuk
Integrasi Sosial
Berikut
ini adalah tiga jenis interaksi sosial, yaitu:
1.
Integrasi normatif
Integrasi
normatif adalah bentuk integrasi yang terjadi karena adanya norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Norma menjadi hal yang bisa menyatukan masyarakat.
2.
Integrasi fungsional
Integrasi
fungsional ada karena terdapat fungsi-fungsi tertentu pada masyarakat. Suatu
integrasi dapat terbentuk dengan mendahulukan fungsi dari masing-masing pihak
dalam suatu masyarakat.
3.
Integrasi koersif
Integrasi ini bisa terbentuk karena kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa. Penguasa menerapkan cara koersif (kekerasan).
Contoh
Integrasi Normatif
Integrasi
normatif adalah persamaan persepsi yang terbentuk karena adanya kesepakatan
nilai sosial, norma sosial, cita-cita bersama, hingga rasa solidaritas yang ada
di antara masyarakat.
Umumnya,
bentuk integrasi normatif terjadi pada masyarakat sederhana atau masyarakat
yang memiliki solidaritas mekanik. Integrasi normatif juga sangat erat
kaitannya dengan unsur budaya. Oleh sebab itu, integrasi normatif juga disebut
dengan integrasi budaya.
Berikut
ini adalah beberapa contoh integrasi normatif:
1.
Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan yang menggunakan bahasa Jawa Kuno ini mempunyai arti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Dengan demikian, semboyan tersebut memiliki arti yakni masyarakat Indonesia dapat bersatu di atas latar belakang yang beraneka ragam.
Salah satu bukti nyata dari penerapan Bhinneka Tunggal Ika bisa kamu lihat di Provinsi Kalimantan Barat.
Bagaimana tidak, dalam provinsi tersebut terdapat masyarakat dari berbagai suku yang bisa hidup berdampingan dan saling menerima satu sama lain.
Mulai dari suku Dayak, suku Cina, suku Jawa, hingga Madura.
Pada dasarnya, integrasi normatif di daerah tersebut bisa terjadi karena disebabkan oleh konflik yang dulunya terjadi antara Suku Madura dan Suku Dayak.
Namun, dengan adanya kesadaran mengenai dampak negatif perpecahan, maka kedua suku tersebut setuju untuk melakukan integrasi sosial.
2.
Restoran AS
Ada banyak sekali restoran di Amerika Serikat yang dimiliki oleh orang yang bukan dari Amerika melainkan mereka yang berasal dari negara lain.
Misalnya, masyarakat Cina yang merupakan imigran ingin memperkenalkan makanan Cina. Begitu pula dengan imigran dari Meksiko yang berusaha juga untuk memperkenalkan makanan dari daerah mereka.
3.
McDonald’s yang memiliki cabang
Contoh integrasi normatid lainnya adalah restoran asing, seperti McDonald’s yang mempunyai cabang di luar negeri, termasuk Indonesia.
Adanya integrasi budaya tersebut biasanya merupakan pengaruh dari globalisasi budaya.
Contoh
Integrasi Fungsional
Integrasi
fungsional adalah integrasi yang terbentuk karena fungsi-fungsi tertentu dalam
masyarakat. Lalu, apa saja contoh integrasi fungsional? Berikut adalah beberapa
contohnya.
1.
Suku Jawa dan Suku Bugis
Salah satu contoh integrasi fungsional di Indonesia adalah suku Jawa dan suku Bugis, di mana mereka saling membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup pertanian dan kelautan.
Untuk melengkapi setiap kebutuhan kelautan dan pertanian, kedua suku tersebut keduanya saling membantu dan bertanggung jawab agar dapat memenuhi gizi seimbang, serta penerus generasi juga bisa tumbuh berkembang.
2.
Suku Betawi dan Suku Sunda
Contoh integrasi fungsional berikutnya adalah suku Betawi dan suku Sunda.
Kedua suku ini melakukan integrasi fungsional agar dapat memenuhi kebutuhan pasokan dan ketersediaan makanan di masing-masing wilayah.
Suku
Betawi dan suku Sunda saling bekerja sama untuk bisa melengkapi kebutuhan
masing-masing. Kedua suku ini juga saling berjuang untuk membantu agar tidak
ada yang jatuh.
3.
Daerah Aceh dan Jawa
Contoh dari integrasi fungsional selanjutnya adalah daerah Jawa dan Aceh. Kedua wilayah tersebut saling berintegrasi agar dapat memenuhi pasokan kopi dan teh.
Seperti yang kita ketahui, wilayah Jawa terkenal dengan pasokan teh yang sangat banyak. Sedangkan, Aceh dikenal sebagai pemasok kopi berkualitas yang sudah memenuhi standar ekspor.
Oleh sebab itu, kedua wilayah saling berintegrasi agar dapat memenuhi kebutuhan masing-masing.
Apabila Aceh membutuhkan pasokan teh berkualitas, maka wilayah Jawa akan membantu mereka. Begitu juga sebaliknya.
Contoh
Integrasi Koersif
Integrasi koersif merupakan integrasi yang terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
Penguasa di sini menerapkan kekerasan (cara koersif) ketika terjadi konflik di daerahnya. Berikut adalah beberapa contoh integrasi koersif:
1.
Polisi memberikan gas air mata kepada para demonstran
Tujuan penembakan gas air mata ini untuk membubarkan massa aksi demo yang ricuh maupun sudah diluar jam diperbolehkan melakukan demonstrasi.
2.
Satpol PP yang merobohkan atau membubarkan PKL
Adanya
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan sembarang di pinggir jalan atau tempat
yang tidak diperbolehkan. Maka Satpol PP membubarkan paksa dengan mengangkut
atau membubarkan langsung para PKL tersebut.
Oke, itulah contoh integrasi normatif, fungsional, dan koersif dalam sosiologi yang bisa Mamikos bagikan kepada kalian.
Integrasi sosial merupakan situasi dan kondisi yang mencerminkan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Integrasi
sosial dapat terbentuk apabila sebagian besar anggota masyarakat sepakat
tentang struktur kemasyarakatan yang dibangun. Termasuk juga norma, nilai dan
pranata-pranata sosial lainnya.
Buat kamu yang ingin mengulik seputar materi Sosiologi lainnya, silahkan kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: