6 Contoh Prasasti Berbagai Daerah di Indonesia Beserta Penjelasannya
6 Contoh Prasasti Berbagai Daerah di Indonesia Beserta Penjelasannya – Secara harfiah prasasti dapat diartikan sebagai sebuah peninggalan berupa tulisan yang dituliskan pada sebuah bahan yang keras.
Di masa kuna prasasti dibuat berdasarkan perintah seorang penguasa yang dikerjakan oleh seorang petugas khusus yang disebut ‘citralekha’.
Biasanya prasasti dari masa kuna dipahatkan pada bahan
yang terbuat dari batu atau bisa pula dipahatkan pada sebuah logam berupa emas
atau tembaga.
Tentang Prasasti di Indonesia
Daftar Isi
- Tentang Prasasti di Indonesia
- Contoh Prasasti Berbagai Daerah di Indonesia
- 1. Prasasti Yupa dari Masa Kerajaan Kutai
- 2. Prasasti Ciaruteun dari Masa Kerajaan Tarumanegara
- 3. Prasasti Plumpungan dari Mataram Kuno
- 4. Prasasti Wukiran dari Kerajaan Medang
- 5. Prasasti Gunung Wule
- 6. Prasasti Satyapura dari Masa Majapahit
Daftar Isi
- Tentang Prasasti di Indonesia
- Contoh Prasasti Berbagai Daerah di Indonesia
- 1. Prasasti Yupa dari Masa Kerajaan Kutai
- 2. Prasasti Ciaruteun dari Masa Kerajaan Tarumanegara
- 3. Prasasti Plumpungan dari Mataram Kuno
- 4. Prasasti Wukiran dari Kerajaan Medang
- 5. Prasasti Gunung Wule
- 6. Prasasti Satyapura dari Masa Majapahit
Kebanyakan prasasti dari masa kuna menyebutkan tentang
pengangkatan sebuah daerah menjadi sima (daerah bebas pajak), tentang silsilah
raja yang sedang berkuasa, berisi tentang penobatan seorang raja, dan dapat
pula berupa sebuah kutukan.
Setidaknya hingga sekarang ada ratusan prasasti yang
telah ditemukan dan diteliti oleh para sejarawan dan arkeolog.
Contoh Prasasti Berbagai Daerah di Indonesia
1. Prasasti Yupa dari Masa Kerajaan Kutai
Contoh prasasti berbagai daerah di Indonesia pertama. Sejauh ini prasasti tertua yang pernah ditemukan di Indonesia adalah prasasti Yupa yang diperkirakan berasal dari abad keempat Masehi.
Prasasti ini ditemukan di daerah Kalimantan Timur atau
tepatnya di daerah Muara Kaman yang secara administrasi masuk ke dalam wilayah
Kabupaten Kutai.
Prasasti ini menyebutkan seorang raja bernama Kudungga
yang memberikan persembahan berupa emas dan sapi kepada para brahmana dalam
jumlah yang sangat banyak.
Berbeda dengan prasasti yang kebanyakan ditemukan di
Jawa, prasasti yang dituliskan dengan menggunakan huruf palawa dan bahasa
sanskerta ini dipahatkan dalam sebuah tugu batu.
Ditemukannya prasasti ini setidaknya menjadi bukti bahwa di
sebagian daerah di Indonesia telah mengakhiri masa pra-sejarah pada kisaran
abad keempat masehi.
Selain itu melalui prasasti ini juga bisa dijadikan
sebagai sebuah bukti bahwa pada abad keempat masehi di daerah Muara Kaman telah
berdiri sebuah kerajaan berdaulat yang dipimpin raja hebat bernama Mulawarman.
2. Prasasti Ciaruteun dari Masa Kerajaan Tarumanegara
Contoh prasasti berbagai daerah di Indonesia selanjutnya. Prasasti Ciaruteun hingga saat ini menempati posisi pertama sebagai prasasti tertua yang pernah ditemukan di pulau Jawa.
Prasasti yang diperkirakan ditulis pada abad kelima
masehi ini terbuat dari bahan batu sungai yang berwana hitam dan keras.
Secara tersirat prasasti ini menggambarkan kegagahan dan
kepahlawanan dari seorang raja dari Kerajaan Taruma negara yang bernama
Purnawarman.
Selain ditulis dengan menggunakan bahasa sansekerta dan
aksara palawa. Ada keunikan tersendiri yang terdapat pada prasasti ciaruteun.
Keunikan yang dimaksud merupakan berupa sepasang tapak
kaki yang menurut penjelasan dalam prasasti tersebut merupakan sepasang kaki
raja Purnawarman yang diibaratkan seperti penjelmaan Dewa Wisnu.
Dalam prasasti lain diterangkan bahwa raja Purnawarman
merupakan raja terbesar dari kerajaan Tarumanegara.
Selama memerintah di Tarumanegara, raja Purnawarman telah
melakukan pengerukan sungai guna mencegah bencana banjir melanda daerahnya.
Selain itu raja Purnawarman juga memperkuat dan memperbesar kekuatan militernya.
Tujuan raja Purnawarman memperkuat kekuatan militernya adalah untuk mengamankan perairan Tarumanegara dari serangan bajak laut.
3. Prasasti Plumpungan dari Mataram Kuno
Prasasti Plumpungan (Prasasti
Hampran) merupakan sebuah prasasti yang dipahatkan pada sebuah batu besar dengan
jenis andesit yang memiliki ukuran panjang 170 cm, dan ukuran lebar 160 cm
dengan diameter 5 meter.
Prasasti yang memiliki angka tahun
750 Masehi ini ditemukan di sebuah Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul,
Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Prasasti ini diyakini oleh
sebagian kalangan sebagai sejarah awal dari Kota Salatiga, bahkan berdasarkan
prasasti inilah hari jadi Kota Salatiga ditetapkan.
Prasasti Plumpungan ditulis dengan
menggunakan huruf Jawa Kuno dan menggunakan
Sansekerta yang tertatah begitu rapi pada petak persegi empat yang bergaris
ganda dengan menjorok ke dalam dan keluar di setiap sudutnya.
Menurut isi dari prasasti ini
dikatakan bahwa daerah Salatiga telah ada sejak tahun 750 Masehi, yang pada
saat itu adalah sebuah wilayah perdikan.
J. G. de Casparis yang telah mengalih
aksarakan tulisan yang terdapat di atas prasasti Plumpungan secara lengkap, dan
kemudian tulisan tersebut disempurnakan oleh R. Ng. Poerbatjaraka.
Prasasti Plumpungan berisi
mengenai ketetapan hukum tetang status tanah perdikan atau swatantra bagi suatu
daerah yang dahulu dinamakan Hampra, yang berada di sebuah wilayah bernama
Trigramyama.
Tidak semua daerah kekuasaan bisa
diangkat statusnya menjadi daerah Perdikan pada masa Jawa Kuno.
Maka pengangkatan status ini merupakan
hak yang istimewa yang diberi oleh seorang raja kepada rakyat yang telah
berjasa kepada raja dalam melakukan pemeliharaan tempat ibadah serta
perkembangan agama Hindu di masa tersebut.
4. Prasasti Wukiran dari Kerajaan Medang
Berdasarkan sejumlah catatan dikatakan bahwa prasasti ini ditemukan di sebuah desa bernama desa Pereng yang terletak di sekitar dua kilometer di sebelah Selatan Prambanan dan dekat dengan situs Kraton Boko.
Pada tahun 1980 prasasti ini
telah disimpan di museum nasional Indonesia dengan nomor inventaris D.77.
Prasasti yang memiliki ukuran
tinggi 96 cm dan lebar 42 cm ini ditulis dengan menggunakan dua bahasa yakni
bahasa sansekerta dan bahasa Jawa Kuno.
Berdasarkan informasi yang ada di
dalamnya prasasti ini dituliskan pada hari senin tanggal 13 paro terang tahun
780 Caka.
Selain memuat informasi tahun
pembuatannya, prasasti ini juga memberikan informasi mengenai pemberian sebuah
lahan sawah di desa Wukiran.
Pemberian sawah seluas dua tampah
ini dilakukan oleh Rake Walaing Pakumbayoni yang merupakan cucu dari Ratu di
Halu.
5. Prasasti Gunung Wule
Contoh prasasti berbagai daerah nomor lima. Prasasti ini ditemukan di sebuah desa yang bernama desa Berahol yang secara administrasi termasuk wilayah kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Saat ini prasasti yang ditulis pada tahun 783 Saka ini menyeutkan sebuah informasi mengenai sebuah daerah yang bernama desa Tajusari yang masuk ke dalam wilayah Kayuwangi ditetapkan sebagai daerah Sima.
6. Prasasti Satyapura dari Masa Majapahit
Contoh prasasti berbagai daerah terakhir. Prasasti satyapura merupakan prasasti yang dipahatkan pada sebuah lempeng tembaga yang saat ini diamankan di Museum Nasional Jakarta.
Sedikit berbeda dengan kebanyakan prasasti yang berisi
tentang pujian atau pengangkatan suatu daerah menjadi Sima atau daerah bebas
pajak.
Prasasti yang ditemukan di Candi Mirigambar yang secara
administrasi masuk dalam wilayah kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung
ini berisi tentang supata atau kutukan yang mengerikan.
Mengenai kepada siapa kutukan ini dijatuhkan tidak ada
yang tahu secara pasti. Namun, para ahli ada yang berpendapat bahwa kutukan
tersebut dijatuhkan kepada semua pihak yang berusaha melakukan perusakan
terhadap candi.
Beberapa kutukan mengerikan yang ditulis pada kisaran abad ke-14 atau menjelang masa akhir Majapahait ini antara lain adalah jika sedang berada di hutan akan dimakan macan.
Sementara jika berada di luar ruangan akan disambar petir dan apabila masuk ke dalam sungai akan dipatuk ular berbisa.
Pemberian atau pemasangan prasasti berisi tentang ktukan
bisa dikatakan sebagai suatu kewajaran pada masa tersebut.
Tujuan pemasangan prasasti dengan isi mengerikan ini kemungkinan karena orang yang menggagas penulisan prasasti ini berharap agar siapapun yang datang ke candi Mirigambar fokus untuk beribadah dan bukannya malah melakukan pengrusakan terhadap candinya.
Demikianlah beberapa contoh prasasti berbagai daerah di Indonesia . Nah, mudah-mudah artikel ini menambah wawasanmu, ya!
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: