Contoh Prolog Novel Kehidupan, Sejarah Pribadi, dan Cinta yang Menarik
Prolog sering digunakan sebagai eksposisi. Prolog menjelaskan cerita dengan memberi pembaca beberapa informasi latar belakang, atau tentang apa yang terjadi dalam cerita. Simak beberapa contohnya di sini.
Contoh Prolog Novel Kehidupan, Sejarah Pribadi, dan Cinta yang Menarik – Jika kamu gemar membaca novel, pasti tidak asing lagi dengan istilah prolog.
Nah, prolog sendiri adalah bagian pembuka dari suatu karya tulis yang sering digunakan di dalam novel, drama, dan lain sebagainya.
Untuk lebih mudah memahami seputar prolog, yuk simak berbagai contoh prolog dalam artikel ini.
Berikut Contoh Prolog Novel Kehidupan, Sejarah Pribadi, dan Cinta Terbaru
Daftar Isi [hide]

Secara umum, prolog diartikan sebagai pengantar naskah yang bisa berupa dialog atau teks berisi penggalan kisah dengan tujuan membuat audience tertarik membaca suatu karya sastra sampai akhir. Biasanya, sebuah prolog ditulis oleh penulis sebagai bagian dari ceritanya.
Meskipun begitu, prolog juga bisa ditulis oleh orang lain. Prolog yang baik umumnya bisa berdiri sendiri dan mencerminkan esensi sebuah drama atau film.
Umumnya, prolog sering digunakan untuk eksposisi, di mana prolog menjelaskan cerita dengan memberi pembaca beberapa informasi latar belakang, atau tentang apa yang terjadi dalam cerita.
Nah, di bawah ini ada beberapa contoh prolog dalam novel berbagai tema yang bisa menjadi gambaran kamu.

Advertisement
Contoh Prolog Novel Kehidupan

Judul Novel: Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer
Karya: Pramoedya Ananta Toer
Masa remaja merupakan masa di mana manusia mulai melakukan perubahan dengan membuka jendela dunia dan melihat kehidupan besar. Namun, hal ini bertolakbelakang dengan para perawan remaja di masa pendudukan Jepang (1942-1944).
Para perawan remaja harus menjalani hidupnya dengan menderita dan serba kesusahan. Mereka pun sulit untuk mendapatkan bahan makanan hingga harus melakukan kerja paksa yang jauh dari desanya.
Pada tahun 1943, Pemerintah Balatentara Pendudukan Dai Pon memberikan janji kepada para pemuda Indonesia untuk mendapatkan kesempatan belajar ke ke Tokyo dan Shonanto, Jepang.
Namun, janji ini tidak diumumkan secara resmi dan hanya disebarkan dari mulut ke mulut saja. Alasannya adalah untuk menghilangkan jejak kejahatan Jepang.
Pada zaman pemerintahan Belanda, yang paling berkuasa adalah Pangreh Praja. Sementara itu, pada zaman penjajahan Jepang, Pangreh Praja melaksanakan anjuran atau perintah Sendenbu.