5 Contoh Tindakan Intoleransi di Masyarakat Indonesia beserta Contoh Kasus
Pada kenyataannya, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak bersikap toleransi terhadap sesamanya.
Contoh Kasus Tindakan Intoleransi di Masyarakat Indonesia
Untuk lebih memahami contoh tindakan intoleransi di masyarakat Indonesia berikut adalah beberapa contoh kasusnya.
Contoh 1

Contoh tindakan intoleransi di masyarakat Indonesia yang pertama adalah Kerusuhan Mei 1998.
Kerusuhan ini terjadi pada tahun 1998, di mana masyarakat Indonesia sengaja melakukan teror kepada masyarakat etnis Cina.
Kerusuhan paling parah terjadi di Jakarta, Medan dan Surakarta. Seluruh toko dan perusahaan milik keturunan Cina dijarah dan dihancurkan. Banyak wanita keturunan Cina diperkosa dan dibunuh secara sadis.
Tragedi ini pun kerap disamakan dengan tragedi pembantaian kaum Yahudi di Jerman. Sebab, tragedi ini terjadi secara sistematis, bukan sporadis.
Hingga saat ini, masih banyak kontroversi terkait penyebab atau pemicu terjadinya kerusuhan ini.

Advertisement
Dan kasus ini menjadi salah satu kasus intoleransi terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.
Contoh 2

Contoh tindakan intoleransi di masyarakat Indonesia selanjutnya adalah kasus rasisme terhadap siswa Papua.
Kasus ini terjadi pada tahun 2022 silam. Saat itu, di sebuah sekolah di Jember, seorang guru merasa kesal terhadap salah satu muridnya yang lupa mengerjakan PR.
Sang guru pun memberikan sanksi sambil melontarkan kata-kata kasar penuh rasisme kepada si murid.
Hal ini terdengar sampai ke telinga Gubernur Jember. Beliau pun bergegas membantu menyelesaikan permasalahan.
Guru yang rasis tersebut pada akhirnya dipecat dan Gubernur Jember mengimbau guru-guru yang lain untuk lebih bijak dalam mengajar dan mendidik murid-murid
Contoh 3

Contoh tindakan intoleransi di masyarakat Indonesia yang ketiga adalah kasus penolakan pembangunan gereja di daerah Cilegon.
Umat Kristen dan Katolik yang ada di Cilegon berusaha mengajukan izin pembangunan gereja kepada pemerintah setempat.
Akan tetapi, permohonan tersebut berulang kali ditolak dengan alasan tidak memenuhi ketentuan atau berkas-berkas belum lengkap.
Bahkan, beberapa kali lokasi pembangunan gereja ini diserang oleh warga setempat dibongkar secara paksa.
Menteri Agama Republik Indonesia sempat menegur dan memerintahkan Walikota Cilegon untuk segera memberikan izin pembangunan tersebut.
Namun, Walikota tersebut justru menandatangani kesepakatan bersama masyarakat mayoritas untuk menolak pembangunan tersebut.
Hingga saat ini, masih belum ada kabar lebih lanjut terkait pembangunan gereja di Cilegon tersebut.