Soal SBMPTN 2020 Bakal Lebih Susah dari UNBK?

SBMPTN 2020 – Pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2020 telah diumumkan pada. Untuk kamu yang belum dinyatakan lulus dalam SNMPTN 2020 tak perlu berkecil hati, karena kamu masih bisa mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020.

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN ini sendiri merupakan seleksi bersama dalam penerimaan mahasiswa baru di lingkungan perguruan tinggi negeri menggunakan pola ujian tertulis secara nasional yang selama ini telah menunjukkan berbagai keuntungan dan keunggulan, baik bagi calon mahasiswa, perguruan tinggi negeri, maupun kepentingan nasional.

SMBPTN sudah dilakukan dari penyelenggaraan melalui ujian tertulis (SNMPTN tulis) yang diadakan pada tahun 2008. Nantinya ujian tulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020 ini akan terdiri dari Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC) dan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Soal-soal kedua jenis ujian ini nantinya akan disesuaikan dengan kaidah pengembangan tes.

Soal SBMPTN 2020

1. Perubahan Sistem Penilaian SBMPTN 2020

Kabarnya, Panitia Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) telah mengubah sistem penilaian untuk tahun ini. Nantinya, penilaian SBMPTN 2020 tidak akan ada lagi sistem minus seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Tak hanya itu saja, penilaian terhadap jawaban SBMPTN 2020 tidak akan lagi menggunakan skor 4 (empat) untuk jawaban benar, skor 0 (nol) untuk yang tidak menjawab, dan skor negatif 1 (-1) untuk jawaban yang salah seperti pada SBMPTN 2019 lalu.

Metode penilaian pada SBMPTN 2020 tidak hanya memperhitungkan jumlah soal yang dijawab dengan benar dan salah oleh peserta, tetapi juga memperhitungkan karakteristik setiap soal khususnya tingkat kesulitan dan sensitifitasnya dalam membedakan kemampuan peserta. Metode penilaian oleh Panitia Pusat SBMTN ini dilakukan melalui 3 tahap, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Tahap I, seluruh jawaban peserta SBMPTN 2020 akan diproses dengan memberi skor 1 (satu) pada setiap jawaban yang benar, dan skor 0 (nol) untuk setiap jawaban yang salah atau tidak dijawab/kosong.

b) Tahap II, dengan menggunakan pendekatan Teori Response Butir (Item Response Theory) maka setiap soal akan dianalisis karakteristiknya, diantaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain, dengan mendasarkan pada pola response jawaban seluruh peserta tes tahun 2020. Dengan menggunakan model matematika, maka akan dapat diketahui tingkat kesulitan soal-soal yang dikategorikan mudah, sedang, maupun sulit.

c) Karakteristik soal yang diperoleh pada Tahap II, kemudian digunakan untuk menghitung skor setiap peserta. Soal-soal sulit akan mendapatkan bobot yang lebih tinggi dibanding soal-soal yang lebih mudah. Tahap-tahap penghitungan skor ini dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi di bidang pengujian, pengukuran dan penilaian.

Dengan sistem ini, maka setiap peserta yang dapat menjawab jumlah soal yang sama dengan benar, akan dapat memperoleh nilai yang berbeda tergantung pada soal mana saja yang sudah kamu jawab dengan benar. Penskoran ini sudah lama digunakan secara meluas di negara-negara maju di Amerika dan Eropa karena dengan menyertakan karakteristik setiap soal dalam penilaian, skor yang diperoleh akan lebih “fair” dan dapat membedakan kemampuan peserta dengan lebih baik. Petunjuk pengerjaan soal yang sesuai dengan sistem penilaian di atas, sudah disertakan pada setiap set soal yang diujikan.

Contohnya: peserta A dapat menjawab dengan benar 5 soal yaitu nomor 1, 5, 7, 11, dan 13, sedangkan peserta B juga dapat menjawab 5 soal dengan benar yaitu nomor 1, 5, 9, 12, dan 15, kedua peserta tersebut akan mendapatkan skor akhir yang berbeda karena butir soal yang dijawab dengan benar oleh peserta A memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dengan butir soal yang dikerjakan dengan benar oleh peserta B.

2. Hadirnya Soal-Soal HOTS (Higher Order Thinking)

Tak hanya itu saja, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) juga telah menyatakan bahwa ujian tulis SBMPTN telah dirancang sedemikian rupa untuk mengukur kemampuan dasar yang dapat memprediksi keberhasilan calon mahasiswa di semua program studi, yakni kemampuan penalaran tingkat tinggi (higher order thinking).

Sesungguhnya soal-soal higher order thinking skills atau HOTS ini sudah disisipkan sedikit demi sedikit pada ujian nasional tingkat SMA/sederajat (UNBK) tahun ini. Namun di dalam UNBK baik berbasis kertas maupun komputer, jumlah soal-soal HOTS jumlahnya tak lebih dari 15%. Sebenarnya soal-soal HOTS ini tak hanya sekedar model soal saja, namun juga mencakup model pengajaran. Model pengajaran seperti apa?

Model pembelajaran yang dimaksud dalam soal-soal HOTS (higher order thinking) ini adalah model pembelajaran yang mencakup kemampuan berpikir, pengaplikasian pemikiran, dan diadaptasikan dengan kebutuhan siswa yang berbeda-beda.

Model penilaian dari HOTS ini sendiri juga cukup familiar dengan pertanyaan atau tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa pada kegiatan belajar mengajar. Penyisipan soal-soal HOTS ini dimaksudkan agar siswa memiliki cukup pengetahuan awal untuk menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Itu tadi ulasan sedikit seputar soal-soal Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020 yang kabarnya akan sedikit sulit dibandingkan soal UNBK kemarin. Tak perlu khawatir, belajarlah lebih giat lagi supaya kamu bisa lolos dalam SBMPTN 2020 ini. Jadi, persiapkanlah dirimu lebih baik lagi ya! Dan jangan lupa perhatikan jadwal pendaftaran serta jadwal ujian SBMPTN 2020 supaya kamu tidak melewatkannya. Selamat berjuang!

Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idaman mu: