7 Teori Pembentukan Tata Surya beserta Penjelasannya dalam Ilmu Geografi
Artikel ini akan menjelaskan tujuh teeori pembentukan tata surya dalam ilmu geografi secara rinci. Yuk, baca selengkapnya!
3. Teori Tidal (Pasang-Surut)
Apa yang dimaksud dengan Teori Tidal (Pasang-Surut)? Teori Tidal (Pasang-Surut) merupakan suatu teori pembentukan tata surya yang ditemukan oleh James Jeans dan Haroold Jeffreys pada tahun 1918.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Woolfson (1978), lintasan bintang besar yang melewati matahari akan menimbulkan suatu tonjolan pasang surut matahari yang besar.
Akibatnya, materi-materi yang terkandung didalamnya akan keluar dalam bentuk filamen. Filamen tersebut akan tertarik oleh medan gravitasi bintang yang menjauh.
Hal ini menyebabkan filamen akan mengorbit Matahari. Filamen tersebut akan menjadi tidak stabil dan akan terpecah sehingga menghasilkan sekumpulan planet-planet baru
Walaupun sering dikaitkan dengan Teori Planetesimal, Teori Tidal memiliki beberapa perbedaan utama, di mana pada teori ini, materi yang tertarik dalam bentuk gas akan mengalami pendinginan dan memadat menjadi benda luar angkasa.
Hal ini berbeda dengan Teori Planetesimal, di mana materi yang tertarik oleh bintang tidak menjadi pecahan kecil gas yang membentuk planetesimal, melainkan langsung menjadi material luar angkasa.
4. Teori Big Bang
Siapa yang mengemukakan teori Big Bang? Teori Big Bang merupakan suatu teori pembentukan tata surya yang dikemukakan oleh Georges Lemaitre pada tahun 1931.

Advertisement
Apa penjelasan dari teori Big Bang? Teori ini menjelaskan bahwa sistem tata surya terbentuk karena adanya ledakan dari primeval atom atau atom purba.
Atom purba merupakan suatu objek radioaktif yang mengandung materi-materi dan energi di tata surya, di mana tata surya terbentuk karena adanya peluruhan radioaktif atom purba tersebut.
Teori ini sendiri didukung dengan beberapa observasi yang dilakukan oleh ahli astronomi lainnya, antara lain sebagai berikut.
- Vesto Slipher
Pada tahun 1912, Slipher mengobservasi galaksi-galaksi spiral dan mengukur pergeseran Doppler Redshift, di mana Slipher menemukan bahwa seluruh galaksi yang ada selalu bergerak menjauhi galaksi yang kita tempati saat ini.
- Edwin Hubble
Pada tahun 1920, Hubble menggunakan 100-inch Hooker telescope untuk mempelajari Galaksi Andromeda dan menghitung kecepatannya, di mana observasi ini menghasilkan suatu hasil di mana galaksi-galaksi bergerak saling menjauh, yang mengindikasikan bahwa alam semesta selalu membesar.
5. Teori Proto Planet (Awan Debu)
Apa yang dimaksud dengan Teori Proto Planet (Awan Debu)? Teori Proto Planet (Awan Debu) merupakan suatu hipotesis asal mula dari tata surya yang diprakarsai oleh Carl Von Weizsaeker pada tahun 1940.
Teori ini menunjukkan bahwa awan dan debu yang berotasi di sekitar Matahari merupakan asal mula terjadinya sistem tata surya.
Awan tersebut kemudian mengalami pemampatan akibat gravitasi yang menyebabkan partikel-partikel debu tertarik ke pusatnya.
Hal ini menyebabkan pembentukan sebuah gumpalan bola yang mulai berputar. Putaran ini mengakibatkan gumpalan bola tersebut berubah atau bertransformasi menjadi sebuah cakram datar.
Hal ini menyebabkan sebagian material dari cakram tersebut terlempar keluar dan membentuk gumpalan-gumpalan gas, yang pada akhirnya mengalami pemadatan yang kemudian berkembang menjadi planet-planet dan satelit-satelit yang saat ini kita kenal dengan sebutan proto planet.
6 . Teori Kondensasi (Kuiper)
Siapa yang mengemukakan Teori Kondensasi? Teori Kondensasi (Kuiper) merupakan suatu teori pembentukan tata surya yang ditemukan oleh Gerald Peter Kuiper pada tahun 1950 yang merupakan penyempurnaan dari Teori Protoplanet yang ditemukan oleh Carl Von Weizsaeker pada tahun 1940.
Apa yang dimaksud dengan Teori Kondensasi? Teori Kondensasi menyatakan bahwa sistem tata surya terbentuk dari suatu bola kabut yang berukuran sangat besar yang berputar dan membentuk suatu cakram raksasa. Bola kabut yang berukuran besar ini kemudian mengalami kondensasi dan membentuk Matahari dan planet-planet lain.
Teori ini juga menyatakan bahwa sistem tata surya terbentuk dari susunan bintang-bintang yang terdiri atas dua titik pusat (kecil dan besar) yang mengalami pemadatan dan berkembang dalam suatu awan antarbintang yang terdiri dari gas hidrogen.
Pusat yang berukuran lebih besar mengalami pemadatan menjadi suatu bintang tunggal yang saat ini kita kenal dengan Matahari. Sedangkan, pusat yang berukuran lebih kecil akan diselimuti oleh kabut.
Hal ini menyebabkan awan yang memiliki volume yang lebih kecil terbelah menjadi semakin kecil. Akibatnya, awan ini akan menjadi suatu proto planet yang kemudian akan terbentuk menjadi planet yang kita kenal saat ini.