Tradisi Halal Bihalal Dilakukan oleh Umat Islam Setelah Merayakan? Tujuan dan Asal-usulnya

Tradisi Halal Bihalal Dilakukan oleh Umat Islam Setelah Merayakan? Tujuan dan Asal-usulnya – Istilah halal bihalal harusnya bukan istilah yang baru kamu dengar.

Halal bihalal merujuk pada kegiatan untuk saling bertemu dan saling mengucapkan maaf yang dilakukan orang muslim setelah sebulan berpuasa.

Akan tetapi, sebenarnya apa itu tradisi halal bihalal? Dilaksanakan setelah merayakan apa? Serta apa tujuan dan seperti apa asal-usul kemunculannya? Temukan jawabannya di sini.

Sejarah Asal Usul Tradisi Halal Bihalal Dilakukan

lidolakeresort.com

Bermula dari Sungkeman

Tradisi halal bihalal di Indonesia tidak lepas dari peran KGPAA Mangkunegara I atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Sambernyawa. 

Pangeran Sambernyawa merupakan pendiri Kadipaten Mangkunegaran yang berada di Surakarta, Jawa Tengah.

Pada masa pemerintahannya, Pangeran Sambernyawa memiliki tradisi untuk mengadakan pertemuan antara para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana setelah Hari Raya Idul Fitri. 

Pada pertemuan tersebut, para punggawa dan prajurit saling memaafkan dan saling menerima kesalahan.

Tradisi ini dikenal dengan istilah sungkeman.

Sungkeman adalah tradisi saling membungkukkan badan untuk memohon maaf kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati.

Peleburan Sungkeman dengan Tradisi Halal Bihalal

Pada tahun 1948, KH Abdul Wahab Hasbullah, salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk mengadakan acara silaturahmi antar umat Islam setelah Hari Raya Idul Fitri. 

Usulan ini diterima oleh Presiden Soekarno dan dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 1948 di Istana Negara.

Dalam acara tersebut, KH Abdul Wahab Hasbullah mengusulkan agar tradisi sungkeman yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa dijadikan sebagai tradisi halal bihalal. 

Usulan ini diterima oleh Presiden Soekarno dan sejak saat itu, tradisi halal bihalal mulai menjadi tradisi yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam.

Jadi, dapat dikatakan bahwa tradisi halal bihalal di Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan sejarah Mangkunegaran. 

Perbandingan antara Sungkeman dengan Tradisi Halal Bihalal

Tradisi sungkeman yang dirintis oleh Pangeran Sambernyawa menjadi cikal bakal lahirnya tradisi halal bihalal di Indonesia.

Berikut adalah beberapa kesamaan antara tradisi sungkeman dan tradisi halal bihalal:

  • Kedua tradisi ini dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri.
  • Kedua tradisi ini bertujuan untuk saling memaafkan dan saling menerima kesalahan.
  • Kedua tradisi ini melibatkan interaksi antara orang yang lebih tua dan yang lebih muda.

Berikut adalah beberapa perbedaan antara tradisi sungkeman dan tradisi halal bihalal:

  • Tradisi sungkeman hanya dilakukan di lingkungan keraton atau keluarga bangsawan, sedangkan tradisi halal bihalal dapat dilakukan oleh masyarakat umum.
  • Tradisi sungkeman dilakukan secara lebih formal, sedangkan tradisi halal bihalal dapat dilakukan secara lebih informal.

Tradisi halal bihalal merupakan tradisi yang positif dan bermanfaat. 

Tradisi ini dapat membantu untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama umat Islam dan menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat.

Anjuran Melakukan Tradisi Halal Bihalal

Tradisi halal bihalal merupakan tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam. 

Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun pada Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi halal bihalal memiliki makna saling memaafkan dan saling menerima kesalahan antar sesama umat Islam. 

Halal bihalal bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan menciptakan suasana yang harmonis antar sesama umat Islam.

Dasar hukum Islam tentang anjuran halal bihalal dapat ditemukan dalam ayat dan hadits berikut ini:

  • Q.S. Al-A’raf ayat 199:

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

Ayat ini mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat. Apabila ada orang yang berbuat jahat kepada kita, maka kita harus membalasnya dengan kebaikan. Dengan demikian, orang tersebut akan menjadi teman yang setia.

  • Hadits riwayat Bukhari:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya, baik itu kezhaliman terhadap harga diri atau yang lainnya, maka hendaklah dia meminta maaf kepadanya hari ini sebelum hari kiamat. Jika dia memiliki amal saleh, maka akan diambil sesuai dengan kezhalimannya. Jika dia tidak memiliki amal saleh, maka akan diambil dari dosa-dosa saudaranya dan ditimpakan kepadanya.”

Hadits ini mengajarkan kepada umat Islam untuk segera meminta maaf kepada orang yang telah kita zalimi, baik itu secara fisik, psikis, atau harta. 

Jika kita tidak meminta maaf, maka dosa kita akan ditanggung oleh orang yang kita zalimi.

Dasar hukum Islam tentang anjuran halal bihalal dapat ditemukan dalam ayat dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Ayat Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 199 mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat. 

Hadits riwayat Bukhari mengajarkan kepada umat Islam untuk segera meminta maaf kepada orang yang telah kita zalimi.

Tradisi halal bihalal merupakan bentuk implementasi dari ajaran Islam tersebut. Tradisi ini dapat membantu umat Islam untuk saling memaafkan dan saling menerima kesalahan. 

Dengan demikian, tali silaturahmi antar sesama umat Islam akan semakin erat dan tercipta suasana yang harmonis dalam masyarakat.

Tujuan Halal Bihalal di Indonesia

Halal bihalal merupakan tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun pada Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi halal bihalal memiliki makna saling memaafkan dan saling menerima kesalahan antar sesama umat Islam. 

Tradisi ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan menciptakan suasana yang harmonis antar sesama umat Islam.

Berikut adalah beberapa tujuan dari halal bihalal di Indonesia:

1. Mempererat tali silaturahmi

Tujuan utama dari halal bihalal adalah untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama umat Islam. 

Silaturahmi merupakan salah satu ajaran Islam yang sangat penting. 

Silaturahmi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan saling memaafkan.

Melalui tradisi halal bihalal, umat Islam dapat saling bertemu dan saling bermaaf-maafan. 

Hal ini dapat membantu untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama umat Islam.

2. Menciptakan suasana yang harmonis

Halal bihalal juga bertujuan untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat. 

Suasana yang harmonis dapat tercipta jika terdapat saling pengertian, saling menghormati, dan saling memaafkan antar sesama.

Tradisi halal bihalal dapat membantu untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat. 

Hal ini karena tradisi ini mendorong umat Islam untuk saling memaafkan dan saling menerima kesalahan.

3. Mendorong umat Islam untuk menjadi pribadi yang lebih baik

Halal bihalal juga bertujuan untuk mendorong umat Islam untuk menjadi pribadi yang lebih baik. 

Hal ini karena tradisi ini mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat.

Melalui tradisi halal bihalal, umat Islam dapat belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. 

Hal ini karena tradisi ini mendorong umat Islam untuk saling memaafkan dan saling menerima kesalahan.

4. Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan

Halal bihalal juga bertujuan untuk mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan antar sesama umat Islam. 

Persatuan dan kesatuan merupakan hal yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tradisi halal bihalal dapat membantu untuk mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan antar sesama umat Islam. 

Hal ini karena tradisi ini mendorong umat Islam untuk saling bertemu dan saling bermaaf-maafan.

5. Meningkatkan rasa kebersamaan

Halal bihalal juga bertujuan untuk meningkatkan rasa kebersamaan antar sesama umat Islam. 

Kebersamaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Tradisi halal bihalal dapat membantu untuk meningkatkan rasa kebersamaan antar sesama umat Islam. 

Hal ini karena tradisi ini mendorong umat Islam untuk saling bertemu dan saling bermaaf-maafan.

Halal bihalal merupakan tradisi yang memiliki banyak tujuan positif. 

Tradisi ini dapat membantu umat Islam untuk mempererat tali silaturahmi, menciptakan suasana yang harmonis, mendorong umat Islam untuk menjadi pribadi yang lebih baik, mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan, serta meningkatkan rasa kebersamaan.

Oleh karena itu, tradisi halal bihalal perlu terus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam.

Adab dalam Bertamu Layaknya Nabi Muhammad

Ketika berkunjung ke rumah seseorang, dalam konteks silaturahmi perlu adanya bimbingan atau informasi mengenai adab dalam bertamu.

Islam sangat menjunjung tinggi sopan santun dalam pergaulan, tidak terkecuali saat bertamu. 

Nabi Muhammad SAW, panutan umat Islam, telah mengajarkan berbagai adab bertamu yang indah dan relevan hingga saat ini. 

Meneladani adab bertamu beliau akan menjadikan pengalaman bertandang maupun menerima tamu terasa menyenangkan dan penuh keberkahan.

1. Meminta Izin Maksimal Tiga Kali

Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya meminta izin sebelum bertamu.

Beliau bersabda, “Jika engkau meminta izin kepada penghuni rumah tiga kali, namun tidak diizinkan masuk, maka pulanglah.” (HR. Muslim)

Meminta izin menunjukkan rasa hormat kita terhadap privasi tuan rumah dan menghindari potensi kaget atau ketidaknyamanan mereka. 

Membatasi permintaan izin hingga tiga kali juga mengajarkan kesabaran dan menghindari memaksakan diri.

2. Mengucapkan Salam dan Mengetuk Pintu dengan Sopan

Mengucap salam merupakan kewajiban dan bentuk penghormatan bagi umat Islam. 

Nabi Muhammad SAW selalu memulai dengan salam saat bertamu, sebagaimana hadis, “Apabila kalian mendatangi suatu kaum, janganlah berdiri di depan pintu mereka, tetapi minggirlah ke kanan atau ke kiri dan ucapkan salam.” (HR. Abu Dawud)

Mengetuk pintu dengan sopan, tidak terlalu keras atau berulang-ulang, juga penting untuk menjaga ketenangan dan privasi tuan rumah.

3. Menunggu Dipersilahkan Masuk dan Duduk dengan Tertib

Jangan langsung masuk setelah mengetuk pintu. Tunggulah hingga dipersilahkan masuk oleh tuan rumah, dan jangan memaksa masuk jika tidak diizinkan. 

Setelah dipersilakan, duduklah dengan tertib dan tidak sembarangan, serta hindari bersikap angkuh atau merepotkan tuan rumah.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika kamu dipersilakan masuk, maka masuklah dengan mengucapkan doa, dan duduklah di tempat yang disediakan bagimu.” (HR. At-Tirmidzi)

4. Menjaga Perkataan dan Perbuatan

Saat bertamu, jagalah lisan dan perilaku Anda. Hindari bergunjing, menyebarkan gosip, atau berkomentar negatif tentang tuan rumah atau orang lain. 

Perhatikan pula gestur tubuh dan hindari kebiasaan buruk seperti bersendawa, menggaruk-garuk, atau meludah sembarangan.

Nabi Muhammad SAW mengajarkan, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud)

5. Tidak Berlama-lama dan Menjaga Privasi Tuan Rumah

Meski merasa betah, jangan berlama-lama bertamu tanpa mempertimbangkan kondisi tuan rumah. 

Perhatikan kesibukan mereka dan jangan sampai menimbulkan ketidaknyamanan atau terabaikannya aktivitas penting mereka.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang duduk bersama orang yang tidak mengizinkannya, maka tidak ada shalat baginya.” (HR. Abu Dawud)

Selain itu, hormatilah privasi tuan rumah. Hindari memasuki ruangan atau area yang tidak dipersilakan, dan jangan mengorek-ngorek urusan pribadi mereka.

6. Menyatakan Rasa Terima Kasih dan Mendoakan Kebaikan

Sebelum pamit, jangan lupa mengucapkan terima kasih atas keramahan dan jamuan tuan rumah. Sekalipun jamuan sederhana, ungkapkanlah apresiasi setulus hati. 

Nabi Muhammad SAW senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diterima, termasuk saat bertamu.

Ucapkan doa kebaikan dan keberkahan bagi tuan rumah. Doa tulus dari seorang tamu yang berakhlak mulia akan mendatangkan kebaikan bagi kedua belah pihak.

7. Menjaga Hubungan Silaturahmi

Usai bertamu, jagalah hubungan silaturahmi dengan tuan rumah. 

Sapa mereka sesekali, kirimkan kartu ucapan atau bingkisan kecil pada hari raya, dan kunjungi mereka kembali di kesempatan lain. 

Silaturahmi yang hangat dan tulus akan mempererat persaudaraan sesama muslim.

Meneladani adab bertamu Nabi Muhammad SAW tidak hanya membuat kita menjadi tamu yang disukai, tetapi juga melatih diri untuk menjadi pribadi yang sabar, sopan, dan penuh kepekaan. 

Jadikanlah adab bertamu ini sebagai pedoman kebaikan, baik saat bertamu maupun saat menerima tamu. 

Dengan begitu, setiap interaksi sosial akan diwarnai dengan kehangatan, kebersamaan, dan keberkahan.

Nah, itulah informasi mengenai tradisi halal bihalal, semoga bermanfaat.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta