10 Tradisi Unik Saat Ramadhan di Berbagai Daerah di Indonesia

10 Tradisi Unik Saat Ramadhan di Berbagai Daerah di Indonesia – Indonesia memang kaya dengan kebudayaannya, sehingga berbagai macam tradisi Ramadhan bisa kamu saksikan di Indonesia. Kamu bisa membuat agenda khusus agar bisa merasakan suasana Ramadhan di berbagai lokasi yang terdapat di Indonesia. Selain bisa menambah wawasan, kamu juga akan mendapatkan pengalaman baru. Selamat membaca!

Tradisi Unik Saat Ramadhan di Berbagai Daerah

Tradisi Nyorog di Betawi

Masyarakat Betawi masih melestarikan salah satu tradisi dalam rangka menyambut Ramadhan, yaitu tradisi Nyorog. Sebelum bulan Ramadhan tiba, masyarakat muslim yang lebih muda membagikan bingkisan kepada tetangga serta anggota keluarganya yang lebih tua. Selain bertujuan untuk mengingatkan bulan Ramadhan yang akan tiba, Nyorog juga berfungsi untuk mempererat tali silaturahmi. Sebagai balasan, keluarga akan memberikan makanan khas Betawi, seperti sayur gabus pucung. Sayur yang menjadi makanan khas Betawi tersebut dibuat dengan bahan dasar ikan gabus goreng yang kemudian dimasak dengan bumbu rempah. Dalam tradisi Nyorog, masyarakat muslim juga meminta doa restu agar ibadah puasa berjalan lancar.

Tradisi Munggahan di Jawa Barat

Tradisi yang dilakukan masyarakat Sunda di Jawa Barat adalah Munggahan. Tradisi yang sudah muncul sejak lama ini berisi kegiatan kumpul keluarga untuk memakan makanan khas sekaligus saling bermaafan. Biasanya, masyarakat Sunda menyebut acara makan bersama disebut botram. Kegiatan makan pun tidak hanya terbatas di rumah saja karena kamu juga bisa melakukannya di sawah, pegunungan, atau tempat wisata. Tujuan diadakannya Munggahan sebelum Ramadhan tiba adalah mempersiapkan diri untuk berpuasa. Hampir semua masyarakat Sunda melakukan tradisi ini meskipun beberapa sudah melakukan modifikasi.

Tradisi Dugderan di Semarang

Sudah pernah mendengar tradisi dugderan? Tradisi yang sudah muncul sejak tahun 1881 ini masih dilestarikan hingga saat ini. Masyarakat Semarang melakukan tradisi dugderan untuk memudahkan penentuan awal puasa pada bulan Ramadhan. Dulunya dugderan dilaksanakan karena masih sering terjadi perbedaan pendapat ketika menentukan datangnya bulan Ramadhan, sehingga cara untuk meminimalisir konflik adalah dengan cara ini.

Tradisi dugderan saat ini berubah menjadi acara seperti pesta rakyat. Kamu bisa menyaksikan penampilan seni Tari Japin, karnaval berupa arak-arakan, serta acara menabuh bedug yang dilaksanakan Walikota Semarang. Puncak acara dugderan adalah pengumuman awal puasa Ramadhan. Biasanya, karnaval yang diikuti masyarakat Semarang akan dilaksanakan sebelum acara menabuh bedug. Peserta karnaval akan diberangkatkan dari Balaikota dan selesai di Masjid Agung Kauman (lokasi dekat Pasar Johar).

Salah satu ikon tradisi dugderan adalah mascot berukuran besar yang dikenal dengan sebutan “Warak Ngendog”. Sebenarnya, Warak Ngendog adalah mainan serupa binatang. Bentuknya cukup unik karena tubuhnya mirip kambing, sedangkan bagian kepala mirip naga yang kulitnya bersisik. Tenang, sisik naga tersebut hanya dibuat dari kertas warna-warni. Maskot juga dihiasi beberapa telur rebus untuk melambangkan bahwa binatang tersebut sedang bertelur atau ngendog. Untuk kamu yang masih penasaran mengenai makna telur tersebut, kamu bisa mencari tahu suasana ketika tradisi Dugderan diadakan. Semarang pernah mengalami krisis makanan, sehingga pada saat itu telur dianggap sebagai makanan mewah.

Tradisi Nyadran di Jawa Tengah

Jika kamu lahir dan besar di Jawa Tengah atau Yogyakarta, maka bisa jadi kamu tidak merasa asing lagi dengan tradisi Nyadran. Upacara adat yang masih dilaksanakan masyarakat Jawa Tengah sampai saat ini merupakan sebuah tradisi membersihkan makam menjelang bulan Ramadhan. Kata Nyadran berasal dari sadran yang berarti ruwah Sya’ban. Tradisi nyadran tidak hanya dilakukan orang-orang di pedesaan saja karena masyarakat perkotaan juga masih sering menyempatkan diri untuk mampir ke makam leluhur untuk membersikan makamnya. Selain itu, kegiatan yang dilakukan ketika upacara nyadran adalah menabur bunga di atas makam (biasanya bunga mawar merah dan putih) serta diakhiri dengan kenduri selamatan di atas makam.

Tradisi Meugang atau Makmeugang di Aceh

Kota Serambi Mekah cukup terkenal dengan masyarakatnya yang mayoritas Islam. Jika kamu berkunjung ke Aceh menjelang Ramadhan, kamu bisa mengikuti tradisi Meugang. Tradisi yang merupakan aktivitas memasak daging untuk dinikmati bersama anggota keluarga dan yatim piatu ini sudah berlangsung sejak lama. Kamu bisa menyaksikan ratusan sapi dan kambing kurban yang akan disembelih untuk menyambut bulan Ramadhan atau merayakan hari raya. Namun, ada pula yang menjalankan tradisi ini dua hari sebelum Ramadhan tiba. Tentu tidak hanya kambing dan sapi saja yang menjadi hidangan Meugang karena masih ada ayam dan bebek sebagai alternatif.

Masyarakat muslim Aceh akan memasak daging bersama untuk kemudian disantap bersama anggota keluarga lainnya. Ada pula yang membawa daging tersebut ke masjid agar bisa dinikmati bersama para jamaah atau tetangga lainnya. Tradisi Meugang masih tetap lestari karena masyarakat beranggapan bahwa pantang untuk tidak memasak daging pada saat Meugang sebagai salah satu wujud syukur atas rezeki 11 bulan lamanya.

Tradisi Malamang di Minangkabau

Provinsi Sumatera Barat, terutama di Minangkabau memiliki tradisi unik menyambut Ramadhan. Tradisi Malamang masih menjadi agenda rutin yang selalu dilaksanakan setiap tahun dan melibatkan banyak orang. Masyarakat muslim bekerja sama dalam mencari bambu sebagai tempat adonan, kayu bakar untuk memanggang lamang, serta mempersiapkan berbagai macam bahan baku pembuatan lamang (santan, daun pisang, beras ketan). Lamang atau lemang disajikan bersama tapai sipuluik berbahan dasar beras ketan hitam atau beras ketan merah. Namun, jika musim durian sedang berlangsung, lamang akan dihidangkan bersama durian.

Tradisi Balimau di Minangkabau

Kamu sudah pernah mengunjungi Minangkabau dan menghabiskan Ramadhan disana? Cobalah untuk mengikuti tradisi Balimau yang masih terjaga hingga saat ini. Balimau merupakan tradisi mandi dengan menggunakan jeruk nipis. Biasanya, Balimau dilakukan di tempat atau lokasi dekat sungai atau pemandian, sehingga air yang digunakan adalah air mengalir. Tradisi ini diwariskan oleh leluhur secara turun-temurun selama berabad-abad.

Filosofi tradisi Balimau cukup dalam. Sebelum masuk bulan Ramadhan, masyarakat diharapkan sudah membersihkan diri, baik secara lahir maupun batin. Dalam Islam pun sudah diajarkan untuk mensucikan diri dan salah satu caranya adalah dengan mandi yang bersih. Penggunaan jeruk nipis didasarkan pada alasan bahwa pada zaman dahulu masih belum terdapat sabun serta banyak tempat yang kekurangan air bersih. Bagi masyarakat Minangkabau, pengganti air dan sabun adalah limau (jeruk nipis) karena mampu melarutkan minyak atau keringat pada tubuh.

Tradisi Megibung di Karangasem, Bali

Salah satu tradisi Ramadhan di Bali adalah Megibung. Tradisi ini merupakan kegiatan makan bersama dengan sajian nasi untuk dimakan sekelompok orang yang duduk melingkar. Nasi yang dimakan sudah dilengkapi berbagai macam lauk pauk di atas nampan. Seporsi nasi gibungan (nasi untuk tradisi Megibung) untuk satu kelompok orang disebut satu sela. Biasanya, satu sela dimakan antara 4 – 7 orang, sehingga nuansa kebersamaannya sangat terasa.

Tradisi Perlon Unggahan di Banyumas

Tradisi Perlon Unggahan sebenarnya hampir sama seperti Nyadran yang dilakukan di Jawa Tengah. Tradisi Perlon Unggahan merupakan kegiatan ziarah kubur seminggu sebelum bulan Ramadhan tiba. Makam yang dikunjungi ketika proses Perlon Unggahan adalah makan Bonokeling. Peziarah diharuskan bertelanjang kaki sambil membawa nasi ambeng (sajian khas Jawa yang diletakkan di atas nampan serta dikelilingi lauk-pauk).

Para Kasepuhan yang berjumlah enam orang akan berdoa dengan khusyu di makan Bonokeling. Setelah itu, pada akhir acara akan dilaksanakan makan bersama dengan warga sekitar. Kamu akan diajak untuk menyantap makanan seperti nasi bungkus, srundeng sapi, sayur berkuah, dan sebagainya. Proses penyajiannya pun cukup unik karena sayur berkuah (sayur becek) harus disajikan oleh laki-laki sebanyak sapi yang disembelih.

Tradisi Gebyar Ki Aji Tunggal di Jepara

Kabupaten Jepara memiliki sebuah tradisi Ramadhan yang cukup unik. Di Desa Karangaji, tepatnya di Kecamatan Kedung, terdapat tradisi perarakan atau karnaval yang dikenal dengan Gebyar Ki Aji Tunggal untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini memiliki tujuan untuk sarana syiar agama Islam sekaligus mengingatkan masyarakat sekitar jika Ramadhan akan segera tiba. Masyarakat diharapkan mampu menjaga diri dari perbuatan maksiat serta memperbanyak amal kebaikan, terutama ibadah. Selain itu, tujuan diadakannya tradisi Gebyar Ki Aji Tunggal adalah untuk mengungkapkan rasa syukur pada pendahulu yang sudah berperan dalam memberi nilai kehidupan.

Proses penyambutan bulan suci yang hanya ada tiga puluh hari dalam setahun ini sangat meriah di beberapa tempat. Bahkan, tidak jarang ada yang mengadakan acara-acara tertentu maupun sengaja mengadakan agenda untuk menyambutnya. Sekian artikel mengenai 10 Tradisi Unik Saat Ramadhan di Berbagai Daerah di Indonesia yang dapat mamikos berikan.

Jangan lupa untuk mencari hunian yang nyaman dekat tempat yang akan kamu kunjungi agar mobilitas di sekitar lokasi menjadi lebih mudah. Gunakan aplikasi pencari kost mamikos secara gratis dengan mengunduhnya melalui ponsel android atau ios. Selain bisa mengetahui harga kamar kost dan ketersediaan jumlah kamar yang masih bisa disewa, kamu juga bisa melihat situasi dan kondisi kost tersebut melalui gambar dan keterangannya. Jadi, segera pilih kost yang kamu inginkan sekarang juga!

Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idaman mu: