30+ Contoh Mobilitas Sosial Vertikal Keatas dan Kebawah
30+ Contoh Mobilitas Sosial Vertikal Keatas dan Kebawah -Bagi yang pernah mempelajari ilmu sosiologi, mungkin sudah tidak asing lagi dengan contoh mobilitas sosial vertikal keatas dan kebawah.
Pada artikel kali ini, Mamikos akan membahas seputar mobilitas sosial, mulai dari pengertian secara detail, hingga contoh-contohnya.
Yuk, lanjut baca artikel ini hingga selesai!
Apa itu Mobilitas Sosial?
Daftar Isi
- Apa itu Mobilitas Sosial?
- Pengertian Mobilitas Sosial Horizontal dan Vertikal
- Perbedaan Mobilitas Vertikal dengan Mobilitas Horizontal
- Contoh Mobilitas Sosial Vertikal Keatas dan Kebawah
- 1. Mobilitas Sosial Vertikal Ke Atas (Social Climbing)
- 2. Mobilitas Sosial Vertikal Ke Bawah (Social Sinking)
- Dampak dari Terjadinya Mobilitas Sosial
- Dampak Positif
- Dampak Negatif
- Faktor Pendukung dan Penghambat Mobilitas Sosial
- Faktor Pendukung Mobilitas Sosial
- Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Daftar Isi
- Apa itu Mobilitas Sosial?
- Pengertian Mobilitas Sosial Horizontal dan Vertikal
- Perbedaan Mobilitas Vertikal dengan Mobilitas Horizontal
- Contoh Mobilitas Sosial Vertikal Keatas dan Kebawah
- 1. Mobilitas Sosial Vertikal Ke Atas (Social Climbing)
- 2. Mobilitas Sosial Vertikal Ke Bawah (Social Sinking)
- Dampak dari Terjadinya Mobilitas Sosial
- Dampak Positif
- Dampak Negatif
- Faktor Pendukung dan Penghambat Mobilitas Sosial
- Faktor Pendukung Mobilitas Sosial
- Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah kajian penting yang ada di ilmu sosiologi karena hal ini menggambarkan dinamika dalam kelas sosial masyarakat.
Secara umum, mobilitas sosial diartikan sebagai pergerakan individu dalam masyarakat untuk naik ke atas atau turun ke bawah level sosial ekonomi.
Naik atau turunnya pergerakan tersebut memiliki kaitan dengan posisi keluarga individu yang mengalami mobilitas sosial.
Maka dari itu, mobilitas sosial berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menggapai kondisi sosial ekonomi yang lebih buruk atau lebih baik dari orang tuanya.
Sedangkan, dalam kajian ilmu sosial dan sosiologi, istilah mobilitas sosial mengacu pada pergerakan posisi sosial individu atau kelompok dari waktu ke waktu.
Secara umum, mobilitas sosial memiliki kaitan dengan perubahan kekayaan atau kapasitas ekonomi dengan status sosial individu ataupun keluarga.
Walaupun begitu, mobilitas sosial dapat dihubungkan dengan perubahan kualitas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Pengertian Mobilitas Sosial Horizontal dan Vertikal
Nah, mobilitas sosial dibagi menjadi dua, yaitu horizontal dan vertikal. Mobilitas sosial horizontal adalah perpindahan status, tetapi masih dalam lapisan yang sama.
Oleh sebab itu, pada mobilitas sosial horizontal tidak terjadi perubahan di dalam derajat kedudukan seseorang.
Sedangkan, mobilitas sosial vertikal adalah pergerakan individu atau kelompok yang berubah dari tingkat sosial ekonomi ke tingkat lain yang berbeda.
Perpindahan tersebut biasanya terjadi akibat faktor pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan lain sebagainya.
Mobilitas ini dibagi menjadi ke dalam dua lagi, yakni ke atas atau ke bawah. Mobilitas vertikal ke atas disebut dengan social climbing, sedangkan mobilitas vertikal ke bawah disebut dengan social sinking.
Perbedaan Mobilitas Vertikal dengan Mobilitas Horizontal
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan antara mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal terletak pada arah geraknya.
Pada mobilitas horizontal, hal tersebut tidak mempengaruhi kedudukan sosial.
Sedangkan, mobilitas vertikal menyebabkan perubahan kedudukan sosial (individu atau kelompok), baik lebih rendah atau lebih tinggi.
Contoh Mobilitas Sosial Vertikal Keatas dan Kebawah
Setiap orang pastinya mengalami kenaikan status sosial dalam hidupnya.
Mobilitas sosial vertikal ke atas terjadi karena adanya perubahan kedudukan sosial dari posisi rendah ke posisi yang tinggi.
Sementara, mobilitas vertikal sosial ke bawah berpindahnya dari sebuah kedudukan ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.
Berikut ini adalah contoh mobilitas sosial vertikal keatas dan kebawah.
1. Mobilitas Sosial Vertikal Ke Atas (Social Climbing)
Terjadinya mobilitas sosial vertikal ke atas ditandai dengan naiknya status seseorang dari kedudukan yang lebih tinggi.
Hal ini juga bisa terjadi karena terbentuknya kelompok baru yang lebih tinggi, dibandingkan lapisan sosial yang ada sebelumnya.
Mobilitas ini terjadi secara vertikal ke atas dengan sejumlah pengaruh dari segi pendidikan, sosial, tekad, ekonomi, dan lainnya. Contohnya, yakni:
- Seorang guru berhasil naik jabatan menjadi kepala sekolah.
- Seorang rektor naik posisi menjadi profesor.
- Seorang karyawan di sebuah perusahaan berhasil naik jabatan menjadi manager atau posisi lainnya yang lebih tinggi.
- Di suatu kampus, seorang asisten dosen naik menjadi dosen utama.
- Salah satu warga di RT 05 diangkat menjadi ketua RT.
- Seorang pengusaha berhasil mendapatkan investor.
- Seorang pelajar berhasil lulus dari SD, lalu melanjutkan pendidikan ke SMP.
- Seorang bupati memenangkan pilkada, hingga berhasil menjadi gubernur.
- Seseorang yang awalnya hanya mempunyai motor, sekarang sudah membeli mobil untuk berkendara.
- Berkat kerja kerasnya, seorang wali kota berhasil mendapatkan penghargaan.
- Gubernur mengikuti pemilu, kemudian menang menjadi presiden.
- Karyawan di salah satu perusahaan berhasil mendapatkan kenaikan gaji, sehingga status sosial dan nominal pajaknya berubah.
- Karena kehebatannya dalam bekerja, Pak A berhasil mendapatkan promosi jabatan di kantornya.
- Seorang siswa SMA berhasil lulus sekolah, lalu melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau lanjut bekerja.
- Akibat kerja kerasnya, seorang tunawisma sekarang mampu membeli rumah.
- Seorang pengangguran berhasil mendapatkan pekerjaan barunya, setelah sekian lama.
2. Mobilitas Sosial Vertikal Ke Bawah (Social Sinking)
Social sinking atau mobilitas sosial vertikal ke bawah merupakan sebuah proses penurunan kedudukan atau status seseorang, dari atas ke bawah.
Adanya social sinking didasarkan atas berbagai alasan, seperti turun jabatan, memasuki masa pensiun, pemecatan, berhalangan menjalankan tugas, dan lain sebagainya. Berikut contohnya:
- Seorang pengusaha mengalami pailit atau bangkrut.
- Pelepasan jabatan walikota dengan tidak hormat, padahal masa jabatannya belum selesai.
- Seseorang melakukan tindakan kriminal dan berakhir di penjara.
- Seorang pejabat negara melakukan korupsi, sehingga harus masuk ke tahanan selama 10 tahun.
- Akibat dari melanggar aturan, salah satu anggota polisi harus turun jabatannya.
- Seorang siswa dikeluarkan dari sekolah secara paksa karena melanggar aturan sekolah.
- Seorang pengusaha terlilit hutang dan mengalami bangkrut.
- Seorang pegawai perusahaan dipecat karena ia memalsukan dokumen perusahaan.
- Karena kasus korupsi yang dilakukannya, anggota DPR dicopot dari jabatannya.
- Prajurit negara harus diberhentikan karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
- Penurunan jabatan yang dialami oleh karyawan, dari kepala cabang menjadi staf biasa.
- Seorang pegawai swasta di-PHK oleh perusahaannya.
- Seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) memasuki masa pensiun.
- Seorang pejabat yang lengser atau masa jabatannya telah habis.
- Akibat pelanggaran hukum yang dilakukannya, seorang mahasiswa berakhir di jeruji besi.
Hal ini dapat terjadi karena bermacam faktor, baik faktor dari luar (eksternal) atau faktor dari dalam (internal).
Contohnya, seseorang yang usahanya mengalami kebangkrutan karena resesi adalah mobilitas vertikal ke bawah karena faktor eksternal.
Faktor eksternal tersebut dapat terjadi karena adanya persaingan, banyaknya kebutuhan masyarakat, produk yang ditawarkan tidak memiliki hubungan, dan masih banyak lagi.
Sedangkan, faktor dari dalam atau internal yang menyebabkan adanya mobilitas sosial vertikal ke bawah yakni saat seseorang kehilangan jabatan, tidak dapat mengemban tanggung jawab, dan lainnya.
Dampak dari Terjadinya Mobilitas Sosial
Segala sesuatu memiliki dampak positif dan negatifnya masing-masing, tidak terkecuali adalah mobilitas sosial.
Nah, berikut Mamikos sajikan mengenai dampak positif dan negatif akibat adanya mobilitas sosial. Pertama-tama, mari kita mulai dari dampak positifnya terlebih dahulu.
Dampak Positif
1. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Menjadi Lebih Baik
Mobilitas sosial mampu mempercepat sekaligus menjadi pendorong perubahan sosial, ke arah yang lebih baik.
Perubahan ini dapat terjadi jika didukung dengan SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas. Nah, cara menunjang kualitas SDM ini dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pendidikan.
2. Meningkatkan Integritas Sosial
Dampak positif yang selanjutnya yakni meningkatkan integritas sosial.
Saat terjadinya perubahan sosial, maka setiap orang akan memberikan respon yang berbeda-beda. Ada yang menganggapnya sebagai sebuah tantangan.
Selain itu, ada juga yang menganggapnya sebagai sebuah penerimaan atau hadiah.
Nah, pengaruh penerimaan yang terjadi akibat adanya mobilitas sosial menjadi salah satu contoh adanya integrasi di dalam masyarakat.
Dampak Negatif
1. Menimbulkan Terjadinya Berbagai Konflik Sosial
Mobilitas sosial dapat dikatakan sebagai perjuangan yang dilakukan individu atau kelompok sosial supaya mampu mencapai posisi sosial yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, semua orang bersaing untuk mendapatkan posisi sosial yang lebih tinggi. Dengan adanya persaingan, tidak heran bila akan terjadi sebuah konflik.
2. Adanya Risiko Terkena Gangguan Psikologis
Tidak sedikit orang yang akan mengalami kegelisahan, kesedihan, bahkan depresi setelah mengalami penurunan atau kehilangan posisi sosial.
Hal tersebut tentunya mengganggu psikologis, bahkan dapat membahayakan dirinya sendiri karena stres yang berkepanjangan. Akibatnya, akan muncul berbagai penyakit psikis hingga fisik.
Gangguan psikologis ini dapat terjadi jika individu atau kelompok tersebut tidak memiliki tekad untuk menerima keadaan dengan ikhlas atau berubah ke arah yang lebih baik.
Faktor Pendukung dan Penghambat Mobilitas Sosial
Kini kamu sudah mengetahui contoh mobilitas sosial vertikal keatas dan kebawah dan dampak akibat mobilitas sosial.
Kamu juga perlu mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat terjadinya mobilitas sosial. Ini dia penjelasannya.
Faktor Pendukung Mobilitas Sosial
1. Individu
Maksud dari faktor individu ialah kualitas yang dimiliki oleh individu itu sendiri, yang dilihat dari segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Apabila seseorang tidak puas dengan status sosial yang diwariskan dari orang tuanya, maka ia perlu berusaha untuk mencapai status sosial yang diinginkan.
2. Ekonomi
Situasi ekonomi yang cenderung baik mampu mewujudkan mobilitas sosial. Sebab, kondisi ekonomi yang baik mempermudah masyarakat dalam mendapatkan modal, pendidikan, dan kesempatan lain.
Namun, jika kondisi ekonominya sulit, pendapatan yang dimiliki masyarakat terbatas sehingga sulit dalam memenuhi kebutuhannya. Akibatnya, mobilitas sosial tidak akan terjadi.
3. Struktural
Struktural yang dimaksud disini yaitu kesempatan yang dimiliki seseorang untuk menempati kedudukan dan kemudahan untuk mendapatkannya.
4. Kependudukan
Menurut BPS, jumlah penduduk di Indonesia dari waktu ke waktu, hampir selalu bertambah. Hal tersebut menyebabkan lahan permukiman menjadi sempit dan tingkat kemiskinan meningkat,
Oleh sebab itu, masalah kependudukan ini membuat masyarakat diarahkan supaya bermigrasi ke daerah lain, sehingga mobilitas sosial dapat terjadi.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
1. Kemiskinan
Kemiskinan termasuk ke dalam faktor penghambat mobilitas sosial.
Masyarakat yang terjangkit kemiskinan akan sulit dalam mencapai status sosial tertentu. Salah satu hal yang menyebabkan kemiskinan yakni pendidikan yang rendah.
Akibat pendidikan yang rendah, kualitas sumber daya manusia pun juga ikut rendah. Akhirnya, kemampuan untuk bersaing mendapatkan pekerjaan menjadi terbatas.
2. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan terhadap sesama, karena adanya perbedaan suku, agama, ras, bangsa, dan lain sebagainya.
Nah, diskriminasi ini dapat menghambat mobilitas sosial, karena orang-orang dari golongan tertentu akan sulit dalam mengubah status sosialnya.
3. Stereotip Gender
Membedakan posisi sosial dan karakteristik berdasarkan gender dapat menghambat proses mobilitas sosial, lho!
Contohnya, terdapat anggapan bahwa perempuan tidak perlu melanjutkan pendidikan hingga jenjang yang tinggi, karena akhirnya yang bekerja hanya suami.
Hal tersebut mampu menghalangi kesempatan seseorang dalam melakukan mobilitas sosial.
Penutup
Nah, dari penjelasan yang telah Mamikos sajikan, apakah kamu mulai paham terkait apa itu mobilitas sosial?
Ada banyak contoh mobilitas sosial vertikal keatas dan kebawah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Mungkin tanpa disadari ada yang mengalaminya tanpa tahu istilahnya.
FAQ
Contoh mobilitas sosial vertikal ke bawah adalah pengusaha yang sukses kemudian bangkrut.
Contoh mobilitas vertikal turun perusahaan yang bangkrut dan tidak bisa menggaji karyawan sehingga karyawan di-PHK (kehilangan pekerjaan.)
Contoh mobilitas sosial vertikal naik adalah ketika individu sukses meningkatkan status sosialnya, baik melalui pendidikan maupun pekerjaan atau bisnis yang dibangun.
Mobilitas vertikal ke atas adalah terjadinya kenaikan status seseorang ke kedudukan yang lebih tinggi. Hal ini juga bisa terjadi karena terbentuknya kelompok baru yang lebih tinggi, dibandingkan lapisan sosial yang ada sebelumnya. Mobilitas ini terjadi secara vertikal ke atas dengan sejumlah pengaruh dari segi pendidikan, sosial, tekad, ekonomi, dan lainnya.
Social sinking atau mobilitas sosial vertikal ke bawah merupakan sebuah proses penurunan kedudukan atau status seseorang, dari atas ke bawah.
Adanya social sinking didasarkan atas berbagai alasan, seperti turun jabatan, memasuki masa pensiun, pemecatan, berhalangan menjalankan tugas, dan lain sebagainya. Berikut contohnya:
1. Seorang pengusaha mengalami pailit atau bangkrut.
2. Pelepasan jabatan walikota dengan tidak hormat, padahal masa jabatannya belum selesai.
3. Seseorang melakukan tindakan kriminal dan berakhir di penjara.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: