5 Contoh Ancaman di Bidang Sosial Budaya dan Cara Menghadapinya
5 Contoh Ancaman di Bidang Sosial Budaya dan Cara Menghadapinya – Ancaman sosial budaya di tengah era globalisasi ini sudah banyak terjadi.
Maka dari itu, perlu dilakukan pencegahan supaya tidak mengganggu keberadaan budaya Indonesia yang harusnya tetap melekat.
Untuk menghindarinya, berikut adalah contoh-contoh ancaman sosial budaya yang dapat terjadi.
Contoh Ancaman di Bidang Sosial Budaya
Daftar Isi
Daftar Isi
1. Lahirnya Gaya Hidup Konsumtif
Ancaman di bidang sosial dan budaya yang pertama adalah perilaku konsumtif. Konsumtif merupakan gaya hidup masyarakat gemar membeli banyak barang, meskipun barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan.
Pada saat yang sama, gaya hidup konsumen adalah penggunaan produk yang tidak lengkap. Artinya, sebelum produk tersebut habis, seseorang telah menggunakan produk lain dengan fungsi yang sama.
Beberapa produk gaya hidup konsumen ini biasanya berupa tas, baju, sepatu, aksesoris dan lain-lain.
Konsumtif merupakan ideologi bagi seseorang yang secara tidak sadar dan terus-menerus mempraktikkan gaya hidup boros.
Gaya hidup ini bukanlah hal yang baik, meski ada beberapa efek positif dari royalitas yang ada di baliknya.
Gaya konsumtif ini dapat ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
- Sulit mengendalikan nafsu belanja.
- Perilaku boros dan hedonistik yang kentara dan sulit dikendalikan.
- Kecemburuan sosial muncul karena melihat gaya hidup dan barang orang lain, yang menimbulkan keinginan untuk meniru dan membelinya.
- Pengurangan peluang tabungan.
- Biasanya tidak dapat mempersiapkan tuntutan masa depan.
- Tidak ada dana darurat
- Memisahkan keinginan dan kebutuhan itu sulit
2. Lahirnya Hedonisme
Ancaman di bidang sosial dan budaya berikutnya adalah hedonisme. Sifat hedonisme hampir sama dengan gaya hidup konsumtif.
Bedanya, hedonisme ini merupakan ekses dari hal-hal yang melanggar norma seperti percabulan, mabuk dan mabuk.
Hedonisme adalah istilah yang berasal dari kata Yunani hedone, yang berarti kesenangan.
Jadi, hedonisme adalah cara hidup yang menitikberatkan pada pengejaran kesenangan dan kepuasan yang tidak terbatas.
Hedonisme menghindari hal-hal yang menyakitkan atau sulit sekaligus memaksimalkan perasaan yang menyenangkan.
Padahal, ada sisi positif dari hakikat hedonisme, yaitu mengajak manusia untuk menikmati hidup dengan penuh kebahagiaan dan kesenangan. Jadi orang tidak selalu dalam keadaan murung atau sedih.
Namun, saat ini banyak orang yang terlalu mementingkan kesenangan dan kebahagiaan hingga terjerumus ke dalam gaya hidup hedonistik.
Padahal, efek hedonisme bisa berakibat fatal, terutama jika menyangkut uang. Lihatlah sisi negatif dari efek hedonisme. Hidup tanpa arah keuangan yang jelas.
Karena gaya hidup hedonis membuat kamu menghabiskan banyak uang untuk sesuatu yang kurang penting. Sehingga pengeluaran kamu lebih besar dari pendapatan kamu.
Mereka yang menjalani gaya hidup hedonistik tidak memikirkan masa depan. Efek hedonisme adalah pelakunya kekurangan dana dan investasi darurat.
Jika mereka punya uang, mereka langsung membelanjakannya untuk hiburan sementara. Jangan membuat rencana keuangan jangka panjang
Tuntutan gaya hidup hedonistik tidak pernah ada habisnya. Mereka mencari banyak cara untuk memenuhi keinginan pribadi mereka. Efek hedonis disebut memicu utang dan depresi.
Karena keuangan para hedonis biasanya tidak sehat, mereka rela berhutang untuk hal-hal yang mereka konsumsi. Akibatnya, mereka bisa terlilit hutang dan menyebabkan depresi.
3. Matinya Gotong Royong
Di tempat ketiga ancaman di bidang sosial dan budaya adalah pudarnya gotong royong. Budaya gotong-royong digunakan sebagai cara untuk bekerja sama dalam masyarakat dan saling membantu.
Seharusnya, budaya gotong royong bisa menjadi kekuatan besar yang harus terus dikembangkan, karena gotong royong membawa banyak manfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Kebalikan dari gotong royong ini adalah Individualisme yang pada dasarnya seseorang dengan sifat ini merasa bahwa ia berbeda dari kelompoknya meskipun orang tersebut termasuk dalam kelompok yang sama.
Karakter individualitas masyarakat merupakan salah satu ciri sosial kota. Sifat gotong royong murni sangat sulit ditemukan di kota. Walaupun ada, maka dalam bentuk yang berbeda.
Kontak tatap muka langsung sudah jarang terjadi sejak lama, karena komunikasi telepon sudah menjadi sarana komunikasi yang bukan lagi barang mewah.
Selain itu, karena tingkat pendidikan warga kota yang cukup tinggi, mereka berusaha menyelesaikan semua masalah secara individu atau pribadi tanpa mempedulikan kelompok lain.
Di Indonesia, sifat gotong royong sebenarnya tidak begitu mudah dicairkan oleh individualisme. Karena falsafah dan keyakinan Pancasila selalu menjadi pedoman hidup bangsa.
4. Diskriminasi Suku dan Ras
Ancaman di bidang sosial dan budaya selanjutnya adalah diskriminasi. Diskriminasi biasanya dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.
Hal ini sering disebabkan oleh ketidakseimbangan kekuatan dalam hubungan antar kelompok sosial. Penyebabnya kebanyakan karena prasangka dan stereotip yang berkembang di masyarakat.
Diskriminasi merupakan masalah yang dapat muncul di banyak negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, definisi diskriminasi menurut UU HAM No. 39 Tahun 1999 (HAM) adalah
Setiap pembatasan, pelecehan atau pengucilan yang secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada perbedaan manusia berdasarkan agama, suku, ras, asal suku, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi;
Jenis kelamin, bahasa atau keyakinan politik yang mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia dan hak fundamental, kebebasan mengakibatkan penyimpangan atau penghapusan pengakuan;
Pelaksanaan atau penggunaan dalam kehidupan dan secara individual dan kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan sosial lainnya.
5. Intoleransi Budaya
Hidup di tengah keberagaman seperti di Indonesia, sikap toleran harus dimiliki setiap individu untuk tetap bertahan.
Intoleransi yang terus berlanjut hanya dapat menimbulkan konflik yang berujung pada perpecahan atau perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Beberapa contoh intoleransi antara lain:
- Tidak menghargai dan menghormati hak orang lain;
- Diskriminasi atau diskriminasi terhadap orang berdasarkan suku, agama, ras, jenis kelamin dan lain-lain;
- Mencampuri kebebasan orang lain dalam memilih agama, keyakinan politik dan golongan;
- memaksakan kehendak seseorang pada orang lain; tidak ingin bergaul dengan orang yang berbeda agama dan berperilaku buruk;
- Membenci dan menyakiti perasaan orang yang berbeda pandangan atau pendapat;
- Peduli dengan kelompoknya sendiri atau menganggap kelompoknya lebih baik.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idaman mu: