Biografi Soeharto Presiden Indonesia ke-2 secara Singkat tapi Lengkap

Biografi Soeharto Presiden Indonesia ke-2 secara Singkat tapi Lengkap – Soeharto adalah salah satu presiden di Indonesia dengan masa kepemimpinan terlama.

Beliau mundur dari jabatannya di tahun 1999 yang kemudian digantikan oleh wakil presiden saat itu, yakni BJ Habibie.

Yuk, simak biografi Soeharto yang telah Mamikos rangkum secara singkat dan lengkap berikut ini!

Masa Muda, Pendidikan, dan Pernikahan

CNN Indonesia

Soeharto merupakan presiden kedua Indonesia yang lahir pada 8 Juni 1921 di Kemusuk, Yogyakarta. 

Masa kecil Soeharto tidak terlepas dari konteks kehidupan di Jawa pada awal abad ke-20. 

Ayah Soeharto adalah Kertosudiro, seorang petani dengan kehidupan ekonomi yang sederhana. 

Namun, ketiadaan informasi rinci tentang ayah Soeharto membuat sedikit yang diketahui tentang latar belakangnya.

Ibunya adalah Sukirah, seorang wanita yang berasal dari keluarga petani. Seperti suaminya, Sukirah hidup dalam kondisi ekonomi yang serba sederhana.

Meskipun demikian, Soeharto mampu melanjutkan pendidikannya di sekolah dasar Belanda, di mana ia kemudian mengembangkan keterampilan militer dan kepemimpinan.

Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, atau yang akrab dipanggil Ibu Tien, pada tahun 1947. 

Mereka memiliki enam anak: Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).

Keluarga Soeharto memiliki peran yang signifikan dalam politik dan bisnis Indonesia selama pemerintahannya, dan beberapa anggota keluarga menduduki posisi penting dalam berbagai sektor.

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) selama Perang Dunia II, Soeharto bergabung dengan romusha (pekerja paksa) yang dipekerjakan oleh Jepang. 

Pengalaman ini membentuk pemahaman dan pengalaman Soeharto tentang organisasi dan kepemimpinan, yang nantinya sangat berpengaruh dalam kariernya di militer.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, Soeharto bergabung dengan tentara nasional Indonesia. 

Dalam biografi Soeharto dijelaskan beliau ikut berjuang dalam perang kemerdekaan melawan Belanda. 

Dalam perjalanan kariernya, Soeharto menunjukkan bakat militer yang kuat dan mendapatkan promosi secara bertahap. 

Pada tahun 1965, ia memainkan peran kunci dalam peristiwa G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia) yang berujung pada kudeta militer dan pemberangusan PKI.

Transisi Kepemimpinan Soekarno ke Soeharto

Transisi kepemimpinan dari Soekarno ke Soeharto pada tahun 1966 dalam hal ini berfokus pada konteks krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia. 

Pada pertengahan 1960-an, negara ini menghadapi inflasi tinggi dan ketidakstabilan ekonomi, sementara ketegangan antara kelompok nasionalis dan komunis meningkat. 

Kudeta yang gagal pada 30 September 1965, yang melibatkan Gerakan 30 September (G30S) dan Partai Komunis Indonesia (PKI), memicu respons keras dari Soeharto, yang memimpin operasi militer untuk menumpas kelompok-kelompok yang terlibat. 

Pembantaian massal terhadap anggota PKI dan simpatisannya menyebabkan Soekarno semakin terisolasi politik. 

Dukungan militer dan elit politik kepada Soeharto membawa pada pemecatan Soekarno dan pengangkatan Soeharto sebagai Pejabat Presiden. 

Seiring dengan itu, Soeharto menyatakan doktrin “Pancasila” sebagai dasar negara dan memulai era Orde Baru, yang ditandai dengan otoritarianisme dan pembatasan kebebasan sipil. 

Soeharto kemudian diresmikan sebagai Presiden pada Maret 1967, memulai kepemimpinan yang berlangsung selama tiga puluh dua tahun hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1998. 

Transisi ini mencerminkan perubahan dramatis dalam dinamika politik Indonesia, membawa negara itu ke arah baru yang diwarnai oleh stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga oleh kontroversi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Ciri-ciri Kepemimpinan Soeharto 

Dalam biografi Soeharto, dijelaskan bahwa kepemimpinannya  di Indonesia berlangsung dari 1967 hingga 1998 dan cukup dikenal dengan dikenal sebagai “Orde Baru” (New Order).

Di bawah kepemimpinan Soeharto, Indonesia mengalami beberapa perubahan signifikan, baik dari segi politik, ekonomi, maupun sosial. Berikut adalah beberapa ciri utama dari kepemimpinan Soeharto:

1. Stabilitas Politik dan Otoritarianisme

Soeharto dikenal sebagai pemimpin yang menerapkan kontrol yang ketat terhadap pemerintahan dan politik Indonesia. 

Ia menjaga stabilitas politik dengan cara menekan segala bentuk oposisi politik dan membatasi kebebasan sipil. 

Media dikendalikan secara ketat, dan partai politik dibatasi dalam ruang geraknya.

2. Pembangunan Ekonomi

Salah satu aspek yang sering dipuji dari pemerintahan Soeharto adalah pembangunan ekonomi yang pesat. 

Melalui kebijakan ekonomi yang stabil, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan. 

Program-program seperti “Pembangunan Lima Tahun” berhasil meningkatkan produksi dan mengurangi tingkat kemiskinan. 

Namun, kritik muncul terkait dengan ketidaksetaraan ekonomi dan korupsi yang merajalela di kalangan elit.

3. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur

Soeharto mengambil langkah-langkah besar dalam pengembangan infrastruktur, termasuk pembangunan jalan, pelabuhan, dan proyek-proyek besar lainnya. 

Upaya ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki konektivitas di seluruh negeri.

4. Kebijakan Transmigrasi

Pemerintahan Soeharto menerapkan program transmigrasi yang bertujuan untuk mengurangi tekanan penduduk di pulau Jawa dengan memindahkan masyarakat ke pulau-pulau yang kurang padat. 

Meskipun tujuannya adalah untuk meratakan distribusi penduduk, program ini mendapat kritik karena seringkali tidak memperhatikan hak-hak masyarakat adat dan berpotensi menciptakan konflik sosial.

5. Kontroversi Hak Asasi Manusia

Dalam biografi Soeharto, disebutkan bahwa pemerintahannya  juga diwarnai dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.

Terutama saat peristiwa 1965 dan invasi Indonesia ke Timor Timur pada tahun 1975. 

Kritik datang dari dalam dan luar negeri terkait dengan tindakan represif dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh aparat keamanan.

6. Korupsi dan Nepotisme

Selama masa pemerintahannya, korupsi dan nepotisme berkembang dengan cepat di kalangan elit politik dan bisnis Indonesia. 

Keluarga Soeharto sendiri dituding mendapat manfaat secara besar-besaran dari kebijakan pemerintah.

7. Politik Luar Negeri

Di bidang politik luar negeri, Soeharto menjaga kebijakan luar negeri yang nonblok, meskipun Indonesia secara aktif berpartisipasi dalam organisasi-organisasi regional seperti ASEAN. 

Hubungan dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menjadi lebih erat selama masa pemerintahannya.

8. Pemantapan Kekuasaan Keluarga

Selama pemerintahan Soeharto, terjadi konsolidasi kekuasaan di tangan keluarganya. 

Keluarga Soeharto terlibat dalam berbagai bisnis dan memiliki pengaruh politik yang besar. 

Nepotisme dan klaim bahwa keluarga Soeharto menjadi sangat kaya selama masa pemerintahannya menjadi salah satu kritik terbesar.

9. Krisis Ekonomi 1997-1998

Pada tahun 1997, krisis ekonomi Asia melanda Indonesia, memicu krisis keuangan dan krisis moneter. 

Pada saat yang sama, terjadi protes rakyat yang besar-besaran terhadap rezim Soeharto yang dianggap korup. 

Kondisi ini memaksa Soeharto untuk mengundurkan diri pada Mei 1998, mengakhiri pemerintahannya yang berlangsung selama tiga puluh dua tahun.

10. Pasca Kepemimpinan Soeharto

Setelah Soeharto mengundurkan diri, Indonesia mengalami periode transisi politik. 

Pemilihan umum diadakan, dan Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden. 

Pemerintahan pasca kepemimpinan Soeharto juga mencoba menangani warisan politik dan ekonomi yang rumit yang ditinggalkannya, termasuk proses reformasi politik dan upaya mengatasi dampak krisis ekonomi.

Runtuhnya Kepemimpinan Soeharto

Runtuhnya kepemimpinan Soeharto sebagai Presiden Indonesia pada tahun 1998 sebenarnya diwarnai oleh sejumlah faktor kompleks yang mencakup tekanan sosial, krisis ekonomi, dan ketidakpuasan politik. 

Krisis ekonomi yang melanda Asia pada akhir tahun 1990-an, termasuk Indonesia, menyebabkan mata uang rupiah anjlok dan inflasi meroket. 

Kondisi ini menimbulkan ketidakpuasan luas di kalangan rakyat, terutama mereka yang terkena dampak ekonomi yang parah. 

Demonstrasi mahasiswa dan protes rakyat meletus di seluruh negeri, menuntut reformasi politik dan ekonomi. 

Selain itu, ketidakpuasan terhadap rezim Soeharto yang dianggap otoriter, korup, dan terlalu lama berkuasa semakin meningkat.

Pada tanggal 21 Mei 1998, situasi mencapai puncak ketika ribuan mahasiswa berkumpul di depan Gedung DPR/MPR untuk menyuarakan tuntutan reformasi. 

Konfrontasi antara demonstran dan aparat keamanan terjadi, dan terjadi kekerasan yang menyebabkan banyak korban. 

Kejadian ini dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Insiden ini memicu reaksi lebih keras dari masyarakat, termasuk dari sejumlah elit politik dan militer yang mulai melepaskan dukungan terhadap Soeharto.

Dalam menghadapi tekanan yang semakin meningkat, termasuk desakan dari sejumlah jenderal dan tokoh-tokoh politik yang sebelumnya mendukungnya, Soeharto menyadari bahwa kekuatan dan kekuasaannya sebagai pemimpin semakin mengkhawatirkan. 

Pada tanggal 21 Mei 1998, dalam biografi Soeharto dijelaskan bahwa secara resmi beliau mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden. 

Tentu hal ini mengakhiri pemerintahannya yang berlangsung selama tiga puluh dua tahun. 

Langkah ini bertujuan untuk mengakhiri kekerasan dan membuka jalan bagi reformasi politik.

Wafatnya Soeharto

Dalam biografi Soeharto disebutkan bahwa beliau meninggal dunia pada 27 Januari 2008.

Soeharto menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta, pada usia 86 tahun. 

Sebelum kematiannya, Soeharto telah mengalami sejumlah masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung dan gagal ginjal.

Sebenarnya beliau sudah mulai tidak sehat sejak lama, apalagi ditambah Soeharto menghadapi sejumlah kontroversi dan tuduhan terkait dugaan korupsi selama masa pemerintahannya.

Meskipun terdapat upaya untuk membawa Soeharto ke pengadilan, kesehatan yang semakin merosot dan kondisi politik yang rumit membuatnya tidak pernah diadili secara resmi.

Wafatnya Soeharto menciptakan respons yang beragam di Indonesia.

Meskipun beberapa mengenangnya sebagai tokoh yang telah memberikan stabilitas dan pembangunan ekonomi, ada juga yang mengkritik otoriterisme dan dugaan korupsi dalam pemerintahannya. 

Pemakamannya diikuti oleh upacara kenegaraan, namun beberapa masyarakat juga menggelar unjuk rasa sebagai bentuk protes terhadap masa pemerintahannya. 

Wafatnya Soeharto mengakhiri kehidupan seorang tokoh kontroversial dalam sejarah Indonesia, bahkan evaluasi terhadap masa pemerintahannya terus menjadi topik perdebatan hingga saat ini.

Penutup

Semoga biografi Soeharto di atas bisa membuatmu makin kenal dengan sejarah Indonesia. Terlepas dari segala kontroversi di kepemimpinan Soeharto, beliau adalah presiden kedua di Indonesia setelah Soekarno.

Oleh karena itu, biografi Soeharto juga penting untuk diketahui para pelajar maupun masyarakat umum. Tertarik dengan artikel seperti ini? Yuk, kunjungi artikel-artikel dari Mamikos yang lainnya.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta