Contoh Diskriminasi Etnis yang Ada di Indonesia dan Penjelasannya
Sudah tahu contoh diskriminasi etnis yang ada di Indonesia dan penjelasannya? Simak artikel berikut untuk tahu informasinya.
1. Contoh Diskriminasi Etnis di Indonesia: Penjarahan Terhadap Etnis Tionghoa 1998
Kasus diskriminasi etnis yang masih diingat sampai saat ini adalah kasus rasial pada etnis Tionghoa yang terjadi pada bulan Mei tahun 1998.
Saat insiden tersebut, toko-toko dan perusahaan milik Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa dihancurkan.
Kerusuhan yang sampai mengakibatkan bangunan hancur tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta saja, tetapi juga di banyak wilayah di Indonesia.
Bahkan, disebutkan bahwa kerusuhan terbesar ada di Medan, Surakarta, dan ibukota Jakarta.
Awal mula kerusuhan yang identik dengan diskriminasi etnis tahun 1998 tersebut dimulai saat ada krisis finansial Asia, kemudian ditambah dengan tragedi Trisakti saat ada empat orang mahasiswa yang meninggal terbunuh waktu melakukan demonstrasi pada 12 Mei 1998.
Akibat diskriminasi etnis 1998, ada banyak ratusan wanita keturunan Tionghoa yang dilecehkan secara seksual. Ada pula yang mengalami penganiayaan hingga terbunuh.

Advertisement
Meskipun pernyataan bahwa tidak ada bukti konkret terhadap kasus penganiayaan dan pembunuhan pada peristiwa tersebut sudah dikeluarkan pemerintah, ada banyak pihak yang menjadikan pernyataan tersebut kontroversial.
2. Contoh Diskriminasi Etnis di Indonesia: Kasus Sampit 2001
Peristiwa diskriminasi etnis yang berujung pada kerusuhan antar etnis di Sampit, Kalimantan Tengah terjadi pada Februari 2022. Peristiwa tersebut melibatkan suku Dayak asli dan warga migran yang berasal dari Madura.
Awal mula konflik Sampit sebenarnya ada di Kota Sampit, namun kemudian membesar dan meluas sampai seluruh provinsi, termasuk Palangkaraya sebagai ibu kotanya.
Awalnya, para transmigran yang berasal dari Madura sudah membentuk hingga 21 persen populasi di Kalimantan Tengah.
Karena pendudukan itu lah masyarakat Kalimantan Tengah merasa tidak puas karena merasa Madura sudah menyaingi mereka.
Muncul rumor bahwa warga yang berasal dari Madura lah yang melakukan pembakaran rumah dayak.
Akhirnya, konflik tidak dapat terhindarkan karena masyarakat dayak akhirnya membalas dengan melakukan pembakaran rumah-rumah masyarakat Madura.
Akibat kasus kerusuhan Sampir, terdapat hingga lebih dari 1300 orang Madura harus mengungsi. Tidak hanya itu, hingga 100 warga Madura meninggal karena kepalanya dipenggal oleh suku Dayak.
Konflik Sampit mulai mereda setelah peningkatan keamanan dilakukan pemerintah. Warga yang ada di lokasi juga dievakuasi dan provokator konflik Sampit ditangkap.
Konflik Sampit berakhir dan diperingati dengan adanya perjanjian damai yang dibuat antara suku Dayak dan Madura.