7 Contoh Gaya Hidup Minimalis dan Slow Living beserta Cara Menjalaninya

7 Contoh Gaya Hidup Minimalis dan Slow Living beserta Cara Menjalaninya – Jika kamu pernah bertanya ke diri sendiri, apa yang membuat hidup terasa cukup dan membahagiakan, kamu tidak sendirian. Banyak orang di luar sana juga mencari cara hidup yang lebih sederhana dan mindful, seperti gaya hidup minimalis dan slow living.

Dua konsep ini lagi naik daun, terutama di kalangan anak muda yang sudah mulai berpikir soal “how to live better” bukan cuma “how to survive”. Minimalis dan slow living bukan sekadar tren, tapi cara hidup yang bisa bantu kamu lebih mindful, hemat, dan tentunya bahagia.

Nah, Mamikos akan membahas contoh gaya hidup minimalis dan slow living, lengkap dengan cara menjalaninya agar kamu bisa mulai dari hal kecil yang realistis. Siap? Yuk, kita mulai pelan-pelan saja seperti konsep slow living itu sendiri 😉 🍃 🧘

Contoh Gaya Hidup Minimalis dan Slow Living

unsplash/@Shashi

1. Kurangi Barang, Tambah Ruang

Gaya hidup minimalis berangkat dari prinsip sederhana less is more atau sedikit tapi bermakna. Artinya, kamu tidak perlu memiliki banyak barang untuk merasa cukup atau bahagia.

Justru ketika kamu mengurangi jumlah barang yang kamu miliki, kamu akan merasakan ruang yang lebih lapang, bukan hanya di rumah tapi juga di pikiran. Bayangin saja, rumah jadi tidak sumpek dan kamu tidak perlu lagi stres dengan berantakan yang tidak ada habisnya.

Minimalisme bukan berarti hidup serba kekurangan, tapi lebih ke memilih dengan sadar apa saja yang benar-benar kamu butuhkan dan gunakan dalam keseharian. 

Barang-barang yang tidak memberi manfaat atau nilai emosional bisa kamu lepas, baik dengan cara disumbangkan, dijual, atau dibuang bila sudah rusak total.

Setelah kamu mulai mengurangi barang, efeknya terasa banget:

  • Ruang jadi lebih lega, baik secara fisik maupun emosional. Kamu tidak lagi merasa sesak melihat ruangan yang penuh tumpukan.
  • Waktu bersih-bersih jadi lebih singkat dan ringan. 
  • Fokus jadi meningkat, karena lingkungan yang rapi bikin pikiran lebih tenang dan tidak terdistraksi oleh barang-barang yang sebenarnya tidak penting.
  • Kamu jadi lebih menghargai barang yang kamu miliki, karena semuanya punya peran dan tempat dalam hidup kamu.

2. Pilih Kualitas, Bukan Kuantitas

Memilih kualitas daripada kuantitas adalah prinsip penting, daripada kamu terus-menerus membeli barang murah yang cepat rusak dan akhirnya menumpuk jadi sampah, lebih baik kamu investasi pada barang-barang yang memang berkualitas tinggi.

Cara menjalaninya:

  • Latih diri sendiri apakah barang yang dibeli memang dibutuhkan atau tidak.
  • Bandingkan dahulu kualitas dan review produk.
  • Pilih barang yang multifungsi, misalnya tas yang bisa dipakai buat kerja sekaligus jalan santai.
  • Fokus pada desain yang timeless, model yang bisa digunakan bertahun-tahun dan cocok di berbagai situasi. 
  • Hitung dengan konsep “cost per use” (biaya per pemakaian). Misalnya:

Sepatu A: Rp150.000, rusak dalam 3 bulan, dipakai 30 kali = Rp5.000 per pakai.

Sepatu B: Rp450.000, awet 2 tahun, dipakai 300 kali = Rp1.500 per pakai.

Ternyata sepatu yang lebih mahal bisa jadi lebih hemat dalam jangka panjang.

3. Manajemen Waktu ala Slow Living

Slow living bukan berarti kamu harus lambat seperti  kura-kura. Tapi kamu jadi lebih sadar sama waktu yang kamu miliki dan tidak asal sibuk. Di dunia yang penuh budaya hustle dan “harus selalu sibuk”, slow living mengajak kamu untuk berhenti sejenak.

Cara menjalaninya:

  1. Mulai hari dengan morning routine yang tenang, misalnya bangun 15 menit lebih awal buat minum teh sambil baca buku.
  2. Stop multitasking! Fokus ke satu hal dulu sebelum pindah ke yang lain.
  3. Jadwalkan waktu buat istirahat, tidak semua jam harus produktif.
  4. Gunakan teknik time blocking, dengan contoh berikut:
    • 08.00 – 10.00: Fokus kerja deep work
    • 10.00 – 10.15: Break/stretching
    • 12.00 – 13.00: Waktu makan siang tanpa gadget 
    • 17.00 – 18.00: Waktu olahraga/jalan sore
    • 20.00 – 21.00: Waktu tenang, tanpa layar. 

Adanya manajemen waktu ala slow living bisa membuat kamu lebih hadir setiap momen dengan energi yang stabil. Kamu menjadi lebih tahu kapan waktu untuk produktif dan recharge. Bonusnya, kualitas kerja semakin meningkat karena kerja dengan fokus bukan tergesa-gesa.

4. Makan Sadar (Mindful Eating)

Mindful eating adalah praktik makan dengan penuh perhatian tanpa distraksi dari gadget, TV, atau aktivitas lain. Bukan hanya soal apa yang kamu makan, tapi juga bagaimana kamu menikmatinya.

Di tengah rutinitas yang serba cepat, kamu sering makan sambil kerja, scroll TikTok, atau nonton drakor. Akibatnya? Kamu makan berlebihan tanpa sadar, tidak menikmati makanan, dan membuat sistem pencernaan kerja ekstra.

Mengapa Mindful Eating Sangat Penting?

  • Lebih menghargai makanan dan prosesnya, dari bahan sampai ke piring.
  • Porsi makan jadi lebih terkontrol karena otak butuh waktu sekitar 20 menit untuk menyadari bahwa kamu sudah kenyang.
  • Pencernaan lebih sehat, karena makanan dikunyah dengan baik dan kamu makan dalam kondisi tenang, bukan tergesa-gesa.

5. Kurangi Digital Overload

Apakah kamu suka scroll sosmed hingga lupa waktu? Waktu scrolling medsos bisa mencuri jam tidur, waktu produktif, bahkan kepercayaan diri. 

Digital minimalism mengajak kamu untuk lebih sadar dan bijak dalam menggunakan teknologi. Bukan anti-gadget, tapi tahu kapan harus disconnect demi kesehatan mental.

Cara menjalaninya:

  • Buat screen-free zone atau waktu khusus tanpa layar, misalnya 1 jam sebelum tidur, saat makan, dan pagi hari setelah bangun
  • Matikan notifikasi yang tidak penting seperti dari game, promosi, atau grup yang tidak kamu ikuti aktif.
  • Kurasi konten yang kamu konsumsi. Kalau ada akun atau konten membuat cemas, insecure, atau selalu membandingkan diri, tidak usah ragu untuk unfollow atau mute.
  • Ganti waktu scrolling dengan aktivitas yang lebih tenang, seperti baca buku, journaling, atau jalan santai tanpa bawa HP.

6. Hidup dengan Tujuan

Hidup minimalis dan slow living mengajarkan untuk hidup sesuai nilai dan tujuan pribadi, bukan berdasarkan ekspektasi orang lain. Di tengah budaya harus sukses versi orang lain, memiliki rumah besar, karier tinggi, barang branded, kamu pertanyakan ke diri sendiri terlebih dahulu.

Cara menjalaninya:

  1. Luangkan waktu untuk refleksi diri. Coba renungkan:
  • Apa yang membuat kamu merasa puas dan damai?
  • Nilai apa yang paling kamu pegang? (misal: keluarga, kebebasan, kreativitas, spiritualitas, dsb.)
  1. Tulis jurnal atau buat vision board. Visualisasi tujuan hidup kamu secara konkret, seperti:
  • Ingin punya waktu luang buat keluarga
  • Ingin hidup tanpa utang
  • Ingin kerja di bidang yang berdampak
  1. Gunakan nilai-nilai itu sebagai kompas saat ambil keputusan. Misalnya:
  • Menolak tawaran kerja yang gajinya tinggi tapi bertolak belakang dengan prinsip hidup kamu.
  • Memilih tinggal di kota kecil demi kualitas hidup, meskipun tidak se-“wah” tinggal di ibu kota.

Contoh nyata:

Kalau kamu punya nilai hidup sederhana dan ingin dekat dengan keluarga, mungkin kamu akan lebih memilih:

  • Kerja remote dari rumah, meski gajinya biasa saja
  • Daripada posisi prestisius di kota besar yang jauh dari orang-orang tercinta dan membuat kamu stres

Hasilnya? Hidup kamu menjadi lebih ringan, penuh makna, dan tidak perlu validasi dari luar.

7. Nikmati Hal-Hal Kecil

Kunci dari slow living adalah belajar untuk menemukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. 

Kamu sering terlalu fokus mengejar target besar, karier, materi, pencapaian—sampai lupa bahwa momen kecil yang dianggap “biasa” sebenarnya bisa jadi sumber ketenangan dan rasa syukur.

Slow living mengajarkan kamu untuk pause sejenak, memperlambat langkah, dan mulai benar-benar merasakan hidup, bukan cuma menjalani rutinitas tanpa sadar.

Cara menjalaninya:

  • Bangun pagi dan rasain matahari pagi menyentuh kulit kamu.
  • Dengarkan suara hujan sambil minum kopi hangat.
  • Ajak ngobrol orang tua atau teman tanpa distraksi gadget.

Bonus: Apa Bedanya Minimalis dan Slow Living?

Meskipun sering disebut barengan dan saling melengkapi, gaya hidup minimalis dan slow living sebenarnya punya fokus yang agak berbeda. Tapi tenang, keduanya tetap saling mendukung dan ada satu tujuan besar: hidup yang lebih sadar, tenang, dan bermakna.

✂️ Minimalisme: Kurangi untuk Menemukan Esensi

Fokus utama minimalisme adalah menyederhanakan hidup—baik secara fisik (barang), mental, maupun finansial.

Tujuannya bukan sekadar hidup dengan sedikit barang, tapi supaya kamu bisa fokus ke hal-hal yang benar-benar penting, seperti:

  • Kesehatan
  • Hubungan yang bermakna
  • Kebebasan waktu dan finansial

Contohnya:

  • Mengurangi isi lemari jadi hanya pakaian yang benar-benar kamu pakai.
  • Berhenti belanja impulsif demi barang yang sebenarnya tidak terlalu kamu butuhkan.
  • Melepas “keharusan” tampil sempurna hanya karena standar media sosial.

🐢 Slow Living: Pelan Bukan Berarti Ketinggalan

Kalau minimalisme fokus ke apa yang kamu miliki, maka slow living fokus ke bagaimana kamu menjalani hidup.

Slow living mengajak kamu:

  • Menikmati proses, bukan hanya hasil
  • Hidup dengan ritme yang kamu pilih sendiri, bukan ikut arus sibuk yang ditentukan orang lain
  • Menghadirkan diri sepenuhnya dalam setiap aktivitas (entah itu makan, bekerja, atau ngobrol)

Contoh penerapannya:

  • Menghindari multitasking, dan memilih fokus ke satu tugas dalam satu waktu
  • Membuat rutinitas pagi yang tenang, tanpa buru-buru
  • Menjadwalkan waktu istirahat dan hobi sebagai hal yang penting, bukan sekadar “jika sempat”

Penutup

Jika kamu baru pertama kali mengenal konsep minimalisme dan slow living, tidak perlu langsung mengubah segalanya secara drastis. Perubahan yang bermakna justru dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. 

Mulailah dari satu sudut rumah yang dirapikan, satu kebiasaan harian yang lebih sehat, atau satu keputusan belanja yang lebih bijak dan penuh pertimbangan.

Ingat, menjalani hidup minimalis dan penuh kesadaran bukanlah perlombaan. Tidak ada standar “sempurna” yang harus dicapai. Satu jam tanpa gawai, satu pagi yang lebih tenang, atau satu momen penuh perhatian bersama orang terdekat sudah merupakan langkah besar.

Semoga artikel ini menjadi titik awal untuk menjalani hidup yang lebih tenang, bermakna, dan selaras dengan nilai-nilai pribadi. Jika kamu sudah mencoba minimalis atau slow living, jangan ragu untuk menginspirasi orang lain yang sedang memulai perjalanan serupa. 💬✨

Referensi:


Klik dan dapatkan info kost di dekat mu:

Kost Jogja Murah

Kost Jakarta Murah

Kost Bandung Murah

Kost Denpasar Bali Murah

Kost Surabaya Murah

Kost Semarang Murah

Kost Malang Murah

Kost Solo Murah

Kost Bekasi Murah

Kost Medan Murah