10 Contoh Konflik Fungsional dan Disfungsional dalam Sosiologi

10 Contoh Konflik Fungsional dan Disfungsional dalam Sosiologi – Konflik sosial merupakan fenomena di masyarakat yang biasa muncul ketika perbedaan antar individu ataupun kelompok tidak dapat didamaikan.

Ada beberapa macam konflik sosial di masyarakat dalam Sosiologi, dua diantaranya adalah konflik fungsional dan disfungsional.

Yuk, temukan ulasan singkat terkait konflik fungsional dan disfungsional lengkap dengan contohnya dalam artikel ini.

Berikut Deretan Contoh Konflik Fungsional dan Disfungsional

unsplash.com/AfifRamdhasuma

Dalam Sosiologi, kita mengenal adanya istilah konflik sosial yang merujuk pada bentuk interaksi yang bersifat memecah persatuan kelompok.

Konflik sendiri mempunyai arti pertentangan yang melibatkan individu maupun kelompok.

Konflik
sosial tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat karena dalam bermasyarakat
sendiri akan selalu ada perbedaan serta pertentangan antar individu maupun kelompok.

Diketahui ada banyak macam jenis konflik sosial di masyarakat. Jika dilihat berdasarkan tujuan organisasi, macam-macam konflik sosial dapat dipilah menjadi konflik fungsional dan disfungsional.

Sekilas tentang Konflik Sosial

Mungkin
masih ada sebagian orang yang belum memahami pengertian konflik sosial,
meskipun mengetahui contohnya.

Dalam
kehidupan sehari-hari, konflik sosial memang kerap terjadi. Hal ini dapat
terjadi karena manusia sebagai makhluk sosial cenderung berinteraksi satu sama
lain.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik berarti perselisihan, percekcokan, pertentangan. Sedangkan, sosial artinya berkenaan dengan masyarakat.

Singkatnya, konflik sosial dapat diartikan sebagai suatu perselisihan yang terjadi di masyarakat.

Menurut Taquiri dan Davis, konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang terjadi di berbagai keadaan.

Konflik dapat terjadi karena adanya kontroversi, ketidaksetujuan, serta pertentangan antara dua belah pihak atau lebih.

Berdasarkan
buku karya Neni Nurmayanti berjudul Get Succes UN Sosiologi, konflik sosial
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri yang dimiliki oleh individu dalam suatu
interaksi.

Perbedaan tersebut menyangkut pada beberapa hal, yaitu adat istiadat, keyakinan, ciri fisik, pengetahuan, dan kepandaian.

Penyebab Adanya Konflik Sosial

Konflik
sosial dalam masyarakat disebabkan adanya hak manusia atas sumber-sumber
tersebut, khususnya mengenai kekuasaan.

Ketidaksamaan
ini tercipta karena konflik kepentingan antara yang memiliki dan yang tidak
memiliki kekuasaan.

Simak
lebih lanjut mengenai penyebab konflik sosial yang dirangkum dari buku Pasti
Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial oleh Tim Ganesha Operation berikut ini.

1.
Perbedaan Antarindividu atau Kelompok

Konflik
sosial bisa terjadi ketika antarindividu atau kelompok yang memiliki
kepentingan berbeda dan saling bertentangan. Misalnya saja, perbedaan pandangan
tentang penggunaan lahan yang sama.

2.
Perbedaan Kebudayaan di Masyarakat

Penyebab konflik sosial juga bisa dikarenakan dua kelompok memiliki perbedaan budaya yang signifikan.

Kedua masyarakat dengan perbedaan budaya ini pun saling bertentangan satu sama lain. Misalnya saja, perbedaan adat istiadat yang mengakibatkan konflik.

3.
Adanya Perbedaan Kepentingan

Konflik
sosial nyatanya juga dapat terjadi karena terdapat nilai-nilai serta kepentingan
yang berbeda dan saling bertentangan di dalam masyarakat. Misalnya saja,
perbedaan pandangan tentang hak-hak individu.

4.
Terjadinya Kesenjangan Sosial

Kesenjangan
sosial juga menjadi salah satu faktor umum terjadinya konflik sosial di
masyarakat. Misalnya saja, ketidakadilan dalam pembagian kekayaan dan
kesempatan kerja.

5.
Adanya Tindak Kekerasan

Tindak kekerasan yang dilakukan suatu kelompok kepada kelompok lain juga bisa menyebabkan konflik sosial. Misalnya saja, saat kelompok mayoritas menindas kelompok minoritas.

Macam-macam Konflik Sosial di Masyarakat

Tahukah
kamu bahwa ada banyak macam jenis konflik sosial di masyarakat? Nah, macam-macam
konflik sosial itu terbagi dalam berbagai kategori antara lain.

1.
Konflik sosial berdasarkan posisi pelaku

Berdasarkan
posisi pelaku, konflik sosial dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni konflik
vertikal dan konflik horizontal.

Nah,
konflik vertikal adalah konflik yang melibatkan pihak yang kedudukannya tidak
sejajar. Misalnya saja, bentrok antara polisi dan masyarakat yang menolak
penggusuran.

Sedangkan,
konflik horizontal adalah konflik antarpihak yang derajat atau kedudukannya
sama. Misalnya saja, pertikaian dengan kekerasan antarsuku, atau tawuran
antarwarga beda kampung.

2.
Konflik sosial berdasarkan sifat pelaku

Berdasarkan
sifat pelakunya, konflik sosial dapat dibedakan menjadi konflik terbuka dan
tertutup. Nah, kedua jenis konflik ini berbeda dari segi penampakan konfliknya.

Misalnya,
konflik terbuka merupakan konflik sosial yang diketahui oleh semua orang. Jadi,
konflik itu tidak hanya diketahui oleh pihak yang terlibat saja, namun juga khalayak
umum yang terkait dengannya.

Contoh
konflik sosial terbuka adalah demonstrasi buruh, demonstrasi mahasiswa menolak
Omnibus Law, dan sejenisnya.

Sementara,
konflik tertutup merupakan merupakan konflik yang diketahui oleh beberapa pihak
saja, seperti pihak yang terkait saja.

Contoh dari konflik tertutup adalah pemberian gaji pada karyawan WNI dengan karyawan WNA di suatu perusahaan yang nominalnya tidak sama, padahal peran keduanya setara dalam bekerja.

Namun, konflik sosial ini belum muncul ke permukaan sehingga tidak diketahui oleh siapapun di luar perusahaan.

3.
Konflik sosial berdasarkan waktu

Berdasarkan
kategori waktu, konflik sosial juga dapat dibedakan menjadi konflik spontan (sesaat)
dan konflik berkelanjutan.

Konflik
spontan dapat dapat terjadi dalam waktu singkat atau sesaat saja karena adanya
kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik. Misalnya, bentrok antar warga
karena adanya kesalahpahaman.

Sedangkan,
konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu yang cukup lama dan sulit untuk
diselesaikan. Hal ini dapat dilihat contohnya pada konflik antar suku yang
berkepanjangan.

4.
Konflik sosial berdasarkan pengendaliannya

Jika
ditelisik berdasarkan pengendaliannya, konflik sosial dapat dikategorikan
jenisnya menjadi empat, yakni konflik terkendali, konflik tidak terkendali,
konflik sistematis, dan konflik nonsistematis.

Konflik
terkendali merupakan konflik yang terjadi di saat pihak-pihak yang terlibat
dapat mengendalikannya dengan baik, sehingga perselisihan tidak menyebar dan
membesar dengan cepat.

Misalnya
saja, konflik antara karyawan dengan perusahaan terkait gaji yang terlambat
dibayar. Kemudian, konflik tersebut ditengahi oleh Dinas Tenaga Kerja melalui
proses mediasi, dan akhirnya terjadi kesepakatan.

Kemudian,
konflik tidak terkendali merupakan konflik sosial yang menimbulkan akibat yang
tidak dapat dikendalikan oleh pihak-pihak yang terkait, sehingga berujung pada
aksi kekerasan.

Contoh
dari jenis konflik tidak terkendali ini misalnya bentrok yang berujung
kekerasan antara polisi dan massa demonstrasi.

Ketiga,
konflik nonsistematis yang dapat terjadi walaupun tanpa perencanaan dan
keinginan menang yang kuat.

Pihak
yang terlibat dalam konflik ini tidak menganalisis bagaimana konflik dapat
dikendalikan atau memperoleh hasil yang memuaskan.

Contoh
dari konflik nonsistematis adalah perkelahian antar kelompok pelajar yang
tiba-tiba saja terjadi dikarenakan adanya kasus senggolan motor di jalan.

Terakhir, konflik sistematis yang dapat terjadi karena ada perencanaan yang disusun sebelumnya.

Tidak hanya karena agar tujuan dapat tercapai, namun juga dengan strategi tertentu supaya salah satu pihak pemenang dapat menguasai pihak lain.

Untuk memenangkan konflik, pihak yang berkonflik akan merencanakan cara untuk dapat menundukkan dan menguasai lawan.

Contoh konflik sistematis ini dapat kamu lihat pada pertikaian antarpartai politik, atau antarkelompok organisasi kemasyarakatan (ormas).

5.
Konflik sosial berdasarkan tujuan organisasi

Apabila
dilihat berdasarkan tujuan organisasi, macam konflik sosial dapat dipilah
menjadi konflik fungsional dan disfungsional.

Nah, konflik fungsional ini merupakan konflik yang mendukung tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif.

Misalnya, persaingan antara organisasi OSIS dan organisasi pramuka di sebuah sekolah yang mendorong masing-masing kelompok berlomba dalam meraih prestasi.

Sementara, konflik disfungsional merupakan konflik yang menghambat tercapainya tujuan suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak).

Misalnya saja, konflik perebutan posisi ketua OSIS yang berujung pada perpecahan anggota kepengurusan.

Contoh Konflik Fungsional dan Disfungsional

Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, konflik fungsional dan disfungsional masuk
dalam kategori konflik sosial yang dilihat berdasarkan tujuan organisasi.

Nah,
berikut adalah beberapa contoh konflik fungsional dan disfungsional yang dapat
kamu perhatikan agar dapat memahami lebih jauh seputar dua jenis konflik ini.

Contoh
Konflik Fungsional

  1. Perusahaan menghadapi masalah tentang pengalokasian dana untuk meningkatkan penjualan produk di perusahaannya.
  2. Persaingan antara e-commerce A dan e-commerce B di Indonesia yang mendorong masing-masing kelompok berlomba dalam meraih prestasi dan perhatian masyarakat.
  3. Perbedaan nilai dan tujuan dalam organisasi
  4. Perbedaan strategi pemasaran antar tim penjualan A dan tim penjualan B di suatu perusahaan.
  5. Perbedaan pendapat dalam tim proyek di suatu perusahaan.

Contoh
Konflik Disfungsional

  1. Perusahaan yang membuat janji palsu pada karyawannya agar dapat meningkatkan produktivitas. Misalnya, pemimpin suatu perusahaan berjanji akan membuat kebijakan dan kenaikan gaji jika karyawan mampu mencapai target. Sayangnya itu hanyalah taktik perusahaan.
  2. Seorang manajer perusahaan yang membuat ancaman verbal terhadap karyawan untuk memenuhi agenda sang manajer secara pribadi.
  3. Permasalahan perebutan posisi ketua satu organisasi yang berujung perpecahan pengurus. Mirisnya, konflik ini bisa memicu bentrok hingga kekerasan.
  4. Dua orang karyawan atau lebih sedang berselisih paham akibat kepentingan pekerjaan maupun pribadi yang berujung menghambatnya pekerjaan.
  5. Karyawan satu dengan karyawan lainnya memiliki perbedaan pendapat dan mengedepankan kepentingan pribadi dalam kelompok. Hal tersebut memicu kepentingan kelompok berantakan karena tidak ada yang ingin mengalah.

Penutup

Nah,
itulah deretan contoh konflik fungsional dan konflik disfungsional dalam Sosiologi
yang bisa Mamikos rangkumkan untuk kamu.

Seperti
yang sudah dijelaskan, konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung
tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif.

Sementara,
konflik disfungsional merupakan konflik yang menghambat tercapainya tujuan
suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak).

Buat kamu yang ingin mengulik lebih banyak informasi seputar materi pelajaran Sosiologi lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta