3 Contoh Konflik Interpersonal dan Intrapersonal dalam Kehidupan Sehari-Hari
Contoh konflik interpersonal dan intrapersonal, kenali perbedaannya secara mendalam di sini.
Contoh Konflik Interpersonal dan Intrapersonal dalam Kehidupan
Setelah memahami lebih dalam tentang pengertian, perbedaan, hubungan serta aspek dan jenis dari 2 konflik tersebut.
Kamu juga perlu mengetahui beberapa contoh konflik interpersonal dan intrapersonal, dalam kehidupan sehari-hari. Berikut uraian lengkapnya.
1. Adu Argumen
Contoh konflik interpersonal dan intrapersonal yang pertama adalah adu argumen.
Dalam suatu forum diskusi atau musyawarah untuk mencapai mufakat, pastinya selalu ada perbedaan pendapat.

Advertisement
Contoh konflik interpersonal dalam organisasi ini, tentu bisa menimbulkan gesekan seseorang dengan pihak lain.
Misalnya saja, A dan B berseteru mempertahankan pendapatnya masing-masing. Perseteruan ini bisa menimbulkan konflik interpersonal.
Apabila nantinya pendapat A yang dipilih sebagai pemenang keputusan, sedangkan pihak B tidak terima, maka bisa timbul perasaan kurang suka bahkan dendam.
Rasa dendam, kurang senang dan tidak terima tersebut bisa menimbulkan konflik dalam diri si B sehingga timbulah konflik intrapersonal.
Jika tidak segera diatasi dengan rasa toleransi dan kesadaran diri, konflik tersebut bisa semakin panjang. Selain dapat merusak kehidupan masyarakat, konflik itu juga menjadi penghambat diri bagi si B.
2. Perang Pendapat dengan Orang Tua
Perang pendapat antara anak dengan orangtua, juga bisa menjadi salah satu contoh konflik interpersonal dan intrapersonal.
Misalnya saja, seorang anak ingin melanjutkan sekolah ke daerah A. Hal tersebut didasari karena teman-temannya juga akan bersekolah di tempat tersebut.
Namun, orangtua memberi arahan agar anak itu sekolah di tempat B saja. Selain jarak dari rumah cukup dekat, orang tua paham jika sang anak lebih cocok di lingkungan sekolah B.
Hal ini bisa menimbulkan konflik interpersonal antara anak dan orangtuanya.
Sekaligus memicu konflik intrapersonal dalam diri sang anak. Merasa keinginan tidak didukung dengan baik, anak tersebut bisa menjadi tidak semangat.
Menjalani dan melakukan pembelajaran dengan setengah-setengah. Karena merasa ini bukanlah pilihannya. Apabila tidak diatasi dengan baik, konflik ini bisa berdampak buruk bagi psikologis anak.