Contoh Resensi Novel Laskar Pelangi, Pendahuluan Hingga Kesimpulannya Lengkap

Menceritakan tentang kehidupan sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah di sebuah sekolah Muhammadiyah yang penuh dengan keterbatasan.

29 September 2024 Bella Carla

6. Membuat kerangka resensi

Sebelum menulis resensi, kamu bisa membuat kerangka resensi dengan menampilkan unsur-unsur pada struktur resensi.

Kerangka resensi perlu dibuat agar kamu memiliki arahan dalam menyelesaikan resensi.

Contoh Resensi Novel Laskar Pelangi

Nah, setelah mengetahui langkah-langkah menyusun resensi, sekarang yuk lihat contoh resensi novel berikut ini sebagai referensi untuk membuat resensimu sendiri!

Identitas Buku

Judul Buku: Laskar Pelangi

Penulis Buku: Andrea Hirata

Penerbit: Bentang Pustaka

Tahun Terbit: 2005

Jumlah Halaman: XXXIV, 529 halaman

ISBN: 979-3062-79-7

Pendahuluan

Laskar Pelangi adalah buku yang mengawali kisah dari Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Setelahnya Laskar Pelangi ada Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov: Mimpi-mimpi Lintang. Kisah ini terinspirasi dari kehidupan nyata sang penulis, di mana saat itu ia masih bertempat tinggal di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur.

Dalam buku ini, Andrea Hirata mengundang kita untuk menyelami kisah 10 anak dari keluarga miskin yang punya rasa semangat tinggi dalam pendidikan.

Kesepuluh anak ini adalah Ikal, Mahar, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong, Borek, Trapani, Kucai, dan satu-satunya perempuan yaitu Sahara.

Laskar Pelangi menceritakan tentang kehidupan masyarakat di daerah pedalaman Pulau Belitung yang kontras dan kaya akan sumber daya alam timahnya.

Namun sayangnya, masyarakat di sana masih banyak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Penggunaan bahasa yang beragam dengan ciri khas dan keunikannya membuat pembaca ikut tenggelam dalam kisah yang ditulis oleh penulis.

Andrea Hirata juga mencoba menuangkan kultur masyarakat Melayu. Namun, juga tidak lupa menyisipi aspek sosial dan yang direpresentasikan secara jelas dalam dialog antar tokoh.

Meskipun novel ini sudah lama diterbitkan, penulis seakan menggambarkan masalah yang sangat relevan dengan Indonesia dan negara-negara di dunia.

Penulis menyinggung soal kemiskinan, pendidikan, kesenjangan sosial, dan sebagainya yang tak akan pernah selesai.

Close