Mengenal Hasil Budaya Zaman Mesolitikum Beserta Penjelasannya Lengkap
Mengenal Hasil Budaya Zaman Mesolitikum Beserta Penjelasannya Lengkap – Zaman Mesolitikum adalah salah satu bagian dari periodisasi sejarah zaman batu di masa praaksara.
Mesolitikum sendiri berasal
dari bahasa Yunani, kata Mesos berarti tengah dan lithos berarti
batu.
Pada zaman ini, manusia
diyakini sudah mulai hidup menetap dengan berbagai bukti pendukung sejarahnya.
Bukti ini diperkuat dengan ditemukannya
hasil budaya zaman Mesolitikum yang tersebar diberbagai penjuru dunia.
Ciri-ciri Zaman Mesolitikum
Daftar Isi
Zaman Mesolitikum adalah periode dalam sejarah prasejarah manusia yang berlangsung antara Paleolitikum (Zaman Batu Tua) dan Neolitikum (Zaman Batu Baru).
Zaman Mesolitikum diperkirakan berlangsung sekitar 10.000
hingga 5.000 tahun SM, meskipun tanggal pasti awal dan akhirnya dapat
bervariasi tergantung pada wilayah geografis tertentu.
Sebagai salah satu periode zaman yang membentuk kehidupan, Mesolitikum memiliki ciri yang secara tidak langsung akan memengaruhi hasil budaya zaman Mesolitikum.
Berikut adalah karakteristik zaman Mesolitikum.
1. Hidup Menetap dan Pertanian Awal
Manusia Zaman Mesolitikum menunjukkan kecenderungan untuk
hidup menetap, bahkan dengan praktik pertanian yang masih sederhana.
Meskipun demikian, teknik pertanian masih berada pada tahap
awal.
2. Pemukiman Semi-Sendenter
Semi-sendenter sendiri merujuk pada suatu bentuk kehidupan
di mana kelompok manusia tidak sepenuhnya menetap di satu tempat.
Namun, mereka juga tidak sepenuhnya nomaden atau
berpindah-pindah terus-menerus.
Manusia zaman Mesolitikum tinggal di gua-gua di tepi pantai dengan tanda-tanda keberlanjutan seperti tumpukan sampah dapur.
Gaya hidup semi-sendenter ini mencerminkan peralihan budaya
yang terjadi pada masa itu.
3. Peralihan Budaya Batu
Zaman Mesolitikum dianggap sebagai masa peralihan antara kebudayaan batu tua dan batu muda.
Sehingga menunjukkan perubahan signifikan dalam pembuatan
dan penggunaan alat-alat batu.
4. Alat Batu yang Sederhana
Alat-alat batu yang dihasilkan pada zaman ini cenderung
primitif dan sederhana.
Termasuk kapak genggam, kapan pendek, pipisan, dan kapak dari batu kali yang dibelah sebagai beberapa hasil budaya zaman Mesolitikum.
5. Food Gathering
Manusia zaman Mesolitikum masih melakukan kegiatan food gathering, yaitu mencari makan melalui berburu, meramu, dan menangkap ikan.
6. Praktik Penguburan dan Keagamaan
Penguburan ditemukan di beberapa lokasi seperti di Gua Lawa,
Jawa Timur.
Mayat-mayat diberi perlengkapan seperti kapak, perhiasan,
dan cat merah yang menunjukkan praktik keagamaan dan penghormatan terhadap
kehidupan setelah mati.
7. Sistem Religi dan Seni
Sistem religi dan seni sudah berkembang pada zaman
Mesolitikum. Masyarakat mengenal sistem sedekah laut sebagai bentuk
penghormatan kepada nenek moyang.
Bukti seni termasuk lukisan tangan berwarna merah dan gambar
babi hutan di goa Maros, Sulawesi Selatan, sebagai salah satu hasil budaya
zaman Mesolitikum.
Persebaran Manusia Mesolitikum
Persebaran manusia pada zaman Mesolitikum di Indonesia melibatkan adaptasi terhadap berbagai lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berbeda.
Mesolitikum merupakan periode di antara Paleolitikum dan
Neolitikum, dan selama waktu ini, manusia prasejarah hidup sebagai pemburu dan
peramu.
Berikut adalah beberapa area yang mencerminkan persebaran manusia Mesolitikum di Indonesia.
Pesisir Pantai
Banyak bukti arkeologis menunjukkan bahwa manusia pendukung zaman Mesolitikum cenderung berkumpul di daerah pesisir pantai.
Aktivitas seperti penangkapan ikan, pengumpulan kerang, dan
sumber daya laut lainnya menjadi bagian penting dari pola hidup mereka.
Gua-Gua dan Abris
Manusia Mesolitikum sering tinggal di gua-gua atau tempat
perlindungan alami lainnya yang disebut abris sous roche.
Gua-gua ini dapat ditemukan di berbagai wilayah, seperti Gua
Lawa di Sampung, Jawa Timur, yang menjadi salah satu situs penting Kebudayaan
Tulang.
Daerah Pedalaman
Meskipun aktivitas utama banyak terfokus di pesisir,
beberapa bukti menunjukkan bahwa manusia Mesolitikum juga beradaptasi dengan
lingkungan pedalaman.
Mereka mungkin berpindah-pindah untuk mencari sumber daya
seperti hewan buruan dan tanaman liar, sehingga banyak hasil budaya zaman
Mesolitikum yang ikut tersebar ke berbagai pedalaman.
Sulawesi Selatan
Beberapa situs arkeologi di Sulawesi Selatan, seperti Gua
Toala, memberikan gambaran tentang hasil budaya zaman Mesolitikum di wilayah
tersebut.
Seni cadas di Gua Toala menjadi bukti keberadaan manusia dan
perkembangan seni rupa pada masa itu.
Tempat-tempat dengan Sumber Daya Alam Melimpah
Manusia Mesolitikum cenderung berkumpul di tempat-tempat
dengan kelimpahan sumber daya, baik itu pantai yang kaya ikan dan kerang, atau
daerah yang melimpah hewan buruan.
Hasil Budaya Zaman Mesolitikum
Hasil budaya zaman Mesolitikum yang merupakan warisan budaya
dari manusia pada zaman batu pertengahan mencerminkan kehidupan dan keahlian
manusia prasejarah.
Beberapa hasil budaya zaman Mesolitikum yang ditemukan di berbagai wilayah dan Indonesia melibatkan berbagai artefak yang memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan dan kebudayaan pada masa itu.
1. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit siput dan kerang yang
membentuk gundukan.
Nama “kjokkenmoddinger” sendiri berasal dari
bahasa Denmark yang berarti sampah-sampah dapur.
Keberadaan kjokkenmoddinger menunjukkan bahwa tempat tersebut
mungkin digunakan sebagai tempat memasak dan mengolah makanan.
Di Indonesia, lokasi penemuan kjokkenmoddinger berada di
depan Pantai Sumatera Timur Laut, antara Langsa di Aceh dan Medan.
Penemuan ini menunjukkan bahwa manusia pendukung zaman Mesolitikum
cenderung memilih lokasi pesisir.
2. Pebble dan Pipisan
Alat-alat ini terbuat dari batu bulat kecil (pebble) dan batu pipih (pipisan).
Meskipun sederhana, alat-alat ini adalah bukti keterampilan dan pengetahuan manusia Mesolitikum dalam membuat dan menggunakan peralatan dari bahan alam.
Hasil kebudayaan zaman Mesolitikum berupa pebble dan pipisan
juga ditemukan tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Beberapa lokasi penemuan melibatkan gua-gua atau situs
pemukiman sementara yang mencerminkan pola hidup nomaden dan semi-sendenter
manusia Mesolitikum.
3. Abris Sous Roche
Manusia pendukung zaman Mesolitikum yang tinggal di gua-gua menciptakan
kebudayaan baru, seperti kebudayaan tulang atau bone culture dan
kebudayaan Toala.
Gua-gua menjadi tempat tinggal dan menciptakan jejak-jejak
kebudayaan yang mencerminkan adaptasi manusia terhadap lingkungan sekitar.
Beberapa gua yang terkenal adalah Gua Lawa di Sampung, Jawa
Timur, yang menjadi saksi perkembangan manusia Mesolitikum di Indonesia.
4. Lukisan
Lukisan gambar berwarna dari seekor binatang menjadi salah
satu hasil budaya zaman Mesolitikum.
Lukisan ini bukan hanya pencitraan artistik, tetapi juga
mungkin memiliki makna keagamaan atau seremonial. Artefak ini menunjukkan
tingkat keahlian dan ekspresi seni manusia Mesolitik.
Lukisan berwarna dari zaman Mesolitikum ditemukan di
berbagai lokasi termasuk goa di Maros, Sulawesi Selatan.
Lokasi penemuan ini menunjukkan bahwa seni rupa dan ekspresi
kreatif menjadi bagian penting dari kehidupan dan budaya manusia Mesolitikum.
5. Kebudayaan Tulang Sampung
Kebudayaan Tulang Sampung merujuk pada suatu kebudayaan khas
yang berkembang pada zaman Mesolitikum di wilayah Sampung, Jawa Timur,
Indonesia.
Berikut adalah beberapa karakteristik yang diciptakan oleh
kebudayaan Tulang Sampung yang menjadi salah satu hasil budaya zaman Mesolitikum.
- Gua Lawa sebagai Pusat Kebudayaan
Gua Lawa di Sampung dianggap
sebagai pusat kebudayaan ini. Gua ini menjadi situs arkeologi penting yang
memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan manusia Mesolitikum di wilayah
tersebut.
- Kearifan dalam Pemanfaatan Tulang
Salah satu ciri utama Kebudayaan
Tulang Sampung adalah keahlian mereka dalam memanfaatkan tulang.
Manusia Mesolitikum di Gua Lawa
menggunakan tulang sebagai bahan utama untuk membuat alat dan perkakas, seperti
mata panah dan alat-alat lainnya.
- Teknologi Batu dan Tulang yang Maju
Kebudayaan Tulang Sampung
menunjukkan tingkat teknologi yang maju dalam pengolahan batu dan tulang.
Mereka menggunakan alat-alat batu
dan tulang yang dirancang dengan cermat, menunjukkan tingkat keterampilan dan
keahlian yang tinggi dalam pembuatan peralatan
- Pola Hidup Nomaden
Manusia Mesolitikum yang terlibat
dalam Kebudayaan Tulang Sampung cenderung menjalani pola hidup nomaden.
Mereka cenderung tidak menetap di
satu tempat untuk waktu yang lama dan dapat dilihat dari penemuan artefak di
lokasi-lokasi yang tersebar di sekitar gua.
- Peninggalan Budaya Lainnya
Selain tulang, Kebudayaan Tulang
Sampung juga meninggalkan berbagai jenis artefak lainnya seperti alat batu,
kerajinan dari cangkang kerang, dan barang-barang sehari-hari.
Semua ini memberikan gambaran
lengkap tentang kehidupan sehari-hari dan kreativitas manusia Mesolitikum pada
masa itu.
6. Kebudayaan Toala
Kebudayaan Toala adalah salah satu kebudayaan yang
berkembang pada zaman Mesolitikum di wilayah Indonesia, khususnya di Sulawesi
Selatan.
Kebudayaan ini ditemukan di situs arkeologi yang terletak di
Toala, Maros, Sulawesi Selatan.
Berikut adalah beberapa ciri utama dari Kebudayaan Toala
sebagai hasil budaya zaman Mesolitikum.
- Situs Arkeologi Toala
Kebudayaan Toala dinamakan sesuai
dengan situs arkeologi utamanya di Toala, Maros.
Situs ini menjadi tempat penemuan
artefak dan bukti-bukti arkeologis yang mencerminkan kehidupan manusia
Mesolitikum.
- Penggunaan Alat-Alat Batu
Seperti kebanyakan kebudayaan Mesolitikum,
Kebudayaan Toala menggunakan alat-alat batu.
Alat-alat ini melibatkan kapak batu, mata
panah, dan perkakas lainnya yang digunakan untuk berburu, meramu, dan aktivitas
sehari-hari.
- Seni Cadas di Gua Toala
Salah satu ciri khas Kebudayaan
Toala adalah seni cadas yang ditemukan di Gua Toala.
Seni cadas ini terdiri dari
gambar-gambar yang diukir atau dicadas pada dinding gua, termasuk gambar
manusia dan hewan. Seni ini memberikan wawasan tentang aspek artistik dan
kreatif dari kebudayaan mereka.
- Kehidupan Nomaden
Seperti banyak kebudayaan
Mesolitikum lainnya, Kebudayaan Toala diduga hidup dalam pola hidup nomaden,
yang berarti mereka tidak menetap di satu tempat untuk waktu yang lama.
Peralihan kehidupan manusia pendukung
zaman Mesolitikum terkait dengan sumber daya alam dan kegiatan berburu yang
berubah-ubah.
- Peninggalan Budaya Lainnya
Selain seni cadas, Kebudayaan
Toala juga meninggalkan berbagai peninggalan budaya lainnya, termasuk alat-alat
dari batu, cangkang kerang, dan artefak sehari-hari lainnya.
Semua ini memberikan gambaran
lengkap tentang cara hidup dan perkembangan teknologi manusia Mesolitikum di
wilayah itu.
7. Kebudayaan Bacson-Hoabinh
Kebudayaan Bacson-Hoabinh diyakini berkembang di tepi Sungai Mekong,
Vietnam, pada periode 10.000 – 4.000 SM.
Hasil budaya zaman Mesolitikum tersebut juga memiliki jejak
yang meluas ke kawasan Indo-china, Sumatera Timur, dan Melaka.
Pada sekitar 2000 SM, kebudayaan ini diyakini telah menyebar
ke Indonesia melalui jalur barat dan timur.
Jalur barat membawa kebudayaan ini melalui kawasan Melayu
Austronesia dengan peninggalan zaman Mesolitikum berupa peralatan tulang, kapak
genggam Sumatera, dan kapak pendek.
Di jalur timur, melalui kawasan Papua Melanosoid,
peninggalan zaman Mesolitikum berupa alat serpih (flakes).
Kebudayaan Bacson-Hoabinh mencerminkan kepercayaan animisme
atau dinamisme dalam sejarahnya.
Ritual manusia purba yang menempatkan mayat dengan posisi jongkok dan dilumuri cat merah dianggap sebagai cara untuk ‘mengembalikan kehidupan’ kepada manusia purba yang telah tiada.
Selain itu, ditemukan bahwa mereka membuat kapak dan tanduk
dari tulang manusia yang dicat merah, serta tanduk hewan, yang digunakan
sebagai alat sehari-hari.
Penutup
Peninggalan hasil budaya zaman Mesolitikum ternyata memberikan
bukti konkret tentang kehidupan sehari-hari, keterampilan teknologi, dan bahkan
ekspresi seni dari manusia pada periode saat itu.
Jika kamu tertarik untuk membaca dan mempelajari hasil budaya zaman prasejarah kamu bisa mencarinya pada berbagai artikel di blog Mamikos, ya!
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: