9 Sumber Sejarah Kerajaan Demak beserta Penjelasannya Lengkap
9 Sumber Sejarah Kerajaan Demak beserta Penjelasannya Lengkap – Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa.
Menyandang predikat kerajaan Islam pertama, Kerajaan Demak tentu memiliki beragam sumber sejarah yang masih diabadikan hingga saat ini.
Pada kesempatan kali ini, Mamikos akan mengulas tentang 9 sumber sejarah Kerajaan Demak, lengkap dengan penjelasannya. Mari kita simak bersama!
Sejarah Kerajaan Demak
Daftar Isi
Daftar Isi
Sebelum membahas sumber sejarah Kerajaan Demak lebih jauh, mari kita pahami lebih dulu sejarah dari Kerajaan Demak itu sendiri.
Kerajaan Demak berdiri pada abad ke-15 di Demak dan merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah, keluarga dinasti Majapahit yang kemudian masuk Islam dan menjadi pendiri Demak.
Kerajaan Demak memiliki peran penting dalam sejarah Islam di Indonesia, karena pada abad ke-15, saat Majapahit mengalami kemunduran karena tekanan dari berbagai faktor, termasuk konflik internal dan serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga, kerajaan ini muncul sebagai kekuatan baru yang kuat di Pulau Jawa.
Demak berada di puncak kejayaan pada abad ke-16, di masa kepemimpinan Trenggana. Pada masa itu, Demak bahkan mampu menguasai pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa.
Salah satu tokoh penting dari Demak adalah Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan Walisongo, para penyebar Islam di Jawa.
Dia membantu memperkuat kekuatan politik dan agama Demak dengan mengembangkan pesantren dan mendukung penyebaran ajaran Islam.
Namun, pada pertengahan abad ke-16, kekuasaan Demak mulai merosot akibat konflik internal dan persaingan kekuasaan di antara para penguasanya.
Selain itu, munculnya Kesultanan Pajang dan kemudian Kesultanan Mataram mengakhiri dominasi Demak atas Jawa Tengah.
9 Sumber Sejarah Kerajaan Demak
Nah, setelah memahami sejarah Kerajaan Demak, sekarang Mamikos akan mengajak kamu menyelami lebih dalam tentang sumber-sumber sejarah Kerajaan Demak yang menjadi bukti bagaimana kerajaan Islam ini berlangsung.
Sumber-sumber sejarah Kerajaan Demak dapat berasal dari berbagai jenis catatan sejarah maupun bangunan peninggalannya. Berikut adalah penjelasannya:
1. Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah sumber sejarah Kerajaan Demak yang pertama.
Dibangun pada awal abad ke-15, masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia dan menjadi simbol penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Masjid Agung Demak didirikan oleh Raden Patah dan wali songo. Pada masa Kesultanan Demak, masjid ini digunakan untuk pusat pengajaran Islam sekaligus tempat berkumpulnya wali songo.
Arsitektur Masjid Agung Demak mencerminkan perpaduan gaya arsitektur Jawa klasik dengan unsur-unsur Islam, seperti atap limas yang khas Jawa dan ornamen-ornamen yang dipengaruhi oleh desain arsitektur Islam.
Salah satu ciri khasnya adalah tiang-tiang kayu besar yang menjadi bagian struktural dari masjid ini.
Sampai sekarang Masjid Agung Demak masih bisa dikunjungi oleh banyak orang. Letaknya berada di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah
2. Makam Sunan Kalijaga
Sumber sejarah Kerajaan Demak yang kedua adalah makam dari Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penting dan terkenal dari Kerajaan Demak.
Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali songo, yang memiliki peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama Islam, terutama di Pulau Jawa.
Sunan Kalijaga memiliki metode yang unik dalam menyebarkan Islam hingga pemeluknya bisa meningkat pesat. Misalnya, dengan mengisahkan sejarah Islam menggunakan media wayang dan lagu.
Selain itu, Sunan Kalijaga dan sunan-sunan lainnya juga menjadi penasihat spiritual bagi raja,
Berkat perannya yang penting ini, maka tak heran kalau makam Sunan Kalijaga dianggap sangat penting dan bersejarah hingga masih sering dikunjungi hingga saat ini.
Banyak orang yang datang ke makam ini untuk berziarah, berdoa, serta mencari inspirasi dari kisah-kisah Sunan Kalijaga yang terkenal dalam penyebaran Islam di Jawa.
Makam Sunan Kalijaga juga sering menjadi lokasi kegiatan keagamaan, seperti acara peringatan hari wafat Sunan Kalijaga, pengajian, dan upacara-upacara keagamaan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat setempat atau umat Islam yang datang dari berbagai tempat.
Makam Sunan Kalijaga ini terletak di Jl. Raden Sahid, Kadilangu, Kec. Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
3. Soko Guru
Sumber sejarah Kerajaan Demak berikutnya adalah Soko Guru yang merupakan salah satu elemen arsitektur yang menjadi ciri khas dari Masjid Agung Demak.
Soko Guru merupakan pilar atau tiang utama yang terdapat di bagian tengah bangunan masjid dan merupakan wakaf dari Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga.
Soko Guru ini memiliki panjang 17 meter dengan diameter 1 meter, membuatnya terlihat begitu kokoh di tengah bangunan masjid.
Angka 17 pada Soko Guru ini juga memiliki arti, yaitu jumlah rekaat salat umat Muslim dalam satu hari, sementara jumlah 4 pilar Soko Guru melambangkan 4 pedoman Islam, yakni Al-Quran, hadist, ijma’, dan qiyas.
Soko Guru Masjid Agung Demak menjadi salah satu fitur arsitektur yang menarik perhatian para pengunjung karena keunikan fungsinya yang tidak hanya sebagai elemen struktural, tetapi juga sebagai simbol keagamaan dan kultural yang kaya akan makna dalam budaya Jawa pada masa lalu.
4. Pintu Bledeg
Pintu Bledeg adalah salah satu elemen arsitektur yang unik dan terkenal dari Kerajaan Demak yang juga menjadi salah satu sumber sejarah Kerajaan Demak itu sendiri.
Istilah “bledeg” berasal dari bahasa Jawa yang berarti petir, dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466.
Pintu yang terletak di dalam Museum Masjid Agung Demak memiliki nilai istimewa dan keagamaan yang tinggi, serta konon mampu menangkal petir.
Ukiran pada Pintu Bledeg pun terlihat sangat cantik dengan gambar dua kepala naga. Tak hanya itu, gambar pada pintu ini dipercaya adalah gambaran petir yang dilihat oleh Ki Ageng Selo.
Lukisan pada Pintu Bledeg juga memiliki banyak makna, salah satunya adalah menjadi gambaran dari orang-orang pemerintahan, seperti raja, ratu, atau sultan yang melakukan kegiatan di Masjid Agung Demak.
5. Situs Kolam Wudhu Demak
Sumber sejarah Kerajaan Demak berikutnya adalah situs kolam wudhu Demak yang menjadi tempat di mana umat Islam, termasuk Raden Patah dan wali songo melakukan ritual bersuci sebelum melaksanakan ibadah salat.
Tak hanya menjadi tempat ritual bersuci, situs kolam wudhu ini juga pernah dijadikan tempat sayembara untuk menentukan sultan ke-4 di Kerajaan Demak.
Sayembara tersebut dilaksanakan setelah Sultan Trenggana wafat dan terjadi kekosongan kekuasaan di Kerajaan Demak.
Agar kekosongan tersebut bisa segera diisi, wali songo pun membuat sayembara kepada siapa pun untuk meloncati kolam wudhu tersebut dengan memegang tombak dan membelakangi atau mundur.
Wali songo saat itu tidak membatasi peserta sayembara, bahkan rakyat jelata pun boleh mengikutinya, karena bagi wali songo, hanya orang berilmu tinggi yang mampu menyelesaikan tantangan tersebut.
Setelah sayembara dilaksanakan, akhirnya Jaka Tingkir-lah yang mampu memenuhi sayembara tersebut sehingga dia terpilih menjadi sultan ke-4 Kerajaan Demak.
6. Piring Campa
Piring Campa adalah sumber sejarah Kerajaan Demak berikutnya yang akan Mamikos ulas pada poin keenam ini.
Piring Campa sendiri adalah porselen khusus yang dipasang di Masjid Agung Demak sebagai dekorasi, pemberian dari Ibu Raden Patah yang bernama Siu Ban Ci.
Piring Campa ini berada di dalam Masjid Agung Demak yang jumlahnya sekitar 61 buah dan ditempelkan di dinding-dinding masjid.
Karena ditempelkan di dinding, maka pengunjung bisa melihat dengan jelas peninggalan bersejarah tersebut sekaligus menikmati keindahannya.
7. Dampar Kencana
Sumber sejarah Kerajaan Demak yang ketujuh adalah Dampar Kencana atau sering juga disebut dengan “singgasana”.
Sesuai dengan namanya, Dampar Kencana merupakan tempat raja duduk untuk melaksanakan berbagai aktivitas resmi, seperti mengadakan pertemuan, menerima tamu penting, atau mengambil keputusan penting terkait pemerintahan.
Selain menjadi singgasana raja, Dampar Kencana ini juga menyimpan sejarah besar pada masa Kerajaan Demak.
Konon dikisahkan bahwa setelah kekalahan Brawijaya V, Majapahit mulai dikuasai oleh Girindrawarddhana yang dikenal sebagai raja semena-mena dan kejam.
Pada masa kekuasaan Girindrawarddhana, persebaran agama Islam benar-benar dibatasi hingga membuat wali songo menyarankan Raden Patah untuk memerangi sikap zalim Girindrawarddhana.
Raden Patah yang dibantu wali songo akhirnya menyerang Majapahit dan menang. Sebagai bukti kemenangan, Dampar Kencana pun dibawa ke Demak untuk dijadikan tempat khotbah di Masjid Agung Demak.
8. Bedug dan Kentongan
Berikutnya, sumber sejarah Kerajaan Demak yang akan Mamikos ulas adalah bedug dan kentongan.
Di Masjid Agung Demak sendiri terdapat masing-masing 2 bedug dan 2 kentongan. Ukuran dari kedua bedug pun berbeda, yaitu 99 cm di sisi utara dan 87 cm di sisi selatan.
Sama seperti bedug dan kentongan pada umumnya, bedug dan kentongan di Masjid Agung Demak juga merupakan alat untuk memberikan tanda bahwa waktu salat telah tiba.
Namun, yang membuatnya unik, bentuk dari bedug dan kentongan ini dibuat menyerupai tapal kuda, dengan filosofi agar saat dibunyikan atau dipukul, masyarakat sekitar masjid pun berbondong-bondong datang secepat naik kuda untuk menunaikan ibadah salat.
9. Pawestren
Sumber sejarah Kerajaan Demak yang terakhir adalah pawestren atau tempat jemaah wanita melaksanakan salat.
Pada masa Kesultanan Demak, pemikiran mereka sudah maju kala itu hingga mulai memisahkan tempat salah jamaah pria dan wanita.
Di pawestren Masjid Agung Demak, ada 8 tiang penyangga yang terdiri dari 4 tiang utama dalam struktur penyangga bertingkat tiga.
Tiang-tiang ini dihiasi dengan ukiran motif yang terinspirasi dari gaya seni Majapahit.
Penutup
Itu dia 9 sumber sejarah Kerajaan Demak yang berhasil Mamikos ulas dan jelaskan untuk kamu.
Semoga pembahasan kali ini bisa memberikan pengetahuan dan ilmu baru untukmu.
Untuk mendapatkan informasi menarik, seru, dan informatif lainnya, kamu bisa mengunjungi situs resmi Mamikos.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: