Apa Itu Paradigma? Pengertian, Jenis, Tujuan, dan Contohnya

Apa
Itu Paradigma? Pengertian, Jenis, Tujuan, dan Contohnya – Kamu pasti pernah
mendengar istilah paradigma kan?

Tapi,
apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan paradigma? Apa tujuan dan contohnya?

Simak
artikel Mamikos berikut ini tentang apa itu paradigma dan contoh-contohnya yang
lengkap!

Definisi Paradigma

https://unsplash.com/@uxindo/

Kamu
pasti sudah bertanya-tanya apa itu paradigma kan? Kalau kamu memeriksa definisi
kata ini di Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamu akan menemukan beberapa
definisi.

Definisi
paradigma yang pertama dalam KBBI adalah daftar bentukan kata untuk
memperlihatkan konjugasi dan deklinasi dalam kata tersebut.

Kemudian,
definisi paradigma selanjutnya adalah model atau kerangka berpikir untuk suatu
teori ilmu pengetahuan.

Nah,
dalam artikel tentang apa itu paradigma kali ini, definisi yang akan Mamikos
gunakan adalah definisi yang kedua.

Definisi
tersebut juga terdapat dalam Kamus Merriam-Webster bahwa paradigma adalah suatu
kerangka filosofis dan teoretis suatu ilmu pengetahuan yang digunakan untuk
mendukung argumentasi dalam karya tulis ilmiah.

Jadi, paradigma bisa juga disebut sebagai sebuah payung besar yang menaungi model atau cara berpikirmu tentang suatu ilmu pengetahuan.

Secara
sederhana, paradigma adalah fondasi atau prinsip dasar yang kamu gunakan untuk
menelaah dan menganalisis suatu hal atau fenomena.

Biasanya,
paradigma digunakan dalam penelitian ilmiah, seperti skripsi dan tesis atau
jurnal artikel.

Memang
tidak lazim digunakan dalam bahasa sehari-hari, jadi wajar kalau kamu
sebelumnya tidak apa itu paradigma atau kegunaannya.

Pilar Dalam Paradigma

Setelah
memahami apa itu paradigma dalam penelitian ilmiah, sekarang kamu harus tahu beberapa
pilar utama dalam paradigma.

Setidaknya
ada tiga pilar utama dalam suatu paradigma, yaitu sebagai berikut:

1. Ontologi

Pilar
paradigma yang pertama adalah ontologi. Ontologi adalah studi yang mempertanyakan
tentang sifat realitas.

Pilar
paradigma ini bersifat filosofis. Contoh pertanyaan ontologi adalah sebagai
berikut:

  • Mana yang
    muncul lebih dulu, ayam atau telur?
  • Mengapa
    meja disebut dengan meja dan bukan kursi?
  • Mengapa
    udara disebut dengan udara dan bukan angin?

2. Epistemologi

Pilar
paradigma selanjutnya adalah epistemologi. Pilar ini adalah pilar studi yang
digunakan untuk mengetahui realitas.

Pilar
ini menggabungkan cara mendapatkan suatu pengetahuan dan bagaimana memvalidasi
pengetahuan tersebut.

Misalnya,
kamu mencari tahu asal usul nama meja dengan cara menelusuri sejarah bahasa
Indonesia.

Kemudian,
dari hasil penelitian dan penelusuran tersebut, kamu berhasil membuktikan bahwa
nama meja diambil dari bahasa Sanskerta.

3. Metodologi

Pilar
yang ketiga dan terakhir adalah metodologi.

Metodologi
adalah studi tentang bagaimana seseorang menyelidiki suatu pengetahuan dan
memvalidasi pengetahuan yang diperoleh tersebut.

Pilar
ini biasanya digunakan untuk menemukan jawaban atau kenyataan atas suatu hipotesis
atau rumusan masalah.

Untuk
itu, pilar ini memerlukan pengumpulan data dan rencana analisis atau penelitian
yang spesifik.

Pilar
paradigma yang satu ini paling lazim kamu temukan dalam skripsi atau tesis.

Tujuan Penggunaan Paradigma

Kalau
kita sudah tahu apa itu paradigma lalu sebenarnya paradigma itu digunakan untuk
apa sih?

Nah,
penggunaan paradigma memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai Landasan Penelitian

Bila
kamu menggunakan paradigma, maka penelitian ilmiahmu memiliki landasan yang
kuat.

Selain
itu, penggunaan paradigma dalam penelitian ilmiah pun akan memberikan struktur
yang rapi dan tertata.

Dengan
begitu, kamu tidak akan kesulitan dalam menuliskan hasil analisis data untuk
penelitian ilmiah.

2. Sebagai Alur Penulisan Penelitian

Ketika
kamu menggunakan paradigma dalam penelitian ilmiahmu, kamu akan memiliki
struktur.

Dan ketika
kamu memiliki struktur yang jelas, maka kamu pun akan memiliki alur penulisan
penelitian yang jelas pula.

Dengan
begitu, kamu tidak akan mengalami kesulitan dalam menyusun karya tulis ilmiah dan
menguraikan topik yang kamu pilih.

Hal
ini pun akan berpengaruh pada kualitas karya tulis ilmiahmu loh.

3. Sebagai Sudut Pandang
Kalau dalam karya fiksi,
kamu mengenal apa yang disebut sebagai sudut pandang orang pertama dan ketiga.

Nah,
dalam karya tulis ilmiah, paradigma berfungsi sebagai sudut pandang si peneliti
atau penulis.

Dengan
menggunakan paradigma, peneliti atau penulis akan sedikit banyak menunjukkan cara
dan alur pemikirannya terkait topik yang sudah dipilih.

Paradigma
juga akan menunjukkan apakah cara berpikir peneliti atau penulis tersebut akan
mempengaruhi hasil penelitian atau tidak.

Jenis-jenis Paradigma

Setelah
kamu mengetahui apa itu paradigma dan pilar-pilar utama dalam penelitian
ilmiah, sekarang marilah pelajari tentang jenis-jenis paradigma.

Pada
dasarnya, paradigma bisa digunakan untuk seluruh penelitian ilmiah, baik kualitatif
maupun kuantitatif.

Terdapat
dua jenis paradigma yang biasa digunakan dalam penelitian-penelitian ilmiah,
yaitu sebagai berikut:

1. Paradigma Positivisme

Jenis
paradigma yang pertama adalah paradigma positivisme. Apa itu paradigma positivisme?

Asumsi
utama paradigma ini adalah suatu realitas Tunggal pasti dapat diukur dan
dipahami.

Oleh sebab itu, para peneliti yang menggunakan jenis paradigma ini cenderung menggunakan metode kuantitatif dalam penelitian mereka.

Proses
penelitian dengan menggunakan jenis paradigma ini cenderung mengajukan
hipotesis empiris yang kemudian didukung atau disangkal melalui pengumpulan dan
analisis data.

Peneliti
yang menganut paradigma ini juga percaya bahwa hasil dari satu penelitian dapat
digeneralisasikan ke situasi yang serupa.

Paradigma
positivisme paling sering digunakan oleh ilmuwan fisika.

2. Paradigma Interpretivisme

Jenis paradigma yang kedua dan terakhir adalah paradigma positivisme. Apa itu paradigma interpretivisme?

Asumsi
utama paradigma interpretivisme adalah terdapat banyak realitas, tidak hanya
satu.

Itu
sebabnya paradigma ini banyak digunakan oleh studi atau penelitian kualitatif untuk
ilmu pengetahuan sosial.

Para
penganut paradigma interpretivisme berpendapat bahwa karena perilaku manusia
sangat kompleks, maka metode probabilistik adalah metode yang paling tepat
digunakan untuk mempelajari fenomena di sekitar manusia.

Peneliti
yang menggunakan paradigma ini berpendapat bahwa pengetahuan hanya dapat
diciptakan dengan menafsirkan perilaku dan peristiwa yang terjadi pada
seseorang.

Oleh
sebab itu, penelitian yang menggunakan paradigma ini kerja ini bersifat
subyektif dan sangat dipengaruhi oleh sudut pandang pribadi peneliti.

Penelitian
dengan paradigma interpretivisme dilakukan dalam realitas yang benar-benar terjadi, bukan
dalam skenario yang sengaja dibuat seperti dalam laboratorium.

Hasil
penelitian dengan paradigma interpretivisme ini hanya berlaku dalam keadaan
tertentu (sesuai dengan realitas atau fenomena yang diteliti) dan biasanya
tidak dapat digeneralisasikan.

Contoh Paradigma

Sekarang,
kita akan mempelajari apa itu paradigma dan contoh-contohnya.

Berikut
adalah beberapa contoh paradigma yang mungkin pernah kamu temui dalam suatu
karya tulis ilmiah:

1. Paradigma Pragmatisme

Contoh
paradigma yang pertama adalah paradigma pragmatisme.

Paradigma
yang satu ini berasumsi bahwa realitas itu dinamis, terus berubah sesuai dengan
lingkungan dan situasi.

Oleh
sebab itu, daripada menggunakan satu jenis paradigma penelitian, mereka
menggunakan paradigma yang bisa diterapkan pada apa pun pertanyaan penelitian
yang mereka kaji.

Dalam
contoh paradigma yang satu ini, teknik kualitatif dan kuantitatif digunakan
bersamaan dengan pendekatan positivisme dan interpretivisme.

2. Paradigma Konstruktivisme

Selanjutnya,
ada paradigma konstruktivisme yang bahwa ada banyak realitas, bukan hanya satu.

Paradigma
konstruktivisme berpendapat bahwa setiap orang membangun pemahaman mereka
sendiri tentang dunia melalui refleksi terhadap pengalaman yang sudah mereka
lalui.

Penelitian
konstruktivisme berupaya memahami makna yang dilekatkan seseorang terhadap suatu
pengalaman.

Oleh
sebab itu, teknik pengumpulan data kualitatif (seperti wawancara dan studi
kasus) sering digunakan untuk penelitian dengan paradigma ini.

Paradigma
konstruktivisme pada umumnya berusaha menjawab pertanyaan ilmiah “mengapa”
suatu peristiwa terjadi.

3. Paradigma Post-positivisme

Kamu
pasti bertanya-tanya, apa itu paradigma post-positivisme.

Paradigma
post-positivisme adalah paradigma yang melihat suatu realitas secara
probabilistik, sehingga mengambil sudut pandang yang lebih subyektif.

Para
peneliti yang menganut paradigma ini percaya bahwa hasil penelitian tidak akan
pernah bisa sepenuhnya objektif, dan pandangan dunia serta bias peneliti tidak
akan pernah bisa sepenuhnya dihilangkan dari hasil penelitian.

4. Paradigma Transformatif

Dan
contoh paradigma yang terakhir adalah paradigma transformatif.

Para
peneliti yang menggunakan paradigma ini percaya bahwa jenis paradigma positivisme
dan interpretivisme tidak secara akurat dalam mewakili pengalaman masyarakat
terpinggirkan.

Oleh
sebab itu, mereka menolak kedua jenis paradigma tersebut.

Peneliti
transformatif umumnya menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif untuk lebih
memahami perbedaan dalam hubungan masyarakat, mendukung keadilan sosial, dan
pada akhirnya memastikan perubahan transformatif.

Penutup

Nah,
itulah penjelasan lengkap tentang apa itu paradigma beserta tujuan, jenis dan
contoh-contohnya.

Apakah
kamu sudah memahami apa itu paradigma sekarang? Kalau nanti ingin menulis karya
tulis ilmiah, kira-kira paradigma mana yang ingin kamu gunakan?

Semoga artikel Mamikos tentang apa itu paradigma ini bisa membantumu ya!


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta