Bangunan Masjid yang Merupakan Hasil Akulturasi Memiliki Ciri-Ciri? Ini Jawabannya
Berikut ini, merupakan penjelasan mengenai beberapa ciri dari akulturasi pada bangunan masjid di Indonesia. Yuk, simak urainnya.
Bangunan Masjid yang Merupakan Hasil Akulturasi Memiliki Ciri-Ciri? Ini Jawabannya β Merujuk pada KBBI, akulturasi memiliki makna pencampuran antara dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi.
Di Indonesia akulturasi terjadi pada berbagai aspek, salah satunya adalah bangunan masjid yang berkaitan dengan perkembangan budaya Islam di Indonesia.
Ada ciri arsitekturnya sendiri yang menjadi bukti, meskipun begitu masyarakat muslim Indonesia tetap melakukan pemilihan yang disesuaikan dengan kebudayaannya walau secara tidak langsung meniru kebudayaan luar.
Mempelajari Bagunan Masjid Indonesia dari Hasil Akulturasi
Bangunan masjid yang merupakan hasil akulturasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu:
1. Dilihat dari menara
Mengutip dari laman Kompas, bahwasannya tidak ada menara yang fungsinya sebagai tempat mengumandangkan adzan, hal ini berbeda dengan masjid-masjid yang ada di luar Indonesia.
Sedangkan, untuk mengumandangkan adzan sebagai datangnya waktu shalat, dilakukan dengan memukul bedug atau kentongan.
Contoh masjid di Indonesia yang memiliki menara adalah Masjid Kudus dan Masjid Banten. Di Masjid Kudus, terlihat menara serta gapura yang ada di sekitaran masjid, menara tersebut memiliki tiga bagian yaitu kaki, badan, serta kepala, yang merupakan corak dari Hindu-Majapahit di Jawa.
2. Biasanya dibangun di dekat istana kerajaan atau ibukota
Ciri lainnya dari masjid pada awal kehadiran Islam adalah letaknya di tengah kota atau di dekat istana, seperti di bagian sebelah barat alun-alun. Masjid-masjid juga dianggap keramat sehingga dibangun di atas bukit atau dekat makam.
Contohnya, seperti berbagai masjid zaman Wali Songo yang dibangun berdekatan dengan makam.
3. Bentuk atapnya yang bersusun atau tumpang
Kamu dapat melihat jika atap masjid semakin ke atas maka akan semakin kecil, di mana jumlahnya cenderung ganjil seperti dua, atau tiga, lima, bahkan lebih. Tingkat teratasnya berbentuk limas.
Melansir dari Detik, diterangkan jika atas masjid-masjid kuno biasanya ditambah kemuncak atau puncak dengan tujuan untuk memberikan tekanan keruncingan yang kemudian disebut mustaka.
Bentuk ini merupakan penyesuaian dari iklim Indonesia yang sering hujan. Saat atap dibuat bertingkat, maka akan dapat memudahkan hujan turun dan menghindari kebocoran.

Advertisement
Penutup
Demikian, penjelasan mengenai beberapa ciri bangunan masjid dari hasil akulturasi. Semoga penjelasan ini membantumu, ya.
Referensi:
Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam Seni Bangunan [Daring]. Tautan: https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/21/183000669/akulturasi-dan-perkembangan-budaya-islam-seni-bangunan?page=all
Ciri-ciri Masjid pada Masa Awal Kehadiran Islam di Indonesia, Seperti Apa? [Daring]. Tautan: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6006537/ciri-ciri-masjid-pada-masa-awal-kehadiran-islam-di-indonesia-seperti-apa
4 Masjid yang Cerminkan Akulturasi Budaya di Indonesia [Daring]. Tautan: https://travel.kompas.com/read/2018/06/08/063700527/4-masjid-yang-cerminkan-akulturasi-budaya-di-indonesia?page=all
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:
Kost Dekat UGM Jogja
Kost Dekat UNPAD Jatinangor
Kost Dekat UNDIP Semarang
Kost Dekat UI Depok
Kost Dekat UB Malang
Kost Dekat Unnes Semarang
Kost Dekat UMY Jogja
Kost Dekat UNY Jogja
Kost Dekat UNS Solo
Kost Dekat ITB Bandung
Kost Dekat UMS Solo
Kost Dekat ITS Surabaya
