Contoh Analisis Tokoh dan Penokohan dalam Cerpen yang Baik dan Benar
Cerpen merupakan sebuah karya sastra baru yang dibangun dengan memadukan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Pada sebuah cerpen posisi tokoh memiliki peranan yang sangat penting di dalam pengembangan alur cerita itu sendiri.
Artikel ini akan membahas contoh analisis tokoh secara lengkap, silakan simak di bawah ini. 📖😊✨
Daftar Isi
Daftar Isi
Pengertian tentang Tokoh
Menurut Nugiyantoro dalam Modul 3 Ceritamu Ceritaku yang diterbitkan Kemendikbud dijelaskan jika peranan yang dimiliki tokoh didasarkan pada tingkat kepentingan keberadaannya dalam sebuah cerita.
Dengan melihat prosentasi kepentingannya di dalam sebuah cerita inilah yang kemudian dapat menentukan posisi tokoh dalam cerita tersebut.
Sehingga dapat kita ketahui dia merupakan tokoh utama atau hanya tokoh sampingan atau tokoh tambahan.
Masih menurut Nugiyantoro, tokoh utama merupakan tokoh yang memiliki peranan sangat penting di dalam sebuah cerita.
Ia dikatakan tidak hanya sekedar mampu menciptakan masalah dan menyelesaikannya. Tetapi juga mampu mengubah alur cerita.
Sementara tokoh sampingan atau tokoh tambahan adalah tokoh yang menjadi penambah atau pemanis cerita.
Ia tidak terlalu diperhatikan karena dianggap tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bagaimana sebuah cerita berjalan.
Jika didasarkan pada watak atau sifat yang dimilikinya. Tokoh dalam cerita dapat dibagi menjadi tiga yakni tokoh protagonis( tokoh yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan);
Tokoh antagonis (tokoh yang digambarkan memiliki watak tercela dan jahat), dan tokoh tritagonis yakni tokoh yang tidak memihak kepada siapapun. Biasanya ia diposisikan sebagai penengah.
Apa itu Penokohan?
Berbeda dengan pengertian tokoh, menurut Hayati, penokohan merupakan cara yang dilakukan pengarang untuk menampilkan tokoh-tokoh rekaan dalam ceritanya sehingga dapat diketahui bagaimana karakter atau sifat dari karakter tersebut.
Di dalam menampilkannya pun tidak boleh dilakukan secara asal-asalan, tetapi harus disertai dengan alasan yang logis agar alasan tokoh memiliki watak seperti yang digambarkan dalam cerita dapat dimaklumi pembaca.
Mengenai watak yang digambarkan ini sendiri meliputi watak secara lahir maupun batin. Hal ini juga akan diulas dalam contoh analisis tokoh dan penokohan.
Kegunaan Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah para pelaku yang ada di dalam sebuah cerita. Bisa dikatakan tokoh adalah kunci dari sebuah cerpen. Sebab, tokoh sangat berperan dalam berjalannya alur cerita.
Terkait dengan fungsi dari tokoh di dalam suau cerpen adalah
- Dapat membuat cerita menjadi lebih menarik.
- Dapat membat cerita lebih mudah dipahami.
- Dapat membuat cerpen lebih jelas sudut pandang yang digunakan penulisnya.
- Dapat membuat pembaca lebih menikmati cerpen yang dibacanya.
- Dapat membua pembaca menikmati cerpen yang dibacanya.
Fungsi penokohan adalah untuk menentukan watak atau karakter dari para tokoh yang ada di dalam suatu cerita.
Gambaran mengenai watak tokoh dalam cerpen ini biasanya disampaikan dengan ucapan, pemikiran, atau cara pandang tokoh dalam menghadapi suatu permasalahan.
Masalah dalam Tokoh
Pertama, sebelum beranjak ke contoh analisis tokoh, perlu diketahui bahwa masalah atau konflik adalah terjadinya ketegangan atau pertikaian di dalam suatu cerpen.
Konflik dapat diciptakan seorang penulis dari keadaan lingkungan sekitar atau dari imajinasi penulis.
Jenis konflik di dalam cerpen dibedakan
menjadi beberapa macam dan ini jenis dan pengertiannya.
Macam-macam konflik dan pengertiannya adalah:
Maksud dari konflik individu adalah konflik yang terjadi dengan dirinya sendiri.
Konflik ini biasanya dimunculkan ketika tokoh digambarkan tengah berdiskusi dengan dirinya sendiri.
Supaya emosi yang dihasil dapat terasa, sebaiknya penulis memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang dihadapi dan bahasa yang digunakan mudah dipahami serta tidak memunculkan ambigu. Konflik individu adalah konflik dengan dirinya sendiri.
- Maksud dari konflik
individu dengan orang lain adalah munculnya suatu masalah dalam hubungan antara
seorang individu dengan orang lain. - Maksud dari konflik
antara individu dengan masyarakat adalah munculnya suatu masalah karena adanya
silang pendapat antara individu dengan suatu kelompok masyarakat. - Maksud dari konflik individu dengan alam
adalah munculnya suatu maslah karena individu yang menjadi tokoh dalam cerita
merasa tidak setuju atau senang pada situasi atau peristiwa alam yang sedang
terjadi.
Langkah-langkah Analisis Tokoh dan Penokohan
Supaya dapat menganisis suatu cerita yang baik dan benar, contoh analisis tokoh sangat dibutuhkan. Langkah yang paling terpenting adalah membaca cerpen yang akan dianilisis beberapa kali.
Hal ini penting untuk dilakukan supaya pembahasa memahami atau dapat membuat catatan penting pada cerpen yang sedang dibacanya.
Salah catu catatan pentingnya adalah mengelompokkan tokoh berdasarkan jenis atau karakternya, dalam melakukannya seorang harus memahami lebih dulu naskah yang sedang dibangga,
Menganalisis tokoh merupakan penyelidikan atau pengelompokan terhadap suatu tokoh, untuk itu diperlukan membaca contoh analisis tokoh.
Dalam hal ini dapat kita tarik kesimpulan sikap dan sifat dalam suatu tokoh, dan dapat mengelompokkan suatu tokoh dalam jenis-jenisnya.
Langkah-langkah Membuat Analisis
- Menemukan karakter tokoh di dalam paragraf naratif.
- Menemukan karakter tokoh di dalam dialog-dialog antar tokoh maupun dialog dengan diri sendiri.
- Menemukan karakter tokoh dengan membaca cermat alur melalui konflik demi konflik.
- Menemukan karakter tokoh dengan memahami latar yang ada dalam cerita.
Kesimpulan Tokoh dan
Penelitian
Contoh analisis tokoh yang penting adalah tentang tokoh dengan penelitian. Tokoh dan penokohan adalah komponen paling penting dalam sebuah cerpen.
Keduanya dapat diposisikan sebagai alat atau objek yang dapat diperankan dan menjadikan jalan cerpen dapat mengalir.
Untuk itulah, baik tokoh atau penokohan di sini tidak berlebihan jika diposisikan menjadi alat bantu guna memerankan adegan pada setiap cerita.
Lebih lengkap tentang analisisnya bisa dilihat pada pembahasan pada contoh analisis tokoh berikut ini.
Contoh Analisis Tokoh dan Penokohan
1. Penjaga Makam
Hujan telah reda sejak sejam yang lalu. Sisa-sisa air hujan yang menempel di dedaunan yang berangsur tiris membuat reranting yang dihinggapinya nampak seperti sedang menari mengikuti alunan orkestra yang sedang dinyanyikan oleh para binatang malam.
Sesekali suara burung hantu yang menyela dikala terlantunnya sajak-sajak gaib itu mampu menambah suasana syahdu malam yang terus bergegas menuju puncaknya.
“Kematian adalah kepastian yang tidak mungkin kita hindari. Kau boleh menghadapinya dengan ketakutan. Boleh juga kau menghadapinya dengan keberanian. Tetapi sebaiknya kau jangan pernah tertawakan dia.
Hormatilah kedatanganya. Sebab menghormati kematian sama halnya dengan menghormati kehidupan,” pinta Mbah Kusdi padaku beberapa hari yang lalu.
Mbah Rusdi adalah seorang lelaki sebatang kara yang sudah hampir dua tahun ini diberi kepercayaan untuk menjaga pemakaman desa.
Siapa sejatinya lelaki ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga kini.
Meski misterius tetapi Mbah Kusdi hampir semua warga desa menaruh simpatik padanya.
Pasalnya, sejak awal keberadaannya hingga kini Mbah Kusdi termasuk orang yang ringan tangan. Ia dengan senang hati membatu siapa saja tanpa pernah pandang bulu.
Selain misterius, menurutku Mbah Kusdi ini termasuk orang yang aneh. Sebab, ia tidak mau menerima upah dalam bentuk uang untuk setiap bantuan yang ia berikan.
Dibanding diupah dengan uang. Mbah Kusdi lebih suka diupah dengan sepiring makanan.
“Di sisa hidupku ini, sebisa mungkin aku akan menjauhi uang. Aku bertindak seperti ini bukannya sok kaya atau apa, aku melakukannya karena aku ingin balas dendam pada semua jenis uang. Sebab, telah banyak kebahagiaanku terampas oleh uang.
Anak, istri, kerabat, dan bahkan semua teman dan sahabat yang pernah kumiliki hilang direbut oleh uang. Semenjak kehilangan besaran-besaran itu.
Aku telah berjanji untuk tidak akan pernah menyentuh uang lagi,” jawab Mbah Kusdi saat kutanya mengapa dia tidak mau diupah dengan uang.
Selain itu, ada hal lain yang membuat warga desa sangat sayang padanya. Mbah Kusdi memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang yang sedang sakit hanya dengan segelas air putih yang telah dido’akannya.
Untuk jasanya yang ini, Mbah Kusdi juga tidak pernah meminta imbalan pada orang-orang yang telah disembuhkannya.
“Saya tidak bisa menyembuhkan siapa pun, di sini saya hanya sebatas sebagai perantara saja. Sebab, sesungguhnya yang telah memberi mereka kesembuhan itu adalah Tuhan Sang Pemberi Kesembuhan itu sendiri.
Sekali lagi saya tegaskan, dalam hal ini posisi saya hanya sebatas perantara saja,” kilahnya jika ada orang yang mengucapkan terima kasih setelah penyakitnya sembuh berkat bantuan Mbah Kusdi.
Kemampuan istimewa yang dipadukan dengan sikap yang tak kalah istimewa inilah yang membuat semakin banyak warga merasa senang dengan kehadiran Mbah Kusdi di desa itu.
Namun, di sisi lain hal ini pulalah yang membuat Mbah Kusdi menjadi sosok yang paling dibenci oleh Nardi, seorang mantri desa yang setahun lebih dulu dari kedatangan Mbah Kusdi di desa itu.
Nardi membenci Mbah Kusdi karena semenjak kedatangannya membuat pasiennya menjadi sepi. Kebencian yang sudah tidak terkontrol ini membuat Nardi ingin menghabisi nyawa Mbah Kusdi.
Nardi berada di desa itu karena dia ditugaskan secara resmi oleh pemerintah untuk mengurus kesehatan di desa itu.
“Bagaimana pun caranya lelaki tua itu harus kubunuh,” batin Nardi saat bergegas menuju tempat tinggal Mbah Kusdi yang berupa cungkup itu. Cungkup yang didiami oleh Mbah Kusdi ini sebenarnya adalah makam dari Kiai Ageng, salah satu sosok yang diyakini sebagai pendiri desaku.
Begitu sampai di cungkup itu. Nardi melihat Mbah Kusdi tengah tertidur dengan sangat lelap. Tidak ingin membuang waktu. Nardi segera menyuntik tubuh renta itu dengan sebuah suntikan berisi racun.
Sekejap kemudian, tubuh Mbah Kusdi mengejang, dan tidak kurang dari satu menit kemudian lelaki tua itu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
“Mampus kau tua bangka. Sekarang akulah juru sembuh di desa ini,” ucapnya lirih.
Setelah memastikan Mbah Kusdi meninggal. Nardi lantas pulang ke rumah dinasnya dengan dada membusung karena terisi oleh kemenangan.
Sementara itu tubuh Mbah Kusdi yang semula dingin dan kaku berangsur menghangat dan lentur kembali. Napas yang semula hilang telah kembali lagi. jantung yang sempat terhenti. Kini mulai berdetak lagi.
Rupanya ilmu rawa rontek sebuah ilmu kuno yang pernah dipelajari Mbah Kusdi sewaktu muda dulu masih bersemayam di tubuhnya.
Ilmu itu membuat pemiliknya mampu hidup lagi, meski pemiliknya berkali-kali mati, selama tubuh pemiliknya masih menempel di tanah masih belum mau pergi dari tubuh Mbah Kusdi.
Mendapati hal yang semacam ini Mbah Kusdi merasa sangat sedih karena kematian yang didambakannya hanya dirasakannya kurang dari setengah jam yang lalu.
Sementara itu saat Nardi menyalakan televisi tanpa sengaja tangannya menyenggol seutas kabel yang terkelupas. Sengatan listrik itu rupanya menjadi penyebab jantung Nardi berhenti berdetak untuk selama-lamanya.
Kira-kira sepuluh menit setelah kejadian itu toa di masjid mengabarkan kematian Nardi.
Sayup-sayup kabar kematian Nardi ini sampai juga di telinga Mbah Kusdi. Di dalam keremangan cungkup air mata Mbah Kusdi mengalir deras.
Ia tidak menyangka kematian sejati justru mendatangi sosok yang membuat dirinya merasakan kematian sesaat yang baru saja dialaminya malam itu.
“Tuhan mengapa misteri kematian begitu sulit untuk dimengerti?” tanya Mbah Kusdi lirih, selirih suara angin yang menyebarkan aroma wangi kamboja ke seluruh penjuru makam yang mulai terang karena sinar lampu yang dibawa oleh sejumlah warga yang akan membuatkan tempat peristirahatan terakhir untuk Nardi.
Analisis Tokoh dan Penokohan Cerpen Penjaga Makan
Tokoh
Tokoh utama dalam cerpen di atas adalah Mbah
Kusdi
Tokoh sampingan dalam cerpen di atas adalah
Nardi
Penokohan
- Mbah Kusdi merupakan sosok protagonis yang
di dalam cerpen di atas dikisahkan gemar memberikan pertolongan kepada mereka
yang membutuhkan tanpa memungut biaya. - Mbah Kusdi juga digambarkan sebagai orang
tua yang hidup dalam kesepian dan penyesalan. Salah satu yang membuatnya
menyesal adalah ilmu rawa rontek miliknya yang membuatnya sulit mati. - Nardi merupakan sosok antagonis dalam
cerita di atas. Ia digambarkan sebagai laki-laki yang iri karena merasa kalah
populer dari Mbah Kusdi. Selain itu dia juga telah melakukan percobaan
pembunuhan terhadap Mbah Kusdi.
2. Penunggu Sumur Tua
Angin malam merayap pelan di antara pepohonan jati yang berdiri kaku di pinggir desa. Cahaya bulan yang terbelah awan tampak redup, menambah kesan muram pada pekarangan kosong tempat berdirinya sebuah sumur tua.
Sumur itu telah lama tidak digunakan, tetapi selalu dirawat oleh seorang lelaki sepuh bernama Pak Wiryo—sosok yang lebih sering berbicara dengan kesunyian dibanding dengan manusia.
Pak Wiryo tinggal sendirian di gubuk kecil di sebelah sumur itu. Sejak istrinya meninggal dan anak semata wayangnya merantau tanpa kabar, lelaki itu memilih mengabdikan dirinya menjaga sumur tua peninggalan leluhur desa.
Menurut cerita yang ia dengar sejak kecil, sumur itu bukan sekadar tempat untuk mengambil air. Ia adalah “penyangga” keberkahan desa, tempat orang tua dulu memohon keselamatan ketika masa-masa sulit datang.
“Air adalah kehidupan, dan sumur adalah saksi bisunya,” begitu ia sering berkata pada siapa saja yang singgah.
Namun, tidak semua warga percaya pada cerita itu. Banyak yang menganggap sumur itu hanyalah peninggalan usang tanpa guna.
Salah satunya adalah Darman, pemuda desa yang belakangan dikenal sebagai pembuat onar. Ia sering mengejek Pak Wiryo, menyebutnya “penunggu tempat angker” atau “orang tua yang hidup di masa lalu.”
Suatu malam, selepas hujan, Darman bersama dua temannya mendatangi sumur tua itu. Mereka membawa cat semprot dan berniat mencoret dinding sumur untuk sekadar membuat lelucon. Ketika mereka mulai mendekat, Pak Wiryo muncul dari balik kegelapan, wajahnya tenang tapi tegas.
“Jangan berbuat yang tak pantas. Tempat ini bukan untuk dimainkan,” ujarnya.
Darman tertawa keras. “Pak Tua, sumur ini cuma batu dan lubang! Kuno! Tak ada gunanya!”
Pak Wiryo menatapnya lama, lalu berkata dengan suara lirih, “Beberapa tempat menyimpan doa. Jika doa dihina, malapetaka bisa menyertainya.”
Ucapan itu dianggap guyonan oleh Darman. Ia mendekati bibir sumur dan menendang batu-batu kecil ke dalamnya. Tapi saat ia melakukannya, tanah di tepi sumur tiba-tiba merosot. Kaki Darman terpeleset, hampir jatuh masuk ke dalam sumur yang dalam dan gelap.
Refleks, Pak Wiryo melompat dan menarik tubuh pemuda itu sekuat tenaga. Meski renta, ia mengerahkan semua tenaga yang masih tersisa. Tarikannya berhasil menyelamatkan Darman dari jatuh ke lubang yang mungkin akan merenggut nyawanya.
Darman terdiam. Nafasnya terengah, tangannya masih gemetar. Teman-temannya yang tadi berani kini justru pucat menahan ketakutan. Mereka tak menyangka orang yang sering mereka hina justru menyelamatkan mereka tanpa ragu.
Pak Wiryo duduk perlahan di batu dekat sumur, wajahnya lelah. “Anak muda… yang tua bukan musuhmu. Tradisi bukan beban. Ia adalah cermin yang hidup lebih lama dari kita semua. Belajarlah melihat dengan hati, bukan hanya mata.”
Darman tidak menjawab. Air matanya jatuh tanpa ia sadari. Malam itu, ia dan teman-temannya pulang dalam diam, merasa malu sekaligus bersyukur.
Keesokan paginya, ketika warga hendak mengantarkan makanan untuk Pak Wiryo, mereka menemukan lelaki tua itu duduk bersandar pada dinding sumur, tersenyum, tapi tak lagi bernapas.
Tangannya menggenggam kain lap dan gayung bambu—seakan ia masih ingin merawat sumur itu sampai detik terakhir hidupnya.
Di hari pemakamannya, Darman menangis paling keras. Ia meminta warga membersihkan sumur, memperbaiki pagar kayunya, dan meletakkan lampu kecil di dekatnya agar tetap terang pada malam hari.
“Biar semua orang menghormatinya seperti Pak Wiryo menghormatinya,” katanya.
Sejak hari itu, sumur tua tak lagi tampak menakutkan. Ia menjadi tempat yang dijaga bersama, tempat warga mengingat bahwa kebaikan kadang berdiam dalam sosok yang tak pernah mereka perhatikan.
Analisis Tokoh dan Penokohan
Tokoh
- Tokoh utama:
Pak Wiryo - Tokoh sampingan:
Darman, dua teman Darman, warga desa.
Penokohan
1. Pak Wiryo (Protagonis)
Pak Wiryo digambarkan sebagai sosok tua yang bijaksana, penyabar, serta penuh rasa tanggung jawab terhadap warisan leluhur desanya. Ia hidup sendiri dalam kesunyian, namun tetap setia menjaga sumur tua sebagai bentuk bakti pada nilai-nilai tradisi.
Karakternya yang baik hati tampak dari tindakannya menyelamatkan Darman, meski pemuda itu sering menghina dan meremehkannya. Ia juga memiliki sisi tragis sebagai tokoh: kesetiaannya pada sumur justru menjadi napas terakhirnya, menunjukkan pengabdian yang tulus hingga akhir hayat.
2. Darman (Antagonis)
Darman adalah pemuda sombong, ceroboh, dan tidak menghargai tradisi. Ia bertindak sebagai antagonis karena meremehkan Pak Wiryo dan ingin merusak sumur tua yang dijaga lelaki itu. Namun, Darman bukan antagonis yang kejam, ia adalah representasi dari anak muda yang tersesat dalam kesembronoan.
Setelah hampir kehilangan nyawa dan diselamatkan oleh Pak Wiryo, sifatnya berubah. Ia mengalami perkembangan karakter menjadi lebih rendah hati dan penuh penyesalan.
Demikianlah contoh analisis tokoh dan Penokohan dalam cerpen yang baik dan benar. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat buat kamu
Klik dan dapatkan info kost di dekat mu: