Contoh-contoh Visi Guru Penggerak yang Bisa Jadi Inspirasi Lengkap
Contoh-contoh Visi Guru Penggerak yang Bisa Jadi Inspirasi Lengkap – Program guru penggerak adalah program dari Kemendikbud yang bisa diikuti oleh TK, SD, SMP, SMA, SMK dan SLB.
Untuk bisa menjadi guru penggerak, peserta harus mengikuti lulus seleksi tahap 1 dan mengikuti pendidikan guru penggerak selama enam 6 bulan.
Yuk, ulik contoh-contoh visi guru penggerak yang bisa jadi inspirasi di bawah ini.
Berikut Contoh-contoh Visi Guru Penggerak untuk Inspirasi
Adanya program guru penggerak diharapkan guru dapat menjadi pemimpin-pemimpin di masa mendatang yang dapat mewujudkan generasi unggul Indonesia.
Dalam program guru penggerak, guru wajib membuat visi guru penggerak.
Buat kamu yang berencana ingin mengikuti program guru penggerak, yuk cermati terlebih dahulu contoh-contoh visi guru penggerak di bawah ini untuk inspirasi.
Contoh
1
Aksi
Nyata Visi Guru Penggerak
Aksi Nyata Visi Guru Penggerak Visi adalah tujuan perubahan dasar yang dilakukan secara konsisten.
Perubahan dasar yang dimaksud adalah budaya sekolah yang terbentuk dari kebiasaan warga sekolah.
Perubahan itu sendiri perlu diprakarsai oleh seseorang atau sekelompok orang. Dalam hal ini, sepatutnya guru menjadi pemimpin perubahan itu sendiri.
Konsep Trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara (KHD) wajib sebagai dasar guru melakukan perubahan. Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Dalam kesempatan lain, KHD menjelaskan bahwa ada 6 cara utama mendidik, yakni memberi contoh, pembiasaan, pengajaran, perintah, paksaan dan hukuman, laku, pengalaman lahir dan batin.
Visi Calon Guru Penggerak (CGP) yang sudah ditetapkan yakni mewujudkan murid mandiri, beretika dan bersahaja.
Visi ini dibuat tentu disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki dan mengacu pada Profil Pelajar Pancasila.
Sebelum melangkah ke aksi nyata mewujudkan visi CGP, terlebih dahulu merancang rencana manajemen perubahan berdasarkan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA).
IA dimaksudkan untuk mewujudkan murid yang mandiri, beretika dan bersahaja.
Implementasi mewujudkan murid mandiri, beretika, dan bersahaja perlu diejawantahkan dengan perilaku guru terlebih dahulu sebagai pemimpin pembelajaran untuk memberi contoh.
Berdasarkan rancangan pendekatan Ia yang telah dibuat hal awal yang dilakukan adalah menemukenali ciri-ciri murid yang mandiri, beretika dan bersahaja.
CGP dan rekan kerja mencari literatur dan informasi mengenai bagaimana arti mandiri sesuai umur peserta didik Sekolah Dasar (SD).
Menyusun program pada awal tahun pelajaran 2021/2022 untuk sekalian membuat program pembiasaan dan pengembangan warga sekolah.
Aksi nyata yang dilakukan CGP salah satunya mengikuti pengembangan diri menggunakan aplikasi sistem presensi model dalam jaringan (daring).
Pemerintah Kabupaten Tabanan mengeluarkan sistem presensi berbasis daring menggunakan aplikasi bernama Prestasi Online Tabanan yang bisa diunduh di playstore gawai Android.
Aplikasi ini dimaksud untuk meningkatkan etos kerja para ASN di Kabupaten Tabanan. Hal ini tentu sesuai dengan teori cara mendidik KHD yaitu memberi contoh.
Guru diharapkan dapat meningkatkan komitmen mutu diri sendiri yang berimbas pada murid.
Sosialisasi penggunaan aplikasi Prestasi Online Tabanan dilakukan di SD Negeri 2 Angseri dibuka oleh Kepala Sekolah SD Negeri 2 Angseri dengan pemateri salah satu guru dari SD Negeri 3 Apuan.
Hal yang didapat adalah teknis penggunaan aplikasi untuk admin dan user.
Ini penting diketahui karena kami akan mengimbaskan di sekolah masing-masing.
Tujuannya agar tidak terjadi kesalahan yang menyebabkan sistem tidak bisa berjalan baik secara individu ataupun kolektif.
Aplikasi ini memerluka gawai berupa laptop sebagai admin dan gawai smartphone sebagai user bagi masing-masing guru.
CGP mengikuti kegiatan ini dengan senang dan seksama untuk pengimbasan selanjutnya.
Setelah mengikuti sosialisasi di SD Negeri 2 Angseri, langkah berikutnya adalah mengimbaskan pada rekan sejawat di sekolah sendiri.
Rekan sejawat antusias mendengarkan dan mempraktikkan langkah-langkah penggunaan aplikasi presensi ini.
Kendala yang dihadapi beberapa rekan sejawat mengalami masalah pada gawai mereka masing-masing. Setelah mencoba beberapa cara, akhirnya masalah bisa teratasi.
Para guru dan tenaga kependidikan sekolah CGP siap menggunakan aplikasi presensi ini.
Perasaan saya selaku yang mengimbaskan lega karena semua rekan sudah bisa mengakses dan siap menggunakan aplikasi presensi.
Sebagai tanggungjawab dan komitmen terhadap kemandirian murid, CGP mengajak murid secara mandiri menyiapkan administrasi persiapan pendaftaran ke jenjang selanjutnya.
Murid melaksanakan pengisian formulir, pemeriksaan Nomor Induk Kependudukan (NIK), Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan data orang tua sendiri dengan panduan dari CGP.
Murid merasa senang bisa mengerjakan sendiri apa yang diperlukan mereka.
Ada perasaan terharu pada CGP karena ini momen-momen perpisahan dengan peserta didik.
Dalam pengisian dan pemeriksaan dokumen pendaftaran murid kadang rewel dan banyak bertanya, kembali lagi CGP ingat dengan filosofis KHD bahwa memang seperti ini kodrat anak-anak, apalagi anak SD yang masih tahap operasional konkret.
Ini merupakan hal wajar dalam filosofis menghamba pada kebutuhan anak.
Sumber: https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/aksi-nyata-visi-guru-penggerak/
Contoh
2
Sintesis
Visi Guru Penggerak
Zaman terus mengalami perubahan. Perubahan itu berlangsung dengan cepat dan terjadi setiap saat. Termasuk dalam dunia Pendidikan.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan menuntut guru untuk terus membekali diri menghadapi perubahan.
Perubahan itu juga menuntut murid mempunyai beberapa kecapakapan atau skill yang harus dikuasainya terkait tuntutan perubahan zaman dan harapan dunia kerja.
Hal di atas tentu saja menjadi tantangan guru untuk mampu mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid.
Desain lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya murid merdeka yang memiliki kemandirian dan motivasi intrinsik yang tinggi.
Guru juga perlu terus berlatih meningkatkan kapasitas dirinya dalam memvisualisasikan harapan, menggandeng sesama dan mentransformasikannya menjadi harapan bersama.
Dari fakta itulah kemudian, guru dituntut harus mempunyai visi yang jelas.
Apa sebenarnya visi itu? Visi itu ibarat melihat sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong.
Visi juga bagaikan bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah mencapai tujuan.
Visi itu sesuatu yang belum terjadi terkait masa depan. Maka visi juga dapat dianggap buah kreativitas manusia.
Sebagai guru, kita memerlukan sebuah visi yang jelas menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan pada murid kita.
Keyakinan kita atas visi itulah yang akan terus membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.
Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah.
Untuk mencapai perubahan tersebut, guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (IA).
IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.
Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016).
Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa.
IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif.
Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi.
Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Untuk melaksanakan IA diperlukan sebuah strategi. Strategi itu dikenal dengan akronim BAGJA, yakni Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi.
Tentu, agar perubahan yang diinginkan tercapai maka melalui pendekatan IA dan strategi BAGJA kita harus merangkul pemangku kepentingan yang ada di sekolah atau dinas terkait.
Peran strategis pemangku kepentingan ini harus dikomunikasikan dan kolaborasi menjadi kekuatan menuju perubahan yang diinginkan/dicita-citakan.
Peter F. Drucker menjelaskan bahwa tugas kepemimpinan adalah menciptakan keselarasan kekuatan, dengan cara yang membuat kelemahan suatu sistem menjadi tidak relevan.
Perubahan yang diharapkan tentu saja harus tetap mempedomani filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Bahwa pendidik hanya berperan sebagai penuntun murid menuju kodrat alam dan kodrat zaman.
Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, guru hanya bisa menuntun tumbuhnya kodrat tersebut.
Jadi, jelaslah bahwa IA merupakan pendekatan utama yang harus diimplementasikan guru menuju perubahan yang dicita-citakan dengan menyentuh peran strategis pemangku kepentingan di sekolah.
Sumber: ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/visi-guru-penggerak-sebuah-sintesis/
Nah, itu tadi dua contoh visi guru penggerak yang bisa menjadi inspirasi kamu.
Semoga informasi yang Mamikos bagikan di atas dapat bermanfaat ya untuk kamu! Jika kamu butuh informasi menarik dan edukatif lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.
Klik dan dapatkan info kost di dekat mu: