3 Contoh Gaya Bahasa dalam Cerpen serta Penjelasannya Lengkap
3 Contoh Gaya Bahasa dalam Cerpen serta Penjelasannya Lengkap – Gaya bahasa menjadi salah satu hal yang masuk dalam unsur intrinsik cerpen.
Dalam penulisan cerpen, tentu tiap pengarang memiliki ciri masing-masing dalam pemakaian gaya bahasa.
Yuk, ulik contoh gaya bahasa dalam cerpen lengkap dengan penjelasannya dalam artikel kali ini!
Berikut Informasi seputar Contoh Gaya Bahasa dalam Cerpen serta Penjelasannya
Daftar Isi
Daftar Isi
Cerita pendek atau yang dikenal juga dengan cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa fiksi.
Siapa saja bisa membuat cerpen, termasuk kamu. Ketika kamu tertarik menulis cerpen, kamu cukup memahami fungsi, unsur intrinsik, dan unsur ekstrinsik saja.
Jika kamu sudah memahami hal-hal tersebut, maka kamu bisa membuat kerangka cerpen kamu sendiri.
Namun, perlu kamu ingat bahwa teks cerpen umumnya tidak lebih dari 10.000 kata.
Tak hanya itu, di dalam teks cerpen juga hanya fokus pada satu tokoh, memiliki puncak masalah, memiliki solusi, serta ceritanya padat dan langsung tertuju pada tujuan.
Apa itu Cerpen?
Mengutip dari buku Arif Cerdas untuk Sekolah Dasar 4, Christiana Umi (2020: 258), cerpen adalah salah satu karya sastra fiksi yang mengisahkan tentang kehidupan manusia dalam sebuah narasi atau tulisan pendek.
Sederhananya, cerita karangan tersebut dapat selesai dibaca dalam sekali duduk saja.
Sebagai salah satu bentuk prosa karya sastra modern, secara umum cerpen memiliki beberapa ciri, yakni bersifat fiktif dan aspek ceritanya menimbulkan efek dan kesan tunggal.
Tak hanya itu, cerpen juga menyajikan masalah yang terbatas pada hal-hal penting saja, serta menyajikan kisah atau peristiwa yang cermat dan jelas.
Walaupun cerpen dikenal sebagai teks cerita yang memiliki narasi pendek, namun sebenarnya cerpen dapat dikelompokan menjadi 3 jenis antara lain:
- Cerita pendek yang sangat pendek (very short-short story): jenis cerpen jenis ini biasanya terdiri dari 250-750 kata.
- Cerita pendek yang pendek (short, short story): jenis cerpen jenis ini biasanya terdiri dari 750 hingga 2000 kata.
- Cerita pendek (short story): jenis cerpen jenis ini biasanya bisa terdiri dari 200 hingga 10.000 kata dalam narasinya.
Unsur-unsur dalam Cerpen
Unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen merupakan salah satu komponen pendukung yang secara tidak langsung terdapat dalam sebuah cerita pendek.
Adapun untuk penjelasan lebih jelasnya bisa kamu baca di bawah ini.
1. Unsur intrinsik
Dalam teks cerpen, unsur intrinsik merupakan unsur atau komponen yang berasal dari dalam karya tersebut.
Umumnya, unsur intrinsik cerpen dapat diamati dengan membaca karya sastra pendek tersebut secara langsung.
Yang membedakan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen adalah komponen pembentuk yang terdapat di dalamnya.
Untuk membentuk sebuah cerita pendek yang baik, maka unsur intrinsik cerpen pun menjadi tak kalah penting untuk dipertimbangkan.
Beberapa unsur intrinsik yang mendukung suatu cerita pendek tersebut antara lain:
Tema
Tema merupakan unsur intrinsik cerpen yang menjadi sebuah roh atau nyawa yang ada di dalam karya prosa seperti novel.
Disebut juga ide utama, tema berisikan gambaran luas tentang kisah yang akan diangkat sebagai cerita dalam cerpen.
Biasanya, tema dari cerpen akan terlihat jelas dalam cerita, namun bukan lewat ungkapan langsung.
Alur
Dalam cerpen, alur merupakan jalan cerita. Suatu teks cerpen tentu harus memiliki jalan cerita yang jelas dengan menyesuaikan unsur intrinsik cerpen alur.
Biasanya, alur sebagai unsur intrinsik cerpen memiliki beberapa tahapan mulai dari perkenalan, penanjakan, klimaks, anti klimaks, dan penyelesaian.
Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang menjalankan atau memiliki cerita yang dikisahkan oleh sang pengarang.
Penokohan
Penokohan sendiri merupakan penggambaran karakter atau watak yang dimiliki oleh para tokoh di dalam cerita pendek.
Pada umumnya, terdapat 4 penokohan yang dapat diterapkan yakni antagonis, protagonis, tritagonis, hingga figuran.
Latar
Dikenal juga dengan setting, latar terbagi menjadi tiga yakni waktu, tempat, dan suasana. Latar waktu berperan penting untuk menunjukkan waktu saat cerita tengah berjalan.
Sementara itu, latar tempat bertujuan untuk menggambarkan lokasi yang digunakan di dalam cerita dan latar suasana tak dapat terlepas sebagai penggambaran suasana para tokoh.
Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Sudut pandang juga dapat diartikan sebagai cara pandang seorang pengarang dalam menyampaikan cerita cerpennya.
Terdapat empat jenis sudut pandang, yakni sudut pandang orang ketiga serba tahu, sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat, sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama, dan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan.
Gaya bahasa
Gaya bahasa dapat dikatakan sebagai senjata utama pengarang untuk menghidupkan cerita.
Unsur yang satu ini sangat penting peranannya karena menjadi faktor pemicu minat baca.
Ada beberapa macam gaya bahasa yang bisa kamu temukan di dalam teks cerpen.
Amanat
Amanat yang merupakan pesan tertentu yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui ceritanya dalam cerpennya.
Amanat ini biasanya berisikan tentang kritik sosial, ajakan, protes, dan lain sebagainya. Amanat umumnya dibagi menjadi dua, yaitu tersurat dan tersirat.
2. Unsur ekstrinsik
Sedangkan, unsur ekstrinsik cerpen merupakan komponen yang pada umumnya terletak di luar cerita pendek.
Unsur ekstrinsik tersebut justru merupakan pedoman penting bagi penulis untuk merangkai cerpen.
Terdapat tiga hal utama dalam unsur ekstrinsik cerpen, yaitu latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen.
Gaya Bahasa dalam Cerpen dan Contohnya
Gaya bahasa atau biasa disebut majas adalah ungkapan penyampaian pesan yang menggunakan kata-kata kiasan.
Umumnya, gaya bahasa digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang imajinatif, atau berupa kiasan. Oleh sebab itu, biasanya gaya bahasa memiliki sifat kiasan atau bukan makna sebenarnya.
Umumnya gaya bahasa digunakan dengan tujuan tertentu, namun pada umumnya digunakan untuk menjadikan karya sastra lebih hidup.
Selain itu, penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra juga dilakukan agar bacaan menjadi menarik dan tidak membuat orang yang membaca menjadi bosan.
Gaya bahasa umumnya banyak digunakan untuk penulisan karya fiksi, mulai dari novel, cerpen, puisi, dan karya sastra lainnya.
Jika dilihat dari pengelompokannya, gaya bahasa dibagi menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan.
Adapun untuk informasi lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Gaya Bahasa Perbandingan
Merupakan kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan, berikut ini adalah macam-macam gaya bahasa perbandingan:
- Metafora
Metafora adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau tingkatan lain.
Metafora merupakan majas perbandingan langsung, tidak menggunakan kata penanda perbandingan; seperti, bagaikan, laksana.
Contoh: Raja siang telah bangun dari peraduannya (matahari).
- Personifikasi
Personifikasi adalah meletakkan sifat- sifat manusia/insan kepada benda yang tidak bernyawa.
Contoh: Mobil itu menjerit- jerit di tikungan yang menanjak
- Depersonikasi
Depersonikasi adalah majas berupa perbandingan manusia dengan hewan atau dengan benda.
Contoh: Dikau langit, daku bumi. Aku heran melihat Joko mematung.
- Alegori
Alegori adalah majas yang membandingkan suatu hal secara tidak langsung melalui kiasan atau penggambaran yang berhubungan dalam kesatuan yang utuh.
Contoh: Suami sebagai nakhoda, istri sebagai jurumudi.
- Antesis
Antitesis adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan paduan kata berlawanan arti.
Contoh: Hidup matinya manusia adalah kuasa Tuhan.
2. Gaya Bahasa Pertentangan
Jenis majas yang satu ini berisi kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis.
Adapun yang termasuk majas pertentangan antara lain:
- Litotes
Merupakan majas yang di dalam ungkapannya menyatakan hal positif dengan bentuk yang negatif yang tujuannya untuk merendahkan hati.
Contoh: Datanglah ke gubuk kecilku.
- Hiperbola
Merupakan majas jika orang ingin melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara berlebih-lebihan.
Contoh: Hatiku terbakar, darahku mendidih mendengar kau mengungkapkan perasaan.
- Paradoks
Merupakan majas yang mengandung pertentangan dan hanya kelihatan pada arti kata yang berlawanan, padahalnya maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: Sinta merasa sendiri di tengah kota yang ramai.
- Klimaks
Merupakan majas berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin menekan dan memuncak.
Contoh: Sejak bibit, tumbuh menjadi kecambah, hingga kini memanennya, semua aku lakukan secara mandiri.
- Antiklimaks
Merupakan majas yang bertentangan dari klimaks. Jenis majas yang satu ini memiliki makna yang tergantung pada kata-kata diucapkan berturut-turut makin lama makin melemah tingkatannya.
Contoh: Dari kepala badan, sekretaris, kepala bidang, hingga semua staf turut mengucapkan bela sungkawa.
- Ironi
Merupakan kata yang digunakan mempunyai makna bertentangan dengan maksud sesungguhnya, misalnya mengemukakan ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya.
Contoh: Merdu sekali suaramu hingga membuatku terbangun.
3. Gaya Bahasa Pertautan
Gaya bahasa pertautan adalah kata-kata berkias yang bertautan (berasosiasi) dengan gagasan, ingatan, atau kegiatan panca indra pembicara atau penulisnya.
Berikut ini macam-macam gaya bahasa pertautan.
- Eufemisme
Merupakan majas yang menggunakan ungkapan lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar dan dianggap merugikan atau tidak menyenangkan.
Contoh: Rupanya anak dia sudah berubah akal (gila)
- Metonimis
Merupakan majas yang mengemukakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang digunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh: Mama pergi ke Jakarta naik Rajawali. (Rajawali nama pesawat terbang)
- Sinekdoke
Merupakan majas yang menyebutkan nama bagian untuk menyebut nama seluruhnya (pars pro toto) dan menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya (totum pro parte).
Contoh: Saya tidak melihat batang hidungnya Steve hari ini. (pars pro toto), Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor 3:0. (totum pro parte).
Oke, itulah informasi yang bisa Mamikos bagikan terkait contoh gaya bahasa dalam cerpen beserta penjelasannya.
Semoga informasi di atas dapat membantu kamu dalam memahami materi terkait gaya bahasa dalam cerpen ya!
Jika kamu butuh informasi lain, kamu bisa kunjungi situs Mamikos dan temukan informasinya di sana.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: