Contoh Naskah Drama tentang Pandemi dan Vaksinasi Covid-19 Lengkap

Contoh naskah drama tentang pandemi dan vaksinasi Covid-19 lengkap – Menulis naskah drama dengan tema pandemi Covid-19 dan vaksinasi bukanlah hal yang sulit. Jika kamu diminta menulis naskah, kamu bisa menggunakan contoh naskah berikut sebagai referensi.

Contoh Naskah Drama Tema Pandemi dan Vaksinasi

https://unsplash.com/@yoavaziz

Kisah-kisah yang mewarnai pandemi sejak tahun 2020 sangat beragam. Mulanya, tidak ada yang tahu bahwa flu yang masuk ke Indonesia dari Wuhan tersebut akan menyebar dan bertahan di negeri ini sampai tahun 2022.

Tidak ada yang menduga pula bahwa jutaan orang akan menjadi korban keganasan Covid-19. Pemerintah pun mengeluarkan banyak kebijakan, termasuk untuk melakukan isolasi mandiri jika terjangkit virus, tidak ke luar rumah kecuali ada urusan mendesak, memakai masker dan menggunakan hand sanitizer, hingga menjalani vaksin.

Cerita yang dialami satu orang dengan yang lainnya tentu tidak sama. cerita tersebut menjadi inspirasi pembuatan naskah drama yang unik dengan tema pandemi serta vaksinasi.

Naskah drama tema pandemi dan vaksinasi seringkali menjadi penugasan di sekolah. Ada pula yang mementaskan naskah drama singkat tentang pandemi.

Judul: Takut Divaksin

Seorang pria dengan rambut beruban, kira-kira berusia 70-an tahun berlari tergopoh-gopoh mendekati sekelompok pemuda yang sedang asyik bermain kartu. Keringatnya bercucuran dan bibirnya terlihat pucat. Pak Embun, nama pria itu, berusaha mengatur nafasnya yang naik-turun.

Pak Embun: (berusaha mengatur nafas) A..ada petugas kesehatan (menunjuk ke arah mobil puskesmas)
Pemuda 1: (terperanjat) Tumben sekali. Biasanya tidak pernah ada petugas yang datang ke sini.
Pemuda 2: Jangan-jangan, warga desa ini akan dimasuki virus lewat cairan seperti yang ada di berita (bergidik ngeri)
Pemuda 3: Hush! Jangan ngawur kamu
Pak Embun: Mana mungkin ngawur? Selama ini, desa kita tidak pernah ada yang terkena Covid. Bahkan tidak ada, tuh, warga yang mengalami gejalanya, yang sampai kejang-kejang di tanah itu, lho.
Pemuda 2: Iya, Pak. Kita di sini adem ayem saja. Tidak pernah mengalami sakit seperti yang ada di berita, apalagi pakai oksigen. Lagian buat apa, sih, petugas puskesmas itu ke sini?
Pemuda 1: Aku pernah dengar, kalau nanti divaksin, kita yang sehat malah bisa meninggal (sambil melotot)
Pak Embun: (mengangguk setuju) Konyol sekali kalau kita tidak kena Covid-19 tapi justru meninggal setelah vaksin
Pemuda 3: Lantas, apa yang perlu kita lakukan? Cepat atau lambat petugas puskesmas itu akan memengaruhi warga desa ini dan menakut-nakuti kita semua. Lalu mereka akan menyuntikkan virus ke tubuh kita (mulai ketakutan)
Pak Embun: Kita harus menyelamatkan warga! Ayo kita katakan pada mereka agar menolak untuk divaksin. Jangan sampai mereka meninggal setelah mendapat vaksin!
Pemuda 1: (terbatuk-batuk) uhuk..Kita mulai dari tetangga dekat dulu, ya
Pak Embun: Wajahmu nampak pucat (memegang kening pemuda 1), demam tinggi juga
Pemuda 1: Saya baru pulang dari ibukota beberapa hari yang lalu. Biasa, mungkin kelelahan setelah ketemu peserta-peserta seminar.
Pemuda 2: Kemarin waktu menginap di rumahku masih sehat, kok. Tapi sebenarnya aku juga merasa agak meriang sekarang (memegang keningnya sendiri)
Pemuda 1: Sudah, jangan buang-buang waktu! Ayo kita segera selamatkan warga
Semua: (beranjak pergi) Ayo!

Judul: Masker Daur Ulang

Kondisi tempat pembuangan sampah siang itu tampak kumuh. Dari kejauhan terlihat mobil sebuah rumah sakit swasta meninggalkan tempat itu setelah membuang beberapa karung sampah. Dua orang pemulung yang usianya ditaksir 30-an tahun memandang mobil itu dari kejauhan.

Pemulung 1: (bergumam) sampah medis lagi
Pemulung 2: (mengisap rokok, mengembuskan asapnya perlahan) bagus. Rezeki untuk kita. Ayo segera cari sampah yang masih bisa kita jual lagi
Pemulung 1: Aku tidak bawa sepatu boot. Aku takut nasibku seperti Karmin yang mati konyol minggu lalu.
Pemulung 2: Tidak usah berlebihan. Karmin mati karena sudah nasibnya. Bukan karena tertusuk jarum suntik.
Pemulung 1: Tapi aneh sekali. Sejak ada kasus Covid-19 yang ramai di pemberitaan, kawan-kawan kita mudah sekali sakit, apalagi setelah bersentuhan dengan sampah rumah sakit itu.
Pemulung 2: Benar juga. Ya sudah kita abaikan saja jarum suntik yang biasanya kita jual. Kita cari apa yang bisa dijual dari sampah mereka.
Pemulung 1 dan 2: (beranjak dari tempatnya duduk)
Pemulung 1: (sumringah ketika membuka karung) hey, pegawai rumah sakit itu membuang banyak masker!
Pemulung 2: (melongok ke dalam karung) beruntung sekali! Maskernya berkualitas, pasti laku dijual
Pemulung 1: (mengangguk senang) masker sekali pakai ini masih bagus. Hanya perlu dicuci dan dibungkus ulang, beres.
Pemulung 2: Bagaimana kalau aku bantu membersihkan? Nanti kita bagi dua keuntungannya
Pemulung 1: Boleh saja (menunjuk karung berisi masker yang belum terbuka) masih ada banyak di sana
Tiba-tiba, seorang pemulung muda datang. Wajahnya tampak bingung melihat kedua pemulung sebelumnya yang membuka tumpukan masker.
Pemulung 3: Apa yang kalian lakukan di sini?
Pemulung 1: Eh, ada kamu. Ayo bantu kami mendaur ulang masker ini. Lumayan kalau dijual. Harganya mahal
Pemulung 3: Itu masker sekali pakai. Bahaya kalau dipakai orang-orang. Bisa bikin sakit.
Pemulung 2: Asalkan yang memakai bukan kita ya tidak jadi masalah. Kalau kamu tidak mau membantu, sebaiknya pergi saja.
Pemulung 1: Dikasih rezeki kok menolak (kesal)
Pemulung 3: (melihat temannya yang sibuk memilah masker dari karung) Meskipun aku pemulung, setidaknya aku akan bekerja dengan jujur dan tidak membahayakan orang lain (bergumam dalam hati, kemudian beranjak pergi)

Judul: Kapan Pandemi Selesai?

Seorang nenek tua duduk bersandar di bangku puskesmas. Ia terlihat lelah, membuat guratan di wajahnya semakin terlihat. Di dekatnya, antrian masyarakat yang menjalani vaksin masih mengular. Seorang tukang parkir yang kebetulan sedang beristirahat menyapanya.

Tukang parkir: Sendirian, mbah?
Nenek: (mengangguk)
Tukang parkir: Nggak ditemani anak?
Nenek: (menghela nafas panjang) Belum bisa ke sini. Nggak ada pesawat dari Arab Saudi
Tukang parkir: Iya, sih, Mbah. Pandemi kan belum selesai. Lha ini puskesmas saja baru mulai program vaksinasi (sambil memandang sekeliling). Anak Mbah kerja di Arab?
Nenek: Iya, jadi TKI sudah dua tahun. Katanya untuk cari biaya hidup saya. Padahal ya nggak kurang-kurang banget. Saya pengen hidup biasa aja tapi ditemani anak cucu (berkaca-kaca)
Tukang parkir: Mikirnya anak muda kan beda, Mbah. Cukup untuk Mbah, belum cukup untuk dia. Apalagi sekarang semua kebutuhan mahal. Nggak cukup makan aja. Seperti saya ini. Untuk makan sehari-hari memang lebih dari cukup. Tapi jajan anak saya? Biaya beli pulsa, bensin? (menepuk jidat)
Nenek: (tertawa) Tapi kalau sampai harus berkorban pulang setahun sekali rumah jadi sepi. Pulang pas lebaran saja. Yang selalu datang tiap bulan ya uangnya
Tukang parkir: Paling ya sebulan-dua bulan lagi selesai, Mbah. Seharian ini nggak ada pasien baru di puskesmas
(terlihat seorang pemuda paruh baya tergopoh-gopoh mendorong sang ayah di kursi roda. Kemudian petugas kesehatan menghentikannya dan memintanya menunggu)
Tukang parkir: (menatap dengan pandangan pasrah) Itu pasti positif Covid, Mbah. Makanya nggak boleh asal masuk.
Nenek: (menghela nafas panjang) Kapan pandemi ini akan selesai? Aku kangen anakku.

Demikian informasi terkait contoh naskah drama tentang pandemi dan vaksinasi Covid-19 lengkap yang bisa kamu jadikan referensi. Apakah kamu sudah mendapatkan inspirasi untuk membuat karyamu sendiri ataukah ingin mementaskan naskah drama di atas?


Klik dan dapatkan info kost di dekatmu:

Kost Jogja Harga Murah

Kost Jakarta Harga Murah

Kost Bandung Harga Murah

Kost Denpasar Bali Harga Murah

Kost Surabaya Harga Murah

Kost Semarang Harga Murah

Kost Malang Harga Murah

Kost Solo Harga Murah

Kost Bekasi Harga Murah

Kost Medan Harga Murah