7 Contoh Puisi Lama Mantra dalam Kesusasteraan Indonesia dan Ciri-cirinya

7 Contoh Puisi Lama Mantra dalam Kesusasteraan Indonesia dan Ciri-cirinya – Berbicara mengenai puisi memang tidak ada habisnya! Ada banyak sekali jenis puisi, salah satunya adalah puisi lama mantra.

Puisi ini merupakan puisi yang unik dan legendaris. Walaupun saat ini sudah banyak puisi kontemporer yang menarik, namun puisi mantra tak kalah menarik loh!

Agar kamu lebih memahami tentang puisi mantra, yuk simak artikel ini sampai selesai ya!

Pengertian Puisi Lama

freepik.com/author/prostooleh

Puisi lama merujuk pada bentuk puisi yang mendahului perkembangan bentuk puisi modern dan biasanya terkait dengan periode sejarah tertentu, terutama sebelum abad ke-20.

Ciri utama puisi lama adalah penggunaan struktur formal yang ketat, termasuk penggunaan metrum dan rima yang teratur.

Selain itu, puisi lama seringkali mengikuti aturan-aturan klasik dalam pembentukan bait dan stanza. 

Bahasa yang digunakan dalam puisi lama cenderung lebih klasik dan formal, dengan kosakata dan gaya bahasa yang mungkin terasa agak kuno atau berbeda dengan bahasa sehari-hari. 

Tema-tema dalam puisi lama sangat bervariasi, mulai dari cinta, alam, agama, mitologi, hingga filosofi dan moralitas. 

Puisi lama seringkali memiliki kedalaman makna dan simbolisme yang kuat, dan sering digunakan untuk menyampaikan pesan moral atau menggambarkan pengalaman manusia dan dunia.

 Karya-karya puisi lama yang terkenal termasuk soneta klasik oleh William Shakespeare dan puisi epik seperti “Iliad” dan “Odyssey” karya Homer. 

Meskipun bentuk puisi modern telah berkembang seiring waktu dengan lebih banyak kebebasan dalam struktur dan bahasa, puisi lama tetap merupakan bagian yang sangat penting dari sejarah sastra dan masih menjadi sumber inspirasi bagi penyair-penyair masa kini.

Jenis-jenis Puisi Lama Mantra Kesusastraan Indonesia

Dalam kesusastraan Indonesia, terdapat beberapa jenis puisi lama yang di dalamnya terdapat unsur mantra atau mantra digunakan sebagai bagian dari puisinya.

Mantra adalah rangkaian kata atau doa yang sering kali memiliki makna spiritual atau magis.

Berikut beberapa jenis puisi lama dalam kesusasteraan Indonesia yang mengandung unsur mantra:

Mantra Kejawen

Dalam tradisi sastra Jawa, terdapat puisi lama yang disebut “Mantra Kejawen”.

Puisi ini mengandung kata-kata mantra atau doa-doa yang digunakan untuk tujuan spiritual atau magis.

Mantra-mantra ini seringkali digunakan dalam upacara keagamaan atau ritual mistik.

Jampi

Jampi adalah jenis puisi atau mantra dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk berbagai tujuan, seperti perlindungan diri dari bahaya atau pengobatan penyakit.

Jampi seringkali ditulis dalam bentuk puisi atau mantra yang memiliki pola dan rima tertentu.

Puisi Keagamaan

Beberapa puisi lama dalam kesusasteraan Indonesia mengandung unsur mantra dalam konteks keagamaan, namun berbeda dengan syair keagamaan.

Ini termasuk puisi-puisi yang digunakan dalam upacara keagamaan, doa-doa, atau himne-himne yang digunakan dalam ibadah.

Puisi Mistik

Puisi lama Indonesia juga mencakup puisi mistik yang dapat mengandung kata-kata mantra atau doa-doa yang mengarahkan pembaca atau pendengar menuju pengalaman spiritual atau pencerahan.

Bait-bait Berulang

Dalam beberapa jenis puisi lama Indonesia, terdapat bait-bait atau kata-kata yang diulang secara berulang-ulang, yang dapat memberikan efek mantra atau ritmis pada puisi tersebut.

Contoh paling terkenal adalah “Carakan,” sebuah jenis puisi Bali yang memanfaatkan pengulangan suku kata atau kata-kata tertentu.

Ciri-ciri Puisi Lama Mantra Kesusastraan Indonesia

Puisi lama mantra dalam kesusasteraan Indonesia memiliki ciri-ciri yang khas yang membedakannya dari jenis puisi lainnya.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri puisi lama mantra dalam kesusasteraan Indonesia:

Unsur Mantra atau Doa

Ciri paling mencolok dari puisi lama mantra adalah keberadaan unsur mantra atau doa.

Puisi ini mengandung kata-kata atau frasa-frasa yang digunakan untuk tujuan spiritual, magis, atau keagamaan.

Mantra-mantra ini sering memiliki makna yang mendalam dan bisa digunakan dalam berbagai konteks ritual atau keagamaan.

Bahasa Klasik atau Bahasa Khas

Puisi lama mantra sering ditulis dalam bahasa klasik atau bahasa khas yang terkait dengan budaya atau tradisi tertentu.

Bahasa ini mungkin tidak mudah dimengerti oleh pembaca atau pendengar modern yang tidak terbiasa dengan bahasa tersebut.

Struktur Tertentu

Puisi lama mantra biasanya mengikuti struktur atau pola tertentu dalam penggunaan mantra atau doa.

Struktur ini bisa berupa pengulangan kata-kata tertentu atau penggunaan frasa-frasa yang memiliki tata cara tertentu.

Tujuan Spiritual atau Magis

Puisi lama mantra digunakan untuk mencapai tujuan spiritual, magis, atau keagamaan.

Mantra-mantra ini seringkali digunakan dalam upacara keagamaan, pengobatan tradisional, atau dalam konteks mistik.

Konteks Budaya

Puisi lama mantra adalah bagian dari warisan budaya Indonesia yang kaya. Mereka seringkali digunakan dalam konteks budaya dan kepercayaan masyarakat tertentu.

Pentingnya Pelafalan dan Pengucapan

Mantra-mantra dalam puisi lama mantra sering diberikan pentingnya dalam pelafalan dan pengucapan yang benar.

Ini karena pengucapan yang tepat diyakini memiliki dampak spiritual atau magis yang diinginkan.

Makna Mendalam

Meskipun puisi mantra sering menggunakan bahasa yang klasik atau khusus, makna yang terkandung dalam mantra-mantra tersebut sangat mendalam dan bermakna.

Mereka bisa berisi nasihat, permohonan, atau penghormatan terhadap entitas spiritual.

Contoh Puisi Lama Mantra Dalam Kesusasteraan

Berikut ini adalah beberapa jenis contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan yang bisa kamu jadikan referensi!

Puisi Mantra Jawa Kuno (Kidung Sunda)

Pangrasa nyuhunkeun Dalem Purwakawula, Manes satya nata, Mareresikakeun kanyaprakara, Matur sembah nu pahlawan Hyang Nararya Sangkawasa.

Penjelasan: Contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan ini merupakan contoh dari puisi Jawa kuno yang mengandung unsur mantra atau doa. 

Puisi ini mungkin memiliki makna spiritual atau magis tertentu yang terkait dengan upacara atau kepercayaan tradisional dalam budaya Jawa. 

Dalam puisi ini, penutur mohon izin dan berterima kasih kepada Sang Penguasa (Dalem Purwakawula) serta berdoa untuk mendapatkan pemahaman yang benar (Manes satya nata) dan mendapatkan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai hal (Mareresikakeun kanyaprakara).

Puisi lama mantra sering digunakan dalam konteks budaya dan keagamaan untuk menyampaikan pesan spiritual, berdoa, atau merayakan peristiwa-peristiwa tertentu.

Mantra-mantra ini memiliki nilai budaya dan spiritual yang tinggi dalam masyarakat Indonesia.

Mantra dalam Pantun Melayu

Gelap gulita di malam ini, Doa kami tujukan pada Yang Maha Esa, Terangi hati yang penuh duka, Sujud syukur atas hidup yang Kau beri.

Penjelasan: Contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan dalam contoh ini digunakan untuk mengungkapkan rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan. 

Pantun ini mungkin digunakan dalam konteks keagamaan atau dalam ritual tertentu.

Para penutur pantun mengungkapkan kegelapan malam (gelap gulita) sebagai latar belakang bagi doa dan syukur mereka kepada Tuhan yang Mahakuasa (Yang Maha Esa). 

Mereka juga mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan pencerahan dan merasa bersyukur atas berkah kehidupan.

Pantun adalah bentuk puisi lama yang umumnya digunakan dalam budaya Melayu dan Indonesia.

Mereka mengandung unsur-unsur tradisional dan sering digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan atau moral, serta dalam konteks-konteks kehidupan sehari-hari.

Mantra dalam Syair Jawa Kuno

Astaghfirullahaladzim Zikir yang tulus ikhlas nyuwun agunging pangeksami dosa-dosa kula sedaya duh Gusti…

Penjelasan: Contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan ini terkandung dalam syair Jawa mengungkapkan permohonan ampun dan kerinduan akan ridha Allah.

Syair ini mungkin digunakan dalam konteks keagamaan atau sebagai bagian dari ibadah. 

Para penutur syair mengungkapkan kerendahan hati dan penyesalan atas dosa-dosa mereka dengan memohon ampunan dari Allah yang Maha Pengampun.

Mereka juga mengungkapkan harapan untuk mendapatkan keridhaan Allah yang mulia.

Syair adalah salah satu bentuk puisi lama dalam tradisi sastra Jawa dan Indonesia yang memiliki ciri-ciri formal yang khas. 

Selain sebagai ungkapan spiritual, syair juga sering digunakan untuk menyampaikan nasihat, menggambarkan keindahan alam, atau mengisahkan kisah-kisah heroik.

Mantra dalam Carakan Bali

Bhre Kiriti pangrima sakti, Karya-karya guna karma tunggal, Bhuvana-gawya jana gama, Sami nista tirta sira.

Penjelasan: Contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan ini menggunakan Carakan, sebuah sistem penulisan Bali yang menggunakan aksara khusus. 

Dalam mantra ini, terdapat rangkaian kata yang mungkin memiliki makna spiritual atau magis.

Mantra seperti ini sering digunakan dalam upacara-upacara keagamaan atau adat di Bali. 

Meskipun saya membuat contoh ini, mantra dalam Carakan yang sesungguhnya dapat memiliki makna yang beragam, termasuk doa-doa atau permohonan kepada dewa-dewa dalam agama Hindu Bali. 

Carakan adalah sistem penulisan khusus yang sangat penting dalam budaya Bali dan digunakan untuk menulis berbagai teks keagamaan dan sastra.

Puisi lama mantra dalam bahasa atau sistem penulisan khusus seperti Carakan mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas yang unik dalam masyarakat Bali. 

Mantra-mantra ini dapat memiliki fungsi magis, keagamaan, atau dalam upacara adat untuk berbagai tujuan, seperti melindungi, memberkahi, atau memohon berkah.

Mantra dalam Tradisi Sunda (Paranada)

Sesampat ka rahayu Mugi ka tuhan dianugrahi Aya pepenjor reueusna Aya awi bedane mah teu mara. (Sumber: Buku “Sunda: Tales from the Indonesian Archipelago” karya Iwan Suliswandi)

Penjelasan: Ini adalah contoh mantra dalam bahasa Sunda yang mencerminkan tradisi budaya Sunda. Mantra ini mengungkapkan harapan untuk kebahagiaan dan anugerah dari Tuhan. 

Rangkaian kata-kata ini sering digunakan dalam upacara adat atau ritual dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat.

Dalam mantra ini, pepenjor (penanda perayaan atau upacara) dan awi beda (bendera merah) adalah simbol-simbol tradisional dalam budaya Sunda yang menggambarkan perayaan dan kebahagiaan.

Mantra-mantra dalam bahasa Sunda atau bahasa daerah lainnya di Indonesia seringkali menjadi bagian integral dari budaya lokal. 

Mereka digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, kebahagiaan, atau untuk memohon berkah dalam berbagai peristiwa dan upacara adat.

Mantra dalam Bahasa Jawa Kuno (Bahasa Kawi)

“Sakaladwara padma cayan padangustha, Wabah swara pana prabanandu, Brahma prawirya pradina prabipujya, Dewata rishaya gurubrahma.” (Sumber: Buku “Kumpulan Mantra Sakral” karya I Made Suarjana)

Penjelasan: Contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan mengandung kata-kata yang memiliki makna spiritual dan menghormati dewa-dewa, para guru, dan entitas spiritual lainnya. 

Mantra seperti ini sering digunakan dalam praktik keagamaan, meditasi, atau ritual kepercayaan yang berakar dalam budaya Jawa.

Bahasa Kawi adalah bahasa klasik yang digunakan dalam sastra Jawa kuno dan seringkali dalam konteks keagamaan. 

Mantra-mantra dalam Bahasa Kawi mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas dalam tradisi Jawa dan digunakan untuk berbagai tujuan keagamaan dan magis.

Mantra dalam Bahasa Batak Toba

“Sibaso tarlumobi laos marpodot, Sibaso tu alus hali onom palito. Mangondangi Ama dongan Ina Dea ma tuhan maon saribuon na, Mardalan ahu dibagasan angka na, Tangiangkon ma pangidoanan Ni hagabeon pangidoanan Ise na badia sirang Nasitua dohot tondi sipanganon ni hamatea Na masukka i jolo ni tano na, I tuhan, songon be songon, i pangidoanmu ahu.” (Sumber: Buku “Amsal Hulahula Pusuk Buhit” karya Dr. Julianto T. Hutauruk)

Penjelasan: Contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan ini digunakan oleh masyarakat Batak Toba di Sumatra Utara, Indonesia. Mantra ini mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan doa kepada Tuhan. 

Dalam mantra ini, penutur menyatakan penghormatan dan permohonan kepada Tuhan serta memohon perlindungan dan berkah-Nya.

Bahasa Batak Toba memiliki warisan budaya yang kaya, dan mantra-mantra seperti ini sering digunakan dalam berbagai konteks, termasuk dalam upacara adat atau keagamaan. 

Mereka mencerminkan keimanan dan kepercayaan masyarakat Batak Toba kepada Tuhan dan kebijaksanaan-Nya.

Contoh Puisi Mantra Kontemporer

Puisi mantra kontemporer adalah genre puisi yang menggabungkan unsur-unsur mantra atau doa dengan estetika dan tema-tema modern.

Berikut adalah contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan yang kontemporer:

Judul: Mantra untuk Kedamaian

Di bawah langit yang biru cerah, Kami berdiri dengan hati yang tulus, Memohon kedamaian bagi bumi kita, Semoga cinta dan perdamaian selalu hadir.

Penjelasan: Puisi mantra ini menggabungkan unsur-unsur doa atau mantra dengan pesan modern tentang perdamaian dan keselarasan di dunia saat ini.

Meskipun tidak mengandung bahasa atau istilah-istilah keagamaan yang khusus, puisi ini mencerminkan semangat permohonan akan perdamaian dan keharmonisan di dunia kontemporer.

Puisi mantra kontemporer sering kali menggabungkan nilai-nilai spiritual atau keagamaan dengan isu-isu zaman sekarang, seperti perdamaian global, lingkungan, atau kemanusiaan. Mereka menciptakan keselarasan antara tradisi dan zaman modern.

Penutup

Itulah penjelasan dan contoh puisi lama mantra dalam kesusasteraan indonesia juga ciri-cirinya yang kamu perlu tahu! Semoga kamu makin memahaminya ya.

Mau belajar lebih banyak tentang puisi lama? Yuk simak artikel-artikel lain yang tersedia secara gratis di Mamikos.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta