7 Contoh Story Telling Bahasa Indonesia Singkat Mudah Dihafal dan Penuh Pesan Moral
7 Contoh Story Telling Bahasa Indonesia Singkat Mudah Dihafal dan Penuh Pesan Moral – Pernahkah Anda merasa terpesona oleh cerita-cerita pendek yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang berharga?
Cerita-cerita singkat dalam story telling bahasa Indonesia memiliki daya tarik khusus yang dapat menyampaikan pesan moral dengan cara yang mudah dihafal dan diingat.
Melalui artikel ini, kita akan menggali beberapa contoh cerita singkat dalam story telling bahasa Indonesia yang penuh pesan moral.
Contoh story telling bahasa Indonesia singkat
Daftar Isi
Daftar Isi
Melalui pengenalan karakter dan latar cerita yang menarik, mari kita lihat bagaimana pesan-pesan berharga ini dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi pembaca.
Bersiaplah untuk terpesona dan terinspirasi oleh cerita-cerita singkat yang mengandung hikmah dan kearifan, yang dapat membuka pintu ke dalam nilai-nilai kehidupan yang lebih mendalam.
Berikut beberapa cerita daerah maupun dongeng sebagai contoh story telling singkat dengan penuh nilai moral, antara lain:
1. Kancil dan Pak Tani
Dahulu kala, ada seekor kancil yang sangat cerdik dan suka mencuri makanan dari para petani. Suatu hari, kancil mencuri makanan dari kebun pak tani. Pak tani sangat marah dan ingin menangkap kancil.
Keesokan harinya, pak tani memasang jebakan di kebunnya. Kancil melihat jebakan itu, tetapi dia tidak takut. Kancil menggunakan kecerdasannya untuk mengelabui pak tani.
Kancil berjalan ke arah jebakan. Ketika pak tani melihat kancil, dia langsung berlari ke arahnya. Kancil berlari ke arah jebakan dan melompat ke dalam jebakan. Pak tani sangat senang. Dia berhasil menangkap kancil.
Pak tani membawa kancil ke rumahnya. Dia ingin memasak kancil untuk makan malam. Kancil sangat ketakutan. Dia tidak ingin mati.
Kancil berkata kepada pak tani, “Pak tani, tolong jangan bunuh aku. Aku akan membantumu bekerja di kebunmu.” Pak tani berpikir sejenak. Dia setuju untuk tidak membunuh kancil. Dia membiarkan kancil bekerja di kebunnya.
Kancil bekerja dengan sangat baik. Dia membantu pak tani menanam dan memanen tanaman.
Pak tani sangat senang dengan bantuan kancil. Dia tidak membunuh kancil dan membiarkan kancil hidup dengan bahagia di kebunnya.
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa kecerdasan lebih penting daripada kekuatan.
Jika kita menggunakan kecerdasan kita, kita dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Selain itu, kita juga harus bisa memaafkan orang lain yang telah berbuat salah kepada kita.
Semoga cerita ini dapat menghibur dan memberikan pelajaran yang berharga bagi kita semua.
2. Lomba Lari Kelinci dan Kura-kura
Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah seekor kura-kura dan seekor kelinci. Kelinci sangat cepat berlari, sedangkan kura-kura sangat lambat. Suatu hari, kelinci dan kura-kura bertengkar tentang siapa yang lebih cepat.
“Aku lebih cepat darimu!” kata kelinci.
“Tidak, aku yang lebih cepat!” kata kura-kura.
“Kalau begitu, ayo kita berlomba!” kata kelinci.
“Baik!” kata kura-kura.
Hewan-hewan lain di hutan pun ikut menyaksikan lomba tersebut. Kelinci dan kura-kura pun bersiap untuk berlomba.
Kelinci berlari sangat cepat, sedangkan kura-kura berjalan dengan sangat lambat. Kelinci pun sudah jauh meninggalkan kura-kura.
Kelinci pun beristirahat di bawah pohon. Dia berpikir bahwa kura-kura tidak akan pernah bisa mengejarnya.
Sementara itu, kura-kura terus berjalan dengan sangat lambat. Dia tidak pernah berhenti berjalan, meskipun dia sangat lelah.
Ketika kelinci terbangun, dia melihat bahwa kura-kura sudah hampir sampai di garis finish. Kelinci pun berlari secepat mungkin, tetapi kura-kura sudah lebih dulu sampai di garis finish.
Kura-kura pun memenangkan lomba tersebut. Hewan-hewan lain di hutan pun sangat senang. Mereka semua bertepuk tangan untuk kura-kura.
Kelinci pun sangat malu. Dia sadar bahwa dia telah sombong dan tidak menghargai kemampuan kura-kura. Kelinci pun berjanji untuk tidak sombong lagi.
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa janganlah sombong. Jika kita sombong, maka kita akan mudah dikalahkan oleh orang lain. Kita harus selalu menghargai kemampuan orang lain, meskipun mereka terlihat lemah.
3. Roro Jonggrang dan Candi Prambanan
Di zaman dahulu, di Jawa Tengah, hiduplah seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang. Dia adalah putri dari seorang raja yang bijaksana dan penuh kasih.
Di sekitar kerajaan mereka, terdapat raksasa yang jahat bernama Bandung Bondowoso. Raksasa ini sangat kuat dan ingin menguasai kerajaan Roro Jonggrang.
Suatu hari, Bandung Bondowoso datang menyerang kerajaan Roro Jonggrang.
Dalam pertempuran yang sengit, raja terbunuh, dan kerajaan hancur. Roro Jonggrang merasa sangat sedih dan marah atas kematian ayahnya.
Bandung Bondowoso jatuh cinta pada kecantikan Roro Jonggrang dan memutuskan untuk menikahinya.
Namun, Roro Jonggrang tidak ingin menikah dengan raksasa jahat itu. Dia ingin balas dendam atas kematian ayahnya.
Dengan bijaksana, Roro Jonggrang menemui Bandung Bondowoso dan memberikan syarat sebelum dia mau menikah dengannya.
Dia berkata, “Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu harus menyelesaikan tugas yang mustahil. Kamu harus membangun seribu candi dalam semalam.”
Bandung Bondowoso tertawa dan menerima tantangan itu. Dia memang memiliki kekuatan magis yang luar biasa.
Dengan cepat, ia mulai membangun candi-candi dengan kekuatannya yang gaib. Roro Jonggrang merasa khawatir karena dia tidak ingin menikahi raksasa itu.
Di tengah malam, Roro Jonggrang berpikir tentang rencananya. Dia merasa ada cara untuk menghentikan Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang segera meminta bantuan dari seluruh warga desa.
Mereka bekerja keras dan mulai membakar jerami di ladang, serta menabuh alat musik dan menyalakan obor. Mereka juga menampar dan memutar kendi, sehingga suara bising terdengar di seluruh hutan.
Karena kalah suara yang keras, Bandung Bondowoso tidak bisa lagi berkonsentrasi. Dia merasa tidak sanggup menyelesaikan tugasnya.
Sebelum fajar menyingsing, Bandung Bondowoso hanya berhasil membangun 999 candi.
Ketika Bandung Bondowoso menyadari bahwa dia gagal, dia sangat marah. Namun, Roro Jonggrang berdiri tegar dan berkata, “Kamu gagal, dan aku tidak akan menikahi raksasa jahat sepertimu!”
Bandung Bondowoso sangat marah dan mengutuk Roro Jonggrang. Dia mengubahnya menjadi sebuah patung candi, sehingga Roro Jonggrang menjadi bagian dari Candi Prambanan yang belum sempurna.
Hingga saat ini, Candi Prambanan tetap menjadi salah satu keajaiban dunia yang mengagumkan, dan Roro Jonggrang diabadikan dalam batu sebagai pengingat tentang kebijaksanaannya dan kesetiaannya pada kebenaran.
Moral cerita:
Legenda Roro Jonggrang mengajarkan kita tentang pentingnya keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan dan ketidakadilan.
Cerita ini juga mengingatkan kita untuk tidak memanipulasi atau menggunakan kekuatan untuk tujuan yang buruk, serta menghargai nilai-nilai moral dalam menghadapi cobaan hidup.
4. Sangkuriang dan Dayang Sumbi
Di daerah Jawa Barat, hiduplah seorang pemuda gagah bernama Sangkuriang. Dia adalah seorang pemanah yang ulung dan sangat tangkas.
Sangkuriang hidup bahagia bersama ibunya, Dayang Sumbi, yang merupakan seorang wanita cantik dan bijaksana.
Suatu hari, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita jelita di hutan. Wanita itu adalah Dayang Sumbi, ibunya sendiri.
Namun, keduanya tidak menyadari hubungan keluarga mereka karena mereka berpisah sejak Sangkuriang masih bayi.
Sangkuriang jatuh cinta pada Dayang Sumbi karena kecantikan dan kebijaksanaannya. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama dan semakin dekat.
Namun, Dayang Sumbi merasa ada yang aneh dengan pemuda itu, tetapi dia tidak tahu bahwa itu adalah putranya sendiri.
Saat Sangkuriang menyatakan cintanya, Dayang Sumbi menolaknya. Dia berkata, “Pemuda gagah, aku adalah ibumu sendiri. Kita tidak bisa bersama karena kita adalah keluarga.”
Sangkuriang sangat terkejut mendengar kenyataan itu. Dia merasa bingung dan marah karena cintanya ditolak. Dalam keputusasaannya, dia memutuskan untuk mencari bantuan dari seorang dukun.
Dukun itu memberitahu Sangkuriang bahwa dia bisa mendapatkan Dayang Sumbi sebagai istrinya jika dia bisa membangun sebuah danau dan perahu dalam semalam.
Sangkuriang yang tidak menyadari kekuatan sihir sang ibu pun setuju pada tantangan itu.
Sangkuriang bekerja keras sepanjang malam untuk membangun danau dan perahu. Dia menggunakan kekuatan magisnya sebagai pemanah untuk membantu dalam pembangunan.
Namun, Dayang Sumbi menyadari rencananya dan merasa sangat khawatir.
Malam semakin larut, dan tampaknya Sangkuriang hampir berhasil menyelesaikan tugasnya. Dayang Sumbi putus asa dan meminta bantuan kepada Dewa.
Dewa pun mengabulkan permohonan Dayang Sumbi dengan menyebabkan fajar datang lebih cepat dari biasanya.
Sangkuriang hampir menyelesaikan perahu ketika matahari mulai terbit. Dia sangat marah karena gagal menyelesaikan tugasnya dan merasa dikhianati oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa penyesalan dan kemarahan yang mendalam, Sangkuriang menghancurkan perahu yang hampir selesai itu dan mengubahnya menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Danau yang hampir jadi pun menjadi danau yang sekarang kita kenal sebagai Danau Bandung.
Dayang Sumbi sangat sedih dengan keputusan putranya itu. Namun, dia juga merasa lega karena akhirnya berhasil menghentikan tindakan putranya yang nekat.
Sejak saat itu, Gunung Tangkuban Perahu dan Danau Bandung tetap menjadi saksi bisu dari takdir tragis Sangkuriang dan Dayang Sumbi.
Keduanya terpisah selamanya dan menderita akibat kesalahpahaman yang menyedihkan.
Moral cerita:
Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi mengajarkan kita tentang pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi cinta dan takdir.
Ketika cinta bertentangan dengan tatanan keluarga, kebijaksanaan dan pengorbanan menjadi penting untuk menghormati hubungan keluarga.
5. Malin Kundang
Malin Kundang adalah sebuah cerita rakyat dari Sumatra Barat. Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya.
Alkisah, ada seorang anak bernama Malin Kundang yang tinggal bersama ibunya. Malin Kundang adalah anak yang sangat rajin dan pintar. Dia selalu membantu ibunya bekerja di ladang.
Suatu hari, Malin Kundang memutuskan untuk merantau ke kota. Dia ingin menjadi orang yang sukses dan bisa membahagiakan ibunya.
Malin Kundang pun pergi ke kota. Dia bekerja keras dan akhirnya menjadi orang yang sukses. Malin Kundang memiliki kapal yang besar dan banyak pelaut yang bekerja padanya.
Suatu hari, Malin Kundang kembali ke kampung halamannya. Dia ingin menunjukkan kepada ibunya bahwa dia telah menjadi orang yang sukses.
Malin Kundang pun bertemu dengan ibunya. Ibunya sangat senang melihat Malin Kundang. Dia memeluk Malin Kundang dan menangis bahagia.
Namun, Malin Kundang tidak mengenali ibunya. Dia bahkan menolak untuk mengakui ibunya. Malin Kundang berkata kepada ibunya, “Aku tidak punya ibu. Aku adalah anak seorang saudagar kaya.”
Ibu Malin Kundang sangat sedih. Dia tidak menyangka bahwa Malin Kundang telah menjadi anak yang durhaka. Ibu Malin Kundang pun mengutuk Malin Kundang menjadi batu.
Malin Kundang pun berubah menjadi batu. Dia berdiri di tepi pantai sebagai peringatan bagi orang-orang yang durhaka kepada orang tua mereka.
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa kita harus selalu berbakti kepada orang tua kita. Jika kita durhaka kepada orang tua kita, maka kita akan mendapatkan balasan yang setimpal.
6. Si Kancil dan Buaya
Si Kancil dan Buaya adalah salah satu cerita rakyat Nusantara yang terkenal. Cerita ini mengisahkan tentang seekor kancil yang sangat cerdik dan seekor buaya yang sangat rakus.
Suatu hari, Si Kancil sedang berjalan-jalan di hutan. Dia melihat seekor buaya yang sedang tidur di tepi sungai. Si Kancil pun berpikir untuk bermain-main dengan buaya itu.
Si Kancil berjalan ke arah buaya dan berkata, “Hai, Buaya! Aku ingin menyeberang sungai ini. Bisakah kau membantuku?”
Buaya terbangun dan berkata, “Tentu saja, aku bisa membantumu. Naiklah ke punggungku.”
Si Kancil pun naik ke punggung buaya. Buaya pun mulai berenang menyeberangi sungai.
Sesampainya di tengah sungai, Si Kancil berkata, “Buaya, aku sangat lapar. Bisakah kau memberikan aku ikan?”
Buaya berkata, “Tentu saja. Aku akan mencarikanmu ikan.”
Buaya pun menyelam ke dalam air. Dia mencari ikan untuk Si Kancil. Si Kancil menunggu buaya selama beberapa menit, tetapi buaya tidak muncul. Si Kancil mulai khawatir.
Si Kancil pun berkata, “Buaya, kau sudah lama menyelam. Apa kau sudah menemukan ikan?”
Tidak ada jawaban dari buaya. Si Kancil pun mulai panik. Dia tahu bahwa buaya akan memakannya.
Si Kancil pun melompat dari punggung buaya. Dia berenang sekuat tenaga ke tepi sungai. Buaya pun mengejar Si Kancil, tetapi Si Kancil berhasil sampai ke tepi sungai.
Si Kancil pun selamat dari buaya. Dia sangat senang. Dia belajar bahwa dia tidak boleh bermain-main dengan hewan yang berbahaya.
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa kita harus selalu berhati-hati dan tidak boleh mempercayai orang yang tidak kita kenal. Kita juga harus berhati-hati dengan orang yang terlihat baik, karena bisa saja mereka berniat jahat.
7. Pinokio
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pengrajin kayu bernama Geppetto. Suatu hari, Geppetto memutuskan untuk membuat sebuah boneka kayu yang hidup. Dia memberi nama boneka itu “Pinokio.”
Tanpa diduga, sesaat setelah Pinokio selesai dibuat, boneka itu menjadi hidup! Geppetto sangat bahagia dan merasa bahwa Pinokio adalah seperti anaknya sendiri.
Namun, Pinokio adalah sebuah boneka yang ceroboh dan mudah tergoda oleh dunia di sekitarnya.
Dia selalu mencari petualangan dan kesenangan tanpa memikirkan akibatnya. Ketika Pinokio mulai berbicara dengan suara yang unik, banyak orang terheran-heran dan tertarik padanya.
Suatu hari, Pinokio bertemu dengan seekor rubah licik bernama Sly dan kucing berbulu panjang yang curang bernama Gideon.
Mereka berdua merasa bahwa Pinokio adalah mangsa yang mudah dan memutuskan untuk memanfaatkannya. Sly dan Gideon berpura-pura menjadi teman Pinokio dan mengajaknya berpetualang.
Pinokio awalnya senang bisa memiliki teman-teman baru. Namun, Geppetto yang khawatir dengan kelakuan Pinokio memperingatkan, “Ingat, Pinokio, jagalah hatimu agar selalu jujur dan berbicara yang benar.”
Namun, Pinokio tergoda oleh janji-janji Sly dan Gideon tentang petualangan dan kekayaan. Mereka mengajak Pinokio untuk meninggalkan rumah dan pergi mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang jauh.
Dalam perjalanannya, Pinokio dihadapkan pada berbagai ujian dan godaan.
Dia berbohong, bermain-main, dan melupakan pesan Geppetto tentang kebenaran. Setiap kali dia berbohong, hidungnya yang kayu menjadi semakin panjang, menjadi tanda nyata bahwa dia berbohong.
Akibat ulah Pinokio, dia terjebak dalam masalah yang semakin rumit. Dia hampir menjadi makanan bagi monster besar, dikejar oleh penjahat, dan nyaris terjebak dalam jebakan Sly dan Gideon.
Namun, dalam kesulitan, Pinokio selalu mendapatkan bantuan dari peri kecil yang baik hati bernama Blue Fairy.
Blue Fairy selalu memberikan nasihat bijaksana dan membimbing Pinokio untuk berbicara yang jujur dan setia kepada Geppetto.
Melalui perjalanan panjang dan penuh cobaan, Pinokio akhirnya menyadari bahwa kejujuran dan kesetiaan adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati.
Dia berubah menjadi boneka yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab.
Akhirnya, Pinokio kembali ke rumah dan menyatakan penyesalannya kepada Geppetto.
Dia berjanji untuk selalu berbicara yang benar dan menjadi anak yang baik. Geppetto sangat bangga pada Pinokio dan merasa bahwa dia telah mencapai kebahagiaan sejati.
Sejak saat itu, Pinokio hidup dengan penuh kebijaksanaan, kejujuran, dan kesetiaan.
Dia mengetahui bahwa hidup adalah tentang menghargai orang-orang yang mencintai dan peduli padanya, serta menghadapi dunia dengan keberanian dan kebenaran.
Moral cerita:
Kisah Pinokio mengajarkan kita tentang pentingnya kejujuran, kesetiaan, dan tanggung jawab dalam hidup. Kita harus selalu berbicara yang benar dan setia kepada orang-orang yang mencintai kita.
Selain itu, kita perlu menghadapi dunia dengan bijaksana dan menghindari godaan untuk berbohong atau melakukan hal-hal yang salah.
Hanya dengan jalan yang benar, kita akan menemukan kebahagiaan sejati dalam hidup.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: