Contoh Teks Biografi Cut Nyak Dien beserta Struktur Lengkap dalam Bahasa Indonesia
Kali ini, Mamikos akan memberikan contoh teks biografi Cut Nyak Dien, lengkap dengan strukturnya!
Orientasi

Cut Nyak Dien adalah salah satu pahlawan wanita Indonesia yang berjasa dalam perjuangan melawan penjajah Belanda.
Beliau lahir di Aceh Besar pada tahun 1848 dan merupakan keturunan bangsawan Aceh.
Sejak kecil, beliau sudah terkenal dengan kecantikan dan kecerdasannya, terutama dalam agama.
Saat Cut Nyak Dien berusia 12 tahun, beliau dinikahkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga. Dalam pernikahan ini, beliau dikaruniai seorang putra.
Peristiwa Penting

Teuku Ibrahim, suami Cut Nyak Dien, adalah seorang pejuang Indonesia yang membantu melawan Belanda. Beliau kerap meninggalkan sang istri dan anak saat sedang berperang.
Sampai pada tahun 1875, Teuku Ibrahim menyuruh seluruh warga kampung tempat tinggal mereka untuk pergi mengungsi. Cut Nyak Dien yang berjiwa besar pun dengan patuh menuruti perintah sang suami.
Akan tetapi, tiga tahun kemudian, tepatnya pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim gugur dalam perang melawan penjajah.
Walau sempat terpuruk, Cut Nyak Dien segera bangkit kembali dan meneruskan perjuangan suaminya.

Advertisement
Beliau bersumpah akan menghancurkan Belanda dan membalaskan dendam suaminya.
Pada tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah lagi dengan seorang pejuang bernama Teuku Umar.
Keduanya kemudian menjadi pasangan pejuang yang cukup terkenal di tanah Aceh.
Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien pun mengobarkan semangat rekan-rekan seperjuangannya dalam melawan Belanda.
Teuku Umar kemudian membuat rencana untuk mendekati Belanda. Beliau bersama pasukannya pergi ke Kutaraja dan bersikap baik kepada Belanda.
Mereka tidak berusaha melawan dan memperlihatkan sikap seolah-olah bersahabat.
Strategi tersebut berhasil karena kemudian Belanda menerima Teuku Umar, bahkan memberinya gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan jabatan sebagai komandan unit pasukan Belanda.
Strategi ini terus dilancarkan Teuku Umar. Beliau berpura-pura patuh pada Belanda, padahal secara diam-diam, beliau mengambil persenjataan dan memberikannya kepada para prajurit Aceh.
Awalnya, masyarakat Aceh menentang strategi ini. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang mengira Teuku Umar benar-benar menjadi pengkhianat.
Namun, Cut Nyak Dien berhasil menenangkan pergolakan tersebut dan tetap percaya pada sang suami.

Sementara itu, Teuku Umar terus mengumpulkan pejuang Aceh beserta persenjataannya.
Setelah dirasa cukup, beliau lalu mengatakan kepada Belanda bahwa akan mengadakan penyerangan ke basis Aceh. Belanda percaya dan membiarkan Teuku Umar pergi.
Namun, beliau—beserta Cut Nyak Dien dan para pasukan mereka—tidak pernah muncul kembali di markas Belanda tersebut.
Hal ini tentu saja membuat pihak Belanda murka. Mereka pun mengerahkan banyak pasukan untuk memburu Teuku Umar dan Cut Nyak Dien beserta pengikutnya.
Namun, para prajurit Aceh sudah mempersenjatai diri dengan baik sehingga bisa memukul balik prajurit Belanda.
Pada tahun 1899, Belanda mendapat kabar bahwa Teuku Umar akan tiba di Meulaboh. Mereka bergegas mengepung lokasi tersebut dan menyergap Teuku Umar saat beliau dan beberapa pasukannya tiba.
Karena tidak ada pilihan lain, jadi Teuku Umar terpaksa melawan. Tapi beliau gugur akibat tembakan dari Belanda.
Mendengar berita kematian sang suami, Cut Nyak Dien semakin bertekad untuk menghancurkan Belanda.
Akan tetapi, karena kekurangan persediaan makanan dan senjata, mereka tentu tidak bisa melakukan banyak strategi.
Pada akhirnya, Cut Nyak Dien memutuskan untuk membawa rakyat Aceh kabur dari kejaran Belanda.
Sayangnya, salah seorang prajurit Aceh yang bernama Pang Laot berkhianat dengan memberitahukan keberadaan Cut Nyak Dien kepada Belanda.
Belanda pun berhasil menangkap Cut Nyak Dien dan membawanya ke Kutaraja. Pang Laot sempat memohon agar Cut Nyak Dien diperlakukan dengan baik, akan tetapi Belanda justru semakin tidak suka.