Hari Pendidikan Nasional 2020, 12 Fakta Sebenarnya Bapak Ki Hadjar Dewantara

Hari Pendidikan Nasional 2020 – Tahukah kamu bahwa sebentar lagi kita akan memperingati Hari Pendidikan Nasional? Ya, Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei bertepatan dengan hari lahirnya salah satu orang paling berjasa di Indonesia yakni Ki Hadjar Dewantara. Seperti yang kita ketahui, Bapak Ki Hadjar Dewantara adalah orang yang sangat berperan besar dalam kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Untuk mengenang jasa Ki Hadjar Dewantara dan Hari Pendidikan Nasional, mungkin kamu bisa meluangkan waktu kamu sebentar untuk membaca sedikit fakta-fakta terkait Ki Hadjar Dewantara berikut ini.

Memperingati Hari Pendidikan Nasional, Simak Fakta Seputar Bapak Ki Hadjar Dewantara

ceknricek.com

Walaupun tak dijadikan hari libur, Hari Pendidikan Nasional atau Perayaan Hardiknas bertujuan untuk lebih mengenal pendidikan di Indonesia. Di hari ini, para pelajar diharapkan dapat mengingat kembali jasa para pahlawan pendidikan yang telah memperjuangkan kebebasan menuntut ilmu di Indonesia. Tak hanya itu saja, para pelajar juga diminta untuk lebih menghargai fasilitas pendidikan yang dengan mudah dapat dirasakan manfaatnya saat ini. Saat ini, kita semua sudah bebas menuntut ilmu, bahkan difasilitasi dengan mudah oleh pemerintah. Ini harus menjadi pecutan buat kita agar tidak malas-malasan dan terus semangat belajar.

Berbicara soal Hari Pendidikan Nasional tentunya tak akan pernah lepas dari sosok Bapak Ki Hadjar Dewantara. Tanpa jasa dan perjuangannya, mungkin saat ini kita masih akan merasa sulit mengenyam pendidikan karena hanya kaum-kaum tertentu saja yang bisa menikmatinya. Ada banyak fakta menarik dari sosok Bapak Ki Hajar Dewantara yang mungkin masih jarang kita ketahui. Untuk itu, simak fakta-faktanya di bawah ini ya.

1. Memiliki nama lengkap Raden Mas Soewardi Suryaningrat

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, ternyata Ki Hadjar Dewantara sebenarnya bukanlah nama asli dari sosok yang juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional ini. Nama aslinya beliau yang sebenarnya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Namun, di tahun 1922 beliau mulai namanya menjadi Ki Hajar Dewantara hingga selanjutnya disingkat sebagai Soewardi atau KHD.

2. Melepas gelar bangsawan demi pendidikan anak Indonesia

Terlahir sebagai pria berdarah biru dengan gelar bangsawan dari Kadipaten Paku Alaman, Ki Hajar Dewantara lebih memilih keluar dari istana. Ia pun melepas peluang menjadi raja dan berbaur dengan rakyat jelata. Di usia 40 tahun, pria bernama lengkap Raden Mas Soewardi Suryaningrat itu mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara dan tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanannya. Ki ialah panggilan untuk orangtua yang dihormati dan diteladani. Hajar berarti guru dan Antara ialah dewa penghubung bumi dengan dunia yang lebih tinggi. Dengan nama barunya, Ki Hajar Dewantara kian aktif memajukan pendidikan bagi rakyat jelata.

3. Menciptakan semboyan terkenal

Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang sangat terkenal dari dulu hingga sekarang. Semboyan itu berbunyi “Tut wuri handayani, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso”. Di mana arti dari Ing Ngarso Sung Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Semboyan Tut Wuri Handayani ini kini menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

4. Memiliki hobi membaca dan menulis

Ki Hajar Dewantara menamatkan pendidikan dasarnya di ELS, sekolah dasar Eropa atau Belanda khusus untuk kaum bangsawan. Ia pernah melanjutkan pendidikan ke STOVIA, sekolah dokter Bumiputera, namun tidak tamat. Selama mengenyam pendidikan, beliaun gemar membaca buku. Ia suka sekali membaca buku-buku sastra, politik dan ekonomi. Pengetahuannya dan pemikirannya menjadi luas dan terbuka dengan dunia luar karena sering melahap berbagai informasi.

Kegemarannya membaca ini membuat ia tertarik menjadi wartawan. Tercatat ia pernah menjadi wartawan di sejumlah surat kabar, yaitu Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Berkat hobi membaca ini, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai wartawan andal dengan tulisan-tulisan kritis dan penuh kritikan. Salah satu tulisan pedasnya berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda” berhasil membuat pejabat Hindia Belanda marah bak cacing kepanasan. Tulisan ini dimuat di harian De Express pada 13 Juli 1913 karena tulisannya itu ia dihukum dan diasingkan ke Belanda pada 1913.

5. Lekat dengan budaya dan mahir memainkan piano

Lahir dan besar dari keluarga ningrat membuat Ki Hajar Dewantara lekat dengan kebudayaan. Sejak kecil, ia gemar dan menguasai beragam kesenian tradisional Jawa seperti seni tari, musik dan sastra. Menurutnya, budaya merupakan ujung tombak dan hal terpenting dalam pendidikan. Tidak heran budaya menjadi hal utama yang selalu ia bawa dan tanamkan dalam pendidikan serta kehidupan sehari-hari.

Di sela-sela aktivitasnya sebagai wartawan dan aktivis, ia kerap memperkenalkan tari-tarian serta tembang Jawa tradisional kepada anak-anak muda Indonesia. Kecintaannya pada seni bisa terlihat dalam ornamen dalam rumahnya yang kini sudah menjadi Museum Dewantara Kirti Griya. Dalam museum, lukisan karya Affandi terpajang di dinding kamar sang anak. Tak hanya pintar menulis, Ki Hajar Dewantara juga jago main alat musik piano.

Hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah piano klasik mewah miliknya yang hingga kini tertampang rapi di Museum Dewantara Kirti Griya. Menurut salah seorang penjaga Museum tersebut, piano klasik berwarna coklat yang dipajang di Museum Dewantara Kirti Griya berasal dari Jerman. Ki Hajar Dewantara senang bermain piano di waktu luangnya sebagai wartawan dan aktivis. Kegiatan ini ia lakukan sebagai pelepas penat sekaligus menghibur istri dan anak-anaknya.

6. Masuk penjara demi memajukan pendidikan bangsa

Tak pernah kapok, dalam pengasingan di Belanda Ki Hajar Dewantara justru semakin bersemangat untuk memajukan pendidikan kaum pribumi. Ki Hajar Dewantara kembali bersekolah dan meraih ijazah Europeesche. Ki Hajar Dewantara pun lalu mendirikan Kantor berita Indonesia (Indonesisch Pres Bureau) di Belanda pada 1913. Ki Hajar Dewantara juga bergabung di sejumlah organisasi para pelajar asal Indonesia dan mengajak mereka kembali ke Tanah Air untuk memajukan pendidikan.

Kembali dari pengasingan, Ki Hajar Dewantara makin berani melawan pemerintahan Belanda melalui tulisan-tulisan kritisnya. Selama berjuang memajukan pendidikan, keluar masuk penjara sudah menjadi langganan baginya. Tercatat, ia pernah dibui di sejumlah tempat seperti Semarang dan Pekalongan. Tuduhan yang dialamatkan pun beragam. Mulai dari penghinaan kepada ratu Belanda, menghasut orang membenci penguasa dan melecehkan lembaga pengadilan serta pemerintahan Belanda. Baju tahanannya kini dipajang di Museum Dewantara Kirti Griya Yogyakarta.

7. Pendiri Taman Siswa

Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi pendidikan di Indonesia, akhirnya Ki Hadjar Dewantara mulai memikirkan untuk mengembangkan pendidikan yang layak bagi bumiputra. Ki Hadjar Dewantara atau Soewardi mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922, yaitu Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Berasal dari Taman Siswa inilah semboyan-semboyan dari Ki Hadjar Dewantara diperkenalkan.

8. Pernah bergabung di Organisasi Budi Utomo

Berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung di dalamnya. Di Budi Utomo, ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Pada tahun 1912 Ki Hajar Dewantara diajak oleh Douwes Dekker ke Bandung untuk bersama-sama mengasuh Suratkabar Harian “De Express”. Douwess Dekker kemudian mengajak untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal, yakni partai politik pertama yang berani mencantumkan tujuan ke arah “Indonesia Merdeka”.

Selanjutnya pada Juli 1913 Ki Hajar Dewantara bersama dr. Cipto Mangunkusumo di Bandung, mendirikan “Comite Tot Herdenking van Nederlandsch Honderdjarige Vrijheid”, dalam bahasa Indonesia disingkat Komite Bumi Putera, yaitu Panitia untuk memperingati 100 tahun Kemerdekaan Belanda. Komite tersebut bertujuan untuk memprotes akan adanya peringatan 100 tahun Kemerdekaan Belanda, dari penjajahan Perancis yang akan diadakan pada 15 Nopember 1913.

9. Dianugerahi sebagai Bapak Pendidikan Nasional

Pada tahun 1959, Ki Hadjar Dewantara dianugerahi gelar Bapak Pendidikan Indonesia karena jasa-jasanya yang telah memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Enggak heran setiap tanggal 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional karena ingin merayakan dan memperingati hari lahirnya “Sang Bapak Pendidikan Indonesia”. Terdapat satu ucapan Ki Hadjar Dewantara yang pastinya akan selalu diingat oleh para pelajar saat ini yakni “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri.” Ucapan itu diucapakan ketika ia sedang menghampiri acara ulang tahun ke-30 sekolahnya Taman Siswa.

10. Ditolak segelintir orang karena penghargaan sebagai Bapak Pendidikan Nasional

Setelah penetapan sebagai Bapak Pendidikan Nasional, pemerintah pun mulai memperingati Hari Pendidikan Nasional setiap tahun. Biasanya, pihak-pihak lembaga yang terkait dengan pendidikan mulai mengadakan serangkaian acara termasuk lomba. Presiden Soeharto juga menekankan pentingnya merayakan Hari Pendidikan Nasional untuk menyatakan penghargaan pada perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Namun, pada masa Orde Baru, ada beberapa pihak yang merasa keberatan dengan perayaan tersebut.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 3 Mei 1968, Presidium Pusat KAGI dan PB PGRI menolak perayaan itu. Mereka berpendapat bahwa Ki Hadjar Dewantara bukanlah satu-satunya tokoh pendidikan nasional di Indonesia. Masih ada tokoh lain yang mempunyai andil dalam sistem pendidikan di Indonesia. Penolakan itu tampaknya tak berdampak lebih jauh, sebab pemerintah masih memperingati setiap tahun dan masih berjalan sampai dengan hari ini. Pro dan kontra mengenai Ki Hadjar Dewantara lama kelamaan hilang dengan sendirinya.

11. Dibuang ke Belanda

Akibat aksi-aksi serta pemikirannya yang revolusioner terhadap pemerintahan kolonial, ia menjadi sorotan pemerintah Hindia Belanda saat itu. Akhirnya, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengeluarkan keputusan pada 18 Agustus 1913 untuk mengasingkan Ki Hajar Dewantara ke Belanda. Ia menjalani masa pembuangan selama enam tahun, hingga pada 6 September 1919 kembali ke Indonesia.

12. Menjadi Menteri Pengajaran Indonesia Pertama

Pada kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia pertama. Pada tahun 1957, ia pun mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia yakni Universitas Gadjah Mada.

Demikian 12 fakta seputar Bapak Ki Hadjar Dewantara yang wajib kamu ketahui. Penetapan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional merujuk pada hari kelahiran Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, yakni Ki Hadjar Dewantara. Hal itu diatur dalam Surat Keputusan Presiden Nomor 316 tanggal 16 Desember 1959. Penetapan tersebut sebagai penghargaan terhadap jasa-jasa tokoh pelopor pendidikan di Indonesia tersebut. Sampai saat ini Kementrian Pendidikan Indonesia masih menggunakan semboyan Tut Wuri Handayani karya Ki Hadjar Dewantara. Nah, buat kamu yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar kota jangan lupa install aplikasi Mamikos di ponsel Android atau iOS kamu ya! Di aplikasi Mamikos, kamu bisa menemukan info sewa kost-kostan, apartemen, hingga rumah kontrakan di kota rantau tujuan kamu dengan praktis.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta