11 Hasil Kebudayaan Zaman Megalitikum Beserta Fungsinya Lengkap
11 Hasil Kebudayaan Zaman
Megalitikum Beserta Fungsinya Lengkap – Megalitikum berasal dari bahasa Yunani
yang berarti batu besar.
Istilah ini digunakan untuk
menggambarkan struktur atau monumen yang dibangun dengan menggunakan batu-batu
besar di zaman Megalitikum.
Struktur dan monumen batu
besar inilah yang disebut dengan hasil kebudayaan zaman Megalitikum yang
tersebar di beberapa wilayah dunia, termasuk Indonesia.
Lalu, apa saja fungsi dari hasil kebudayaan zaman Megalitikum bagi kehidupan manusia pada saat itu?
Simak ulasan di artikel ini sampai habis, ya!
Periodisasi Zaman Megalitikum
Daftar Isi
Daftar Isi
Periodisasi munculnya zaman Megalitikum dikenal dengan dua bagian,
yaitu Megalitikum Tua dan Megalitikum Muda.
Dua periode zaman Megalitikum ini sama-sama ditandai dengan penggunaan batu-batu besar atau megalit.
Sehingga, kedua periode ini mempunyai hasil kebudayaan zaman Megalitikum yang juga serupa.
Megalitikum Tua
Merujuk pada periode lebih awal dalam sejarah manusia di mana masyarakat mulai menggunakan batu-batu besar untuk mendirikan monumen-monumen besar, seperti dolmen, menhir, atau makam megalitik.
Contoh hasil kebudayaan zaman Megalitikum termasuk
situs-situs seperti Stonehenge di Inggris yang diperkirakan berasal dari
megalitikum tua sekitar 3000 SM.
Pada periode ini, penggunaan megalitik mungkin terkait
dengan ritual keagamaan, penandaan tempat pemakaman, atau tindakan simbolis
lainnya.
Megalitikum Muda
Pada periode Megalitikum Muda, tradisi megalitik berkembang
lebih lanjut atau berlanjut.
Pada tahap ini, teknik konstruksi megalitik menjadi lebih
canggih dan struktur-struktur kompleks seperti kamar kubus dan koridor mulai
muncul.
Megalitikum Muda diperkirakan ada sekitar 2000 SM hingga
1000 SM, tergantung pada wilayah geografisnya.
Karakteristik dan Aspek Zaman Megalitikum
1. Peninggalan Kebudayaan Batu Besar
Masyarakat pada zaman
Megalitikum dikenal karena penggunaan dan pewarisan kebudayaan yang melibatkan
bahan batu besar.
Bangunan-bangunan monumental
seperti menhir, dolmen, punden berundak, sarkofagus, dan arca menjadi penanda
kuat keberadaan mereka.
2. Perkembangan dari Zaman Praaksara ke
Zaman Sejarah
Zaman Megalitikum menjadi masa transisi penting dalam perkembangan manusia, dimana masyarakat mulai berkembang dari fase praaksara menuju zaman sejarah.
Perpindahan atau pergeseran inilah
yang mencerminkan evolusi budaya dan perubahan pola kehidupan.
3. Sistem Pembagian Kerja
Manusia pada zaman Megalitikum
telah mengenal dan mengembangkan sistem pembagian kerja.
Adanya spesialisasi dalam pekerjaan menunjukkan tingkat kompleksitas sosial dan ekonomi yang meningkat.
4. Peralatan dan Bangunan Batu
Selain monumen batu besar,
zaman Megalitikum juga dikenal dengan pembuatan peralatan seperti kapak batu.
Bangunan-bangunan batu,
seperti rumah batu, menjadi karakteristik khas dari masa ini yang mencerminkan
keterampilan teknologi batu masyarakat Megalitik.
5. Tradisi Membangun dengan Batu Besar
Hasil kebudayaan zaman
Megalitikum terkait erat dengan mendirikan bangunan-bangunan dari batu besar yang
menciptakan identifikasi zaman ini sebagai “zaman batu besar.”
6. Kepercayaan Animisme
Zaman Megalitikum juga terkait
dengan kepercayaan animisme, di mana masyarakat melakukan pemujaan terhadap roh
nenek moyang.
Bangunan-bangunan batu besar
memiliki hubungan erat dengan aspek keagamaan dan spiritualitas
Manusia Pendukung Zaman Megalitikum
Pada masa Zaman Megalitikum diyakini bahwa manusia purba
berperan dalam perkembangan dan kelangsungan hidup masyarakat pada periode
tersebut.
Berikut adalah beberapa representasi manusia pendukung Zaman
Megalitikum.
Meganthropus Paleojavanicus
Salah satu figur manusia pendukung Zaman Megalitikum adalah Meganthropus paleojavanicus yang ditandai oleh ukurannya yang besar.
Meganthropus paleojavanicus dianggap sebagai salah
satu bentuk manusia purba pada masa itu.
Pithecantropus
Manusia pendukung Zaman Megalitikum lainnya adalah Pithecantropus yang juga dikenal sebagai manusia kera.
Pithecantropus memiliki tiga jenis utama, yakni:
- Pithecantropus erectus, yang merupakan
manusia kera yang mampu berjalan dengan tegap. - Pithecantropus mojokertensis, ditemukan
di daerah Mojokerto. - Pithecantropus soloensis, berasal dari
daerah Solo.
Persebaran Manusia Pendukung Zaman
Megalitikum
Persebaran manusia pada zaman Megalitikum mencakup
wilayah-wilayah yang luas dan penemuan-penemuan arkeologis menunjukkan
keberadaan budaya megalitik di berbagai belahan dunia.
Persebaran ini menunjukkan bahwa budaya megalitikum tidak
terbatas pada satu wilayah geografis tertentu.
Meskipun karakteristik dan jenis struktur dapat bervariasi,
kehadiran batu besar dalam konteks hasil kebudayaan Megalitikum menunjukkan
adanya keterkaitan dan pengaruh antarwilayah.
Berikut adalah beberapa daerah di mana kebudayaan
Megalitikum telah ditemukan.
Eropa
Eropa memiliki sejumlah situs megalitik terkenal seperti
Stonehenge di Inggris, yang menjadi salah satu ikon arkeologi megalitik.
Selain itu, terdapat situs-situs megalitik di Prancis
(Menhir Carnac), Spanyol, Irlandia, dan Skotlandia.
Asia
Di Asia terdapat penemuan hasil kebudayaan zaman Megalitikum
yang signifikan di berbagai wilayah.
Contohnya termasuk situs-situs di India seperti dolmen di
Kashmir, dan peninggalan megalitik di wilayah timur seperti Korea, Jepang, dan
Tiongkok selatan.
Timur Tengah
Beberapa situs megalitik juga ditemukan di Timur Tengah,
termasuk di Israel dan Yordania. Ini mencakup dolmen-dolmen dan struktur batu
besar lainnya.
Afrika
Di Afrika, sejumlah situs megalitik ditemukan di wilayah
Sahara dan sekitarnya. Contohnya termasuk dolmen-dolmen di Aljazair dan
situs-situs di Mali.
Amerika Selatan
Amerika Selatan juga memiliki warisan hasil kebudayaan zaman
Megalitikum dengan situs-situs di Peru dan wilayah Andes.
Peninggalan ini mencakup struktur batu besar dan
dinding-dinding megalitik.
Asia Tenggara
Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki sejumlah situs
megalitik yang signifikan.
Daerah-daerah seperti Nias, Sumatera Selatan, Kalimantan,
dan Bali memiliki berbagai jenis struktur megalitik, termasuk menhir, dolmen,
dan situs pemakaman batu.
Pola Kehidupan Masyarakat Zaman Megalitikum
Zaman Megalitikum ditandai oleh corak kehidupan masyarakat yang melibatkan berbagai kegiatan ekonomi dan hasil budaya zaman Megalitikum sendiri.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai pola kehidupan masyarakat zaman Megalitikum tersebut.
1. Produksi Pangan
Masyarakat Zaman Megalitikum terlibat dalam produksi pangan
melalui kegiatan pertanian.
Mereka mengembangkan sistem pertanian yang lebih
terorganisir, memanfaatkan tanah untuk menanam tanaman pangan seperti gandum,
barley, atau tanaman lainnya.
2. Pemukiman Permanen
Pada masa ini masyarakat mulai membentuk pemukiman permanen
dan meninggalkan gaya hidup nomaden.
Pemukiman ini dapat terdiri dari rumah-rumah sederhana yang
terbuat dari berbagai bahan seperti kayu, jerami, atau anyaman.
3. Bercocok Tanam (Food Producing)
Kehidupan bercocok tanam menjadi bagian penting dari
masyarakat zaman Megalitikum.
Pertanian menjadi sumber utama produksi pangan dengan teknik
bercocok tanam yang berkembang untuk mendukung keberlanjutan dan produktivitas
tanaman.
4. Beternak
Selain bertani manusia pendukung zaman Megalitikum juga mulai
beternak.
Hewan-hewan seperti sapi, domba, atau kambing memberikan sumber protein hewani, produk susu, dan bahan lain yang penting bagi kehidupan sehari-hari.
5. Nelayan
Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pantai atau sungai,
kegiatan nelayan menjadi prosexs. Mereka memanfaatkan sumber daya perairan
untuk mendapatkan makanan seperti ikan dan kerang.
6. Pembuatan Alat dari Gerabah
Manusia pendukung zaman Megalitikum mengembangkan
keterampilan dalam pembuatan alat-alat dari gerabah.
Gerabah digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti
penyimpanan makanan, tempat memasak, atau sebagai wadah berbagai barang.
7. Pembangunan Rumah Panggung
Rumah panggung merupakan salah satu bentuk pemukiman pada
Zaman Megalitikum.
Masyarakat membangun rumah-rumah di atas tiang-tiang untuk
melindungi diri dari banjir, hewan liar, atau bahaya lainnya.
Hasil Kebudayaan Zaman Megalitikum di Dunia
1. Struktur Batu Megalitik
Pada zaman Megalitikum, masyarakat prasejarah menciptakan
struktur batu megalitik yang menakjubkan seperti Stonehenge di Inggris, Menhir
Carnac di Prancis, dan Dolmen-dolmen di Spanyol.
Keistimewaan dari zaman ini adalah kemampuan mereka dalam
menciptakan monumen-monumen raksasa yang terbuat dari batu-batu besar.
2. Makam Megalitik
Pada saat itu makam-makam batu menjadi hasil kebudayaan zaman Megalitikum yang penuh misteri.
Makam-makam ini sering kali ditemukan dengan berbagai
artefak seperti senjata-senjata, tombak, kapak, dan perhiasan.
Keberadaan dan isi makam-makam ini memberikan wawasan
mendalam tentang kehidupan dan kepercayaan masyarakat prasejarah.
3. Lingkaran Batu
Lingkaran batu adalah struktur megalitik yang terdiri dari beberapa batu yang disusun dalam bentuk lingkaran.
Stonehenge di Inggris menjadi contoh terkenal dari lingkaran batu ini.
4. Relief dan Pahatan
Pada zaman Megalitikum, relief dan pahatan pada batu sering
kali digunakan untuk menggambarkan berbagai adegan kehidupan masyarakat
prasejarah.
Gambar-gambar ini mencakup gambaran berburu, bertani, dan berbagai upacara keagamaan.
Pahatan-pahatan ini memberikan gambaran yang mendalam tentang budaya dan kehidupan sehari-hari pada masa itu.
5. Patung (Arca)
Patung atau arca pada zaman Megalitikum masih terbuat dari
bahan batu. Patung-patung ini tidak hanya memiliki fungsi sebagai medium
penghormatan dan persinggahan, tetapi juga sering kali menjadi lambang
kematian.
Arca-arca ini juga memiliki peran penting dalam berbagai
upacara keagamaan dan ritual tertentu.
Hasil Kebudayaan Zaman Megalitikum di Indonesia
Di Indonesia sendiri hasil kebudayaan zaman Megalitikum
ditemukan hampir di semua pulau di Indonesia.
Beberapa hasil kebudayaan zaman Megalitikum di antaranya:
1. Menhir
Menhir adalah benda peninggalan zaman Megalitikum yang
berbentuk menyerupai tiang atau tugu dan terbuat dari batu. Di Indonesia Menhir
ditemukan di wilayah Sumatera Selatan dan Kalimantan.
Secara umum, menhir sering digunakan sebagai penanda lokasi
atau batas wilayah dan ditempatkan di titik-titik penting seperti persimpangan
jalan atau perbatasan wilayah.
Di samping itu, menhir sering dianggap sebagai simbol
keagamaan atau kepercayaan yang dilibatkan dalam praktik keagamaan atau ritual
tertentu.
Menhir juga berfungsi sebagai penanda di tempat-tempat pemakaman yang menunjukkan kuburan atau kawasan pemakaman dengan arti spiritual atau simbolis.
Beberapa menhir diatur untuk memberikan informasi tentang pergerakan astronomis, seperti penunjuk musim atau siklus matahari dan bulan.
Terakhir, menhir sering dikaitkan dengan penghormatan kepada
dewa atau roh dalam kepercayaan animistik yang menjadi pusat upacara
penghormatan atau persembahan.
2. Dolmen
Dolmen adalah hasil kebudayaan zaman Megalitikum yang masih memiliki fungsi yang sama dengan kubur peti dan waruga.
Bentuknya lebih terkesan cekung atau menyerupai lesung dan ditemukan di daerah Bali.
Umumnya, dolmen digunakan sebagai tempat pemakaman atau kuburan.
Selain itu, dolmen juga memiliki nilai simbolis dan keagamaan dalam beberapa budaya dalam ritual dan upacara terkait kematian.
3. Cist atau Kubur Batu
Cist atau kubur batu adalah benda peninggalan zaman
Megalitikum berupa peti batu yang digunakan sebagai tempat pemakaman.
Dengan konstruksi batu-batu yang membentuk ruang tertutup,
kubur batu melindungi jenazah dari pemangsa dan elemen-elemen alam lainnya.
Selain itu, kubur batu juga terkait dengan upacara pemakaman
dan keagamaan yang mencerminkan kepercayaan spiritual dan nilai-nilai
masyarakat pada zamannya.
Simbolisme budaya dan identitas masyarakat juga tercermin
dalam desain dan penempatan batu-batu yang akan membentuk dan mewariskan
nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi.
4. Trilit
Trilit adalah struktur batu megalitik yang terdiri dari tiga
batu yang disusun dalam bentuk segitiga dan ditemukan di beberapa tempat di
Indonesia.
Fungsi utama trilit adalah sebagai tempat persembahan atau kegiatan keagamaan.
Trilit digunakan sebagai tempat utama untuk upacara, ritual, atau pemujaan terkait dengan kepercayaan masyarakat megalitik.
5. Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti batu yang digunakan untuk menguburkan
jenazah. Sarkofagus ditemukan di beberapa tempat di Indonesia.
Sarkofagus berfungsi sebagai tempat pemakaman yang mewah dan simbol kemegahan dalam berbagai peradaban kuno.
Fungsi ini mencerminkan pandangan masyarakat terhadap kematian dan kehidupan setelah mati.
Sebagai tempat pemakaman yang mewah, sarkofagus sering
dihiasi dengan ukiran dan relief yang menggambarkan kehidupan dan kepercayaan
spiritual masyarakat pada masa itu.
Penemuan sarkofagus di Indonesia pertama kali ada di Situs Gunung Padang, Jawa Barat.
Situs-situs megalitikum lainnya di Indonesia, seperti di Nias, Sumatera Utara, juga mencakup struktur-struktur yang dapat dianggap sebagai sarkofagus.
Sarkofagus-sarkofagus ini memberikan petunjuk tentang
praktik pemakaman dan kepercayaan spiritual masyarakat kuno di kepulauan tersebut
ini.
6. Punden Berundak
Punden berundak berbentuk piramida bertingkat dari batu-batu
besar yang memiliki berbagai fungsi yang mencerminkan kompleksitas budaya dan
kehidupan masyarakat megalitikum di Indonesia.
Fungsi utamanya melibatkan pemakaman dan ritual keagamaan. Tingkat-tingkat
piramida digunakan sebagai tempat penguburan yang mewah dan tempat pelaksanaan
upacara keagamaan.
Selain itu, punden berundak dapat berfungsi sebagai simbol
kekuasaan atau kedudukan sosial yang mencerminkan kebesaran kelompok atau
individu tertentu yang terlibat dalam pembangunannya.
Hail kebudayaan Zaman Megalitikum ini juga dapat menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya, dimana masyarakat berkumpul untuk perayaan, pertemuan, atau aktivitas budaya lainnya.
Penutup
Itulah tadi pemaparan tentang beberapa hasil kebudayaan
Megalitikum beserta fungsinya yang dapat Mamikos bahas.
Jika kamu tertarik untuk membaca artikel sejarah lain, pastikan untuk mencari di blog Mamikos, ya!
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: