Ringkasan Hikayat Abu Nawas dan 2 Orang Ibu beserta Pesan Moralnya

Ringkasan Hikayat Abu Nawas dan 2 Orang Ibu beserta Pesan Moralnya – Siapa yang tak kenal dengan Abu Nawas, sosok yang dikenal penuh kebijaksanaan, kecerdikan, dan juga kejenakaan dalam kisah-kisahnya.

Namun, kali ini kita akan menyelami cerita unik Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu yang tak kalah menarik. Hikayat ini mengajarkan kita banyak hal, termasuk kebijaksanaan dan hikmah dalam keseharian.

Mari kita merenung dan tersenyum bersama dalam
perjalanan melalui kisah-kisah menggelitik yang melibatkan Abu Nawas dan dua
ibu yang membawa warna ceria ke dalam kehidupan sehari-hari.

Teks Hikayat

pexels.com/@cottonbro

Pengertian

Hikayat adalah sebuah cerita atau dongeng yang berasal dari Timur Tengah dan memuat pesan moral di dalamnya. Asal kata “hikayat” berasal dari bahasa Arab, yakni “hikayah”, yang artinya cerita atau kisah.

Secara literal, hikayat dapat diartikan sebagai kenangan, yang serupa dengan riwayat atau tarikh.

Hikayat umumnya berbentuk prosa dan berisi cerita,
undang-undang, serta silsilah yang bersifat imajinatif, keagamaan, historis,
biografis, atau kombinasi dari beberapa sifat tersebut.

Hikayat biasanya dibaca untuk menghibur, membangkitkan semangat, atau sekadar untuk menambah keseruan dalam suatu perayaan.

Dengan berbagai elemen ini, hikayat menjadi sarana yang menghibur sekaligus memberikan pelajaran moral kepada pembacanya.

Ciri-Ciri

Teks Hikayat Hikayat memiliki beberapa
karakteristik khas, antara lain:

  1. Istanasentris, artinya cerita hikayat biasanya berlatar
    belakang di istana atau kerajaan.
  2. Pralogis, ceritanya bersifat tidak masuk akal dan
    cenderung bersifat khayalan, menciptakan dunia cerita yang fantastis.
  3. Statis, ceritanya bersifat kaku dan cenderung tidak
    mengalami perubahan yang signifikan.
  4. Anonim, artinya pengarang hikayat seringkali tidak
    diketahui atau tidak jelas siapa yang membuatnya.
  5. Hikayat menggunakan kata arkhais, seperti penggunaan
    kata-kata yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari, seperti syahdan dan
    sebermula.

Jenis-Jenis Teks Hikayat

1. Jenis Teks Berdasarkan Isinya

Teks
hikayat memiliki variasi berdasarkan isinya. Beberapa jenisnya meliputi:

  • Cerita Rakyat: Kisah-kisah yang bersumber dari tradisi turun-temurun masyarakat.
  • Epos India: Cerita epik yang berasal dari India, biasanya memuat kisah pahlawan dan peristiwa besar.
  • Cerita dari Jawa: Hikayat-hikayat yang berasal dari pulau Jawa, Indonesia.
  • Cerita-Cerita Islam: Kisah-kisah yang mengambil tema dari ajaran Islam.
  • Sejarah dan Biografi: Hikayat-hikayat yang menceritakan peristiwa sejarah atau kisah hidup tokoh terkenal.
  • Cerita Bertingkat: Cerita yang memiliki lapisan-lapisan dengan tingkatan moral atau pesan yang mendalam.

2. Jenis Teks Hikayat Berdasarkan Asalnya

Hikayat
dapat dikelompokkan berdasarkan asalnya, antara lain:

  • Melayu Asli: Hikayat yang berasal dari wilayah Melayu dengan ciri khas dan budaya lokal Melayu.
  • Jawa: Hikayat yang berasal dari pulau Jawa, menyesuaikan dengan kekayaan budaya Jawa.
  • Hindu (India): Hikayat yang memiliki pengaruh Hindu, khususnya dari India.
  • Arab-Persia: Hikayat yang mendapat pengaruh dari budaya Arab dan Persia.

Beberapa hikayat yang populer di antaranya adalah Hikayat Si Miskin dan Marakarma, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Dua Abu, Hikayat Bayan Budiman

Ada pula Hikayat Antu Ayek, Hikayat Patani, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Abu Nawas, serta Hikayat Sri Rama.

Ringkasan Hikayat Abu Nawas dan 2 Orang
Ibu

Dulu, zaman Abu Nawas, ada satu masalah rumit. Ada bayi yang diakui oleh dua perempuan yang sama-sama mengaku sebagai ibunya.

Kedua perempuan itu sangat ingin punya anak, dan hakim waktu itu bingung harus memutuskan. Siapa yang sebenarnya ibu kandung bayi itu?

Kasus itu makin rumit dan tak kunjung selesai. Akhirnya, sang raja, yaitu Harun al-Rasyid, diminta tolong oleh hakim.

Sang raja pun mau membantu dengan memberikan saran, salah satunya dengan menggunakan taktik rayuan.

Harun al-Rasyid pikir, dengan cara yang halus, pasti salah satu dari mereka akan mengalah. Tapi malah sebaliknya, taktik sang raja membuat kedua perempuan itu semakin keras kepala untuk mengaku sebagai ibu sang bayi.

Akhirnya, sang raja menyerah. Dia memanggil Abu Nawas untuk bantuan.

Abu Nawas setuju dan menggantikan hakim untuk
menyelesaikan masalah itu. Tapi, Abu Nawas tak langsung putuskan masalah itu
saat itu juga. Dia pilih menunda keputusan sampai besok.

Esok harinya, sidang pengadilan kembali digelar untuk memutuskan siapa ibu sebenarnya dari bayi yang menjadi pusat perdebatan.

Abu Nawas, pria cerdas dan penuh kejutan, memanggil seorang algojo yang tegap dengan pedang di tangannya.

Dengan sikap serius, dia memerintahkan agar sang
bayi diletakkan dengan lembut di atas meja kayu yang berada di tengah ruangan.

Kedua perempuan yang terlibat dalam sengketa itu
saling bertatapan, merasa gelisah dengan kehadiran Abu Nawas yang dikenal
sebagai sosok penuh tipu daya.

Mereka berdua dengan rasa penasaran bertanya pada
Abu Nawas, “Apa yang akan kau lakukan terhadap bayi ini?”

Abu Nawas menjawab dengan tenang, “Sebelum
saya mengambil tindakan, apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan
menyerahkan sang bayi kepada yang berhak?”

Kedua perempuan itu dengan keras kepala menegaskan,
“Tidak, bayi ini adalah anakku.”

Dengan nada suara yang serius, Abu Nawas menyatakan, “Jika
kalian tetap teguh pada keinginan masing-masing dan tak ada yang mau mengalah,
saya terpaksa mengambil langkah ekstrem. Saya akan membelah bayi ini menjadi
dua, setengah bagian untuk masing-masing dari kalian.”

Kata-kata Abu Nawas telah menciptakan beban pikiran yang besar pada perempuan kedua, dan aura kegelisahan pun terpancar jelas dari setiap gerakannya.

Dalam hatinya jelas memancarkan ketidaksetujuan, merenungi nasib bayi yang berada di tengah perselisihan mereka.

Namun, berbeda dengan perempuan kedua, perempuan pertama merasa ada gelombang kegembiraan.

Ekspresi wajahnya dipenuhi kebahagiaan yang luar biasa, seolah memperoleh kemenangan.

Suasana tegang semakin terasa, dan keputusan Abu Nawas akan
memberikan arah yang tak terduga pada perkembangan selanjutnya.

Di sisi lain, perempuan kedua mengeluarkan jeritan
histeris, lalu berteriak, “Jangan, tolong jangan membelah bayi itu. Aku
rela bayi ini diserahkan sepenuhnya kepada perempuan pertama.”

Rahasia kedua perempuan itu pun akhirnya terungkap.

Abu Nawas segera mengambil tindakan. Dengan hati yang tegas, ia mengambil dan menyerahkan sang bayi kepada perempuan kedua.

Tapi, Abu Nawas tidak hanya berhenti di situ. Ia juga meminta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya yang sebelumnya.

Dalam momen yang dramatis ini, tampaklah gambaran kuatnya emosi dan ikatan antara ibu dan anak. Kegembiraan, keputusasaan, dan keberanian menjadi warna-warna dalam kisah ini.

Perempuan pertama yang sebelumnya girang kini harus menghadapi konsekuensi atas tindakannya.

Pesan Moral Hikayat Abu Nawas dan 2
Orang Ibu

Pesan Moral 1

Pesan moral yang dapat diambil dari cerita Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu adalah bahwa kecerdikan dan bijaksana dalam menghadapi masalah bisa membantu menyelesaikannya dengan baik.

Abu Nawas dengan pintarnya berhasil menyelesaikan masalah perebutan bayi dengan menggunakan taktik yang cerdik.

Dengan caranya yang cerdas, ia berhasil membuat kedua ibu tersebut mengakui siapa yang sebenarnya ibu kandung dari bayi tersebut.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa dalam menghadapi konflik, kebijaksanaan dan kecerdikan bisa menjadi kunci untuk menemukan solusi yang adil dan memuaskan semua pihak.

Kisah Abu Nawas dan Dua Orang Ibu juga memberikan pelajaran tentang nilai-nilai seperti gotong-royong, kejujuran, dan keadilan.

Dalam cerita ini, kita dapat melihat pentingnya bantuan antarmanusia, di mana karakter-karakter mencoba saling membantu dan mencapai solusi yang adil.

Kejujuran juga menjadi nilai penting, terutama ketika Abu Nawas menggunakan taktik cerdas untuk membuka kebenaran di tengah konflik.

Selain itu, tema keadilan terwujud dalam penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan hak-hak dan kebutuhan semua pihak yang terlibat.

Kisah ini memberikan inspirasi untuk hidup dengan nilai-nilai luhur yang dapat memperkuat hubungan antarmanusia.

Pesan Moral 2

Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu memberikan pelajaran tentang tanggung jawab dan akibat dari perbuatan kita.

Dalam kisah ini, kita diajak untuk memahami bahwa tindakan yang kita lakukan memiliki konsekuensi, baik itu positif maupun negatif.

Kisah ini mengingatkan kita untuk bertanggung jawab atas perbuatan kita sendiri, karena setiap keputusan dapat membawa dampak yang berarti dalam hidup kita.

Dengan demikian, Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu memberikan inspirasi untuk selalu mempertimbangkan tanggung jawab kita dalam menghadapi setiap situasi dan menerima konsekuensinya dengan bijak.

Pelajaran moral lain yang dapat diambil dari Hikayat Abu
Nawas dan Dua Orang Ibu adalah bahwa kemampuan menyelesaikan masalah tidak
selalu tergantung pada kekuasaan atau status sosial seseorang, melainkan pada
kecerdikan dan kebijaksanaan mereka.

Cerita ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi masalah,
orang yang cerdas dan bijaksana dapat menemukan solusi yang efektif, bahkan
jika mereka tidak memiliki kekuasaan yang besar atau status sosial yang tinggi.

Oleh karena itu, pesan moralnya menegaskan pentingnya kualitas pribadi seperti kecerdikan dan kebijaksanaan dalam mengatasi tantangan hidup.

Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu memberikan inspirasi untuk memandang kemampuan individu di luar hierarki sosial atau kekuasaan formal.

Selain itu, Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu adalah ilustrasi kuatnya hubungan emosional antara seorang ibu dan anaknya.

Bahkan ketika melihat anaknya sedang sakit, ibu merasa sangat tidak tahan dan penuh kekhawatiran.

Rasa tidak tega dan kecemasan mendalam itu mencerminkan
betapa kuatnya ikatan kasih sayang antara ibu dan anak, di mana perasaan
tersebut melampaui segala kesulitan atau penderitaan yang mungkin dihadapi
anaknya.

Penutup

Dalam melihat kisah Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu, kita dapat mengambil banyak pelajaran berharga.

Semoga melalui Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu, kita dapat merenungkan makna kecerdikan, kasih sayang, dan hikmah yang terkandung di dalamnya, serta menginspirasi kita untuk menjalani kehidupan dengan bijak dan penuh pengertian.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta