Contoh Kearifan Lokal Masyarakat Lampung yang Perlu Kamu Ketahui dan Keterangannya
Contoh Kearifan Lokal Masyarakat Lampung yang Perlu Kamu Ketahui dan Keterangannya — Salah satu kekayaan terbesar Lampung adalah kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kearifan lokal ini mencerminkan karakter masyarakat Lampung yang beragam, ramah, dan memiliki ikatan kuat dengan alam dan budaya mereka.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa contoh kearifan lokal yang menarik dari masyarakat Lampung yang mengungkapkan keindahan dan keberagaman budaya mereka. Yuk, simak!
Berikut Kearifan Lokal Masyarakat Lampung
Daftar Isi
- Berikut Kearifan Lokal Masyarakat Lampung
- 1. Kearifan Lokal Lampung: Ngebabali
- 2. Kearifan Lokal Lampung: Begawi
- 3. Kearifan Lokal Lampung: Tayuhan
- 4. Kearifan Lokal Lampung: Djujor
- 5. Kearifan Lokal Lampung: Balimau
- 6. Kearifan Lokal Lampung: Ngumbai Lawok
- 7. Kearifan Lokal Lampung: Ngambabekha
- 8. Kearifan Lokal Lampung: Kukhuk Limau
- Penutup
Daftar Isi
- Berikut Kearifan Lokal Masyarakat Lampung
- 1. Kearifan Lokal Lampung: Ngebabali
- 2. Kearifan Lokal Lampung: Begawi
- 3. Kearifan Lokal Lampung: Tayuhan
- 4. Kearifan Lokal Lampung: Djujor
- 5. Kearifan Lokal Lampung: Balimau
- 6. Kearifan Lokal Lampung: Ngumbai Lawok
- 7. Kearifan Lokal Lampung: Ngambabekha
- 8. Kearifan Lokal Lampung: Kukhuk Limau
- Penutup
Kearifan lokal adalah pengetahuan, nilai-nilai, praktik, dan tradisi yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat atau komunitas tertentu dalam suatu wilayah geografis tertentu.
Kearifan lokal mencerminkan cara hidup, pemahaman, dan cara berinteraksi dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya yang unik bagi kelompok tersebut.
Kearifan lokal sering kali diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi bagian dari identitas dan keberlanjutan budaya masyarakat tersebut.
Kearifan lokal masyarakat Lampung mencakup sekumpulan pengetahuan, nilai-nilai, dan tradisi yang unik bagi masyarakat Lampung yang tinggal di wilayah tersebut.
Kearifan lokal ini mencerminkan cara hidup dan cara berinteraksi dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya yang khas bagi masyarakat Lampung.
Berikut adalah penjelasan lengkap dan detail tentang beberapa tradisi masyarakat Lampung:
1. Kearifan Lokal Lampung: Ngebabali
Ngebabali adalah tradisi adat masyarakat Lampung yang berasal dari Lampung Barat, tepatnya Desa Negeri Besar.
Kearifan lokal Lampung ini dilakukan saat akan menempati rumah baru atau membuka lahan baru dan bertujuan untuk menghormati leluhur.
Budaya Lokal Ngababali Dalam Pandangan Islam karya Rahman (2018) menyebutkan bahwa Ngababali dilandasi oleh niat untuk menghormati jasa nenek moyang yang telah memperjuangkan desa.
Ngebabali dilakukan dengan cara mengunjungi 3 makam keramat dan menyiapkan sesajen. Sesajen yang disiapkan biasanya berupa makanan, benda maupun hewan.
Masyarakat setempat percaya apabila kearifan lokal masyarakat Lampung ini tidak dilakukan, maka akan mendatangkan bala.
Namun, adat ini seiring berjalannya waktu sudah mulai ditinggalkan seiring dengan kepercayaan masyarakat terhadap kepercayaan agamanya yang menguat.
2. Kearifan Lokal Lampung: Begawi
Begawi adalah tradisi pernikahan adat Lampung yang bertujuan memberikan gelar adat kepada pasangan pengantin sebagai bentuk penghormatan terhadap adat istiadat dan tradisi suku Lampung.
Tradisi Begawi melibatkan pelaksanaan oleh kelompok masyarakat adat pepadun, yang memiliki peran penting dalam menjalankan upacara ini.
Singgasana, sebuah kursi khusus yang terbuat dari kayu, menjadi simbol status sosial dalam keluarga dan tempat di mana pengantin akan menerima gelar adat mereka.
Begawi dilakukan sebagai sarana untuk meningkatkan status sosial seseorang, dengan gelar-gelar seperti suttan, pangeran, rajo, ratu, dan batin yang akan diberikan kepada pengantin.
Pelaksanaan Begawi bukanlah hal yang singkat, melainkan berlangsung selama 7 hari 7 malam.
Selama periode ini, berbagai tahapan dan ritual dijalani, termasuk lamaran, sidang marga, pemotongan kerbau, tarian khas Lampung, serta pemberian makanan dan uang oleh keluarga dan kerabat.
Tradisi Begawi mencerminkan sistem kekerabatan masyarakat Lampung yang bersifat patrilineal, di mana pengakuan status sosial sangat penting.
Selain itu, Begawi juga menunjukkan komitmen masyarakat Lampung dalam mempertahankan budaya dan tradisi mereka yang beragam.
Dalam konteks pernikahan adat Lampung, Begawi bukan hanya sekadar sebuah upacara, melainkan simbol kebersamaan, syukur, dan penghargaan terhadap warisan kearifan lokal Lampung.
Namun, karena biaya penyelenggaraannya yang mencapai ratusan juta, kearifan lokal ini mulai menghilang dari Lampung.
3. Kearifan Lokal Lampung: Tayuhan
Tayuhan atau nayuh adalah sebuah upacara adat yang biasanya diselenggarakan dalam berbagai acara seperti pernikahan, khitanan, pesta panen, perayaan mendirikan rumah, atau pemberian gelar adat.
Saat pelaksanaan nayuh, acara ini disertai dengan pertunjukan menggunakan piranti adat tradisional, baik yang diletakkan di atas panggung maupun yang diarak-arakan.
Pemilihan piranti adat ini sesuai dengan status atau gelar adat yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan.
Tradisi nayuh juga memiliki makna filosofis yang dalam, yaitu semangat gotong royong.
Dalam persiapan nayuh, keluarga besar atau masyarakat setempat akan bergotong royong untuk membantu dalam menyiapkan segala yang diperlukan, seperti peralatan dan bahan-bahan.
Gotong royong ini tidak hanya terbatas pada persiapan tayuhan, melainkan juga meliputi berbagai aktivitas lainnya seperti tandang bulung, nyani buak, nyekhelai siwok begulai dan sebagainya.
Keluarga besar tidak hanya memberikan bantuan dalam bentuk persiapan tayuhan saja, tetapi juga memberikan dukungan dalam bentuk bahan mentah atau makanan yang sudah siap saji.
Hal ini menunjukkan semangat solidaritas dan kebersamaan yang mendalam dalam menjaga dan merayakan tradisi nayuh.
4. Kearifan Lokal Lampung: Djujor
Djujor terjadi ketika seorang bujangan, disebut “Mekhanai,” mengambil seorang gadis, yang disebut “Muli,” untuk menjadi istrinya.
Dalam rangka meminang Muli, Mekhanai dan keluarganya harus membayar uang adat yang disebut “Bandi Lunik” kepada wali atau ahli Muli sesuai permintaan dari keluarga Muli.
Di sisi lain, Muli juga memiliki permintaan kepada Mekhanai yang disebut “Kiluan,” yang harus dipenuhi oleh Mekhanai sesuai dengan hak-haknya.
Pelaksanaan Djujor dapat dilakukan melalui dua cara yang berbeda. Pertama, “Cara Sabambangan,” di mana Muli dilarikan dari rumahnya oleh Mekhanai dan kemudian disambut oleh keluarga Mekhanai.
Tanda-tanda penting seperti surat perpisahan dan uang pengepik diletakkan oleh Muli.
Setelah Muli tiba di rumah Mekhanai, kepala adat pihak Mekhanai memberitahu secara resmi kepada keluarga Muli bahwa anak gadis mereka telah berada di rumah Mekhanai dengan tujuan pernikahan.
Setelah itu, perundingan adat dilakukan untuk menyelesaikan segala ketentuan, dan pihak Mekhanai membayar uang penggalang sila kepada kelompok adat Muli.
Cara kedua adalah “Cara Tekahang (Sakicik Betik),” yang lebih terbuka. Pihak keluarga Mekhanai langsung melamar Muli setelah menerima persetujuan dari kedua belah pihak.
Pada saat lamaran, segala ketentuan pernikahan, termasuk uang Djujor, uang mas kawin (Bandi Balak), dan detail-detail lainnya, ditentukan.
Setelah itu, pengantin putri dinaikan ke rumah kepala adat atau jukhagan, dan pernikahan dirayakan dengan meriah.
Dalam sistem Djujor, kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi adalah tanggung jawab pihak Mekhanai, termasuk pembayaran uang jujur kepada keluarga Muli dan uang mas kawin sesuai kesepakatan.
Selain itu, pihak Mekhanai juga memberikan berbagai barang kepada keluarga Muli sebagai sesan atau benatok.
5. Kearifan Lokal Lampung: Balimau
Balimau adalah upacara penyucian diri yang melibatkan mandi di sungai atau sumber air.
Kearifan lokal masyarakat Lampung ini sering diikuti dengan doa dan ritual adat untuk membersihkan diri dari energi negatif dan memulai yang baru.
Untuk melaksanakan Balimau, seseorang perlu pergi ke sungai, laut atau sumber air yang telah ditentukan.
Di sana, mereka akan mandi sambil sambil mencampurkan wewangian alami seperti bunga-bungaan dan jeruk limau ke air. Balimau biasa dilakukan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.
6. Kearifan Lokal Lampung: Ngumbai Lawok
Upacara adat ini dijalankan sebagai ungkapan rasa terima kasih para nelayan atas kelimpahan hasil laut yang mereka dapatkan.
Selain itu, mereka juga memohon keselamatan dan perlindungan dari Sang Pencipta ketika mereka berlayar.
Pelaksanaan tradisi ini melibatkan menghanyutkan kepala kerbau yang dilarung ke laut sebagai simbol pengorbanan.
Ritual yang sangat khas ini mampu menarik perhatian wisatawan yang mengunjungi Lampung.
7. Kearifan Lokal Lampung: Ngambabekha
Upacara ini merupakan bagian dari kearifan lokal Lampung yang memiliki tujuan untuk membuka hutan atau lahan baru yang akan digunakan untuk berbagai keperluan seperti perladangan, perkebunan, atau pemukiman.
Upacara Ngambabheka bertujuan untuk mendapatkan berkah dan perlindungan dari roh atau entitas spiritual yang diyakini menghuni hutan atau lahan yang akan dibuka.
Selain itu, upacara ini juga menjadi wujud rasa hormat terhadap alam dan lingkungan sekitar.
Upacara Ngambabheka biasanya melibatkan pemuka adat atau tokoh agama setempat yang memimpin ritual.
Para peserta upacara akan berkumpul di lokasi yang akan dibuka, seringkali di hutan atau lahan yang masih alami.
Selama upacara, doa-doa dan nyanyian khusus dilantunkan untuk memohon berkah dan perlindungan.
Ngambabheka bukan hanya sekadar upacara adat, tetapi juga mencerminkan hubungan yang dalam antara masyarakat Lampung dengan alam dan lingkungannya.
8. Kearifan Lokal Lampung: Kukhuk Limau
Kukhuk Limau adalah salah satu tradisi adat syukuran kehamilan yang khas dari masyarakat Lampung, biasanya dilakukan saat usia kehamilan berada di umur 5-8 bulan.
Tradisi ini merupakan ekspresi rasa syukur dan kegembiraan atas kehamilan seorang wanita.
Tujuan utama dari Kukhuk Limau adalah untuk merayakan dan mengungkapkan rasa syukur atas kehamilan.
Sebab momen ini adalah momen penting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Sehingga momen ini harus dirayakan dengan penuh kebahagiaan.
Kearifan lokal masyarakat Lampung ini melibatkan berbagai kegiatan seperti doa bersama, nyanyian, tarian tradisional, dan perayaan bersama.
Limau sebagai Simbol: Kata “Limau” dalam Kukhuk Limau merujuk pada buah jeruk atau jeruk nipis yang memiliki makna khusus dalam tradisi ini.
Jeruk atau jeruk nipis dianggap sebagai simbol kesuburan, kebahagiaan, dan kelimpahan.
Oleh karena itu, buah jeruk atau jeruk nipis sering kali menjadi elemen penting dalam dekorasi dan makanan yang disajikan selama acara ini.
Kukhuk Limau adalah momen di mana keluarga dan teman-teman berkumpul untuk berbagi kebahagiaan dengan wanita hamil dan keluarganya.
Mereka memberikan doa-doa baik, ucapan selamat, serta hadiah-hadiah untuk mendukung perjalanan kehamilan wanita tersebut.
Penutup
Itulah beberapa contoh kearifan lokal masyarakat Lampung yang telah Mamikos rangkum.
Kearifan ini menjadi warisan yang harus dihargai dan dilestarikan, bukan hanya oleh masyarakat Lampung sendiri, tetapi juga oleh kita semua sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Dengan memahami dan menghormati kearifan lokal masyarakat Lampung ini, kita dapat lebih menghargai keanekaragaman budaya Indonesia dan memperkuat rasa persatuan di antara kita semua.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: