6 Contoh Masalah Sosial di Lingkungan Masyarakat Indonesia Terbaru

Jika kamu ingin tahu masalah sosial seperti apa saja yang sering terjadi di Indonesia. Kamu harus menyimak artikel ini hingga selesai.

20 Januari 2023 Zuly Kristanto

4. Kriminalitas

Tingginya angka pengangguran yang ada di Indonesia ditambah naiknya barang-barang pokok untuk kebutuhan sehari-hari turut menyumbang tingginya angka kriminalitas di Indonesia.

Sebagian orang berani melakukan tindak kejahatan dengan dalih mencukupi kebutuhan perut. Di sisi lain adanya pengaruh sosial media yang sulit dikontrol juga turut menyumbang naiknya angka kriminalitas di Indonesia setiap tahunnya.

Kriminalitas yang terjadi di Indonesia bukan hanya terjadi di kota-kota besar. Kriminalitas di Indonesia juga marak terjadi di daerah pedesaan yang jauh dari perkotaan.

Jika di daerah perkotaan umumnya tindak kejahatan yang terjadi adalah jambret, begal, pembobolan rumah kosong atau bahkan pembunuhan yang dilatari dendam.

Sementara tindak kriminalitas yang terjadi di daerah pedesaan yang paling terjadi adalah pencurian hewan ternak.

Baik itu yang berupa ayam maupun kambing. Namun, kadang ada pula kasus pembunuhan yang terjadi karena dilatar belakangi malah asmara maupun masalah keluarga.

Mengingat masih maraknya kasus-kasus semacam ini nampaknya untuk memberantas atau paling tidak untuk menurunkan angka kriminalitas bukan menjadi tanggung jawab semata.

Penyuluhan dan pendidikan yang baik, dan pemerataan pembangunan serta diperbanyaknya lapangan pekerjaan barangkali bisa menjadi solusi yang ampuh untuk menurunkan angka kriminalitas.

5. Kenakalan Remaja

Pengaruh media sosial yang tak terkontrol, tidak adanya pengawasan dari keluarga, ditambah dengan sikap memanjakan anak menjadi sejumlah alasan yang menjadikan kenakalan remaja di negeri ini semakin memprihatinkan.

Lingkungan pendidikan yang diharapkan dapat menanggulanginya sepertinya tidak bisa berbuat lebih banyak.

Sebab, sebagaimana yang diketahi belakangan ini sejumlah oknum guru yang berupaya untuk melakukan pendisiplinan siswanya justru harus berhadapan dengan hukum.

Padahal apa yang dilakukan oknum guru ini masih dapat dibilang wajar. Adanya tindakan melindungi anak yang berlebihan dari orang tua inilah yang membuat anak merasa dirinya ‘kebal’ sehingga membuatnya merasa bebas melakukan apa yang disukainya.

Sementara pihak guru yang sebenarnya memiliki tugas untuk melakukan pendisiplinan enggan untuk melakukannya. Rasa keengganan ini muncul karena guru dihantui rasa takut dengan akibat yang mungkin saja timbul dari perbuatannya.

Ketakutan inilah yang membuat sebagian ‘guru’ melakukan pembiaran terhadap anak-anak nakal karena oknum guru tadi tidak ingin berurusan dengan hukum.

Close