Mengenal Pola-Pola Hereditas pada Makhluk Hidup serta Penjelasannya

Mengenal Pola-Pola Hereditas pada Makhluk Hidup serta Penjelasannya – Apakah kamu pernah bertanya-tanya mengapa bentuk mata dan bibir kamu lebih mirip ke ayahmu, sedangkan milik adikmu lebih mirip ke ibumu?

Tenang, sebenarnya hal ini bisa dijelaskan secara teoritis karena berkaitan dengan ilmu pewarisan sifat. Pewarisan sifat inilah yang disebut dengan hereditas.

Nah, maka dari itu pada kesempatan kali ini akan membahas lebih lanjut tentang materi pewarisan sifat atau pola-pola hereditas pada makhluk hidup. Yuk, simak!

Memahami Pola Hereditas 

https://www.freepik.com/author/kjpargeter

Secara sederhana, Pola Hereditas diartikan sebagai pewarisan dari biokimia, dan sifat-sifat fisik makhluk hidup kepada keturunannya atau anak-anaknya.

Sifat-sifat yang diturunkan ini akan dikendalikan oleh suatu genetika DNA yakni Asam Deoksiribo Nukleat yang terdapat dalam gen makhluk hidup tersebut. 

Gen ini terletak di dalam suatu kromosom, yang berada di dalam inti sel. Sehingga, itulah yang menjadikan Hereditas dikatakan sebagai suatu proses pewarisan sifat induk makhluk hidup kepada keturunannya.

Keturunan yang berasal dari perkawinan memiliki fenotip dan genotip tertentu, dengan pola masing-masing sehingga demikian pola-pola ini disebut sebagai bagian dari Hereditas. 

Pola-Pola Hereditas Menurut Hukum Mendel 

Penelitian pertama tentang pewarisan sifat dilakukan oleh Gregor Johann Mendel, seorang ilmuwan genetika yang berkebangsaan Austria tepatnya pada tahun 1865.

Gregor menyusun penelitian tentang genetika pada makhluk hidup dengan melakukan percobaan perkawinan silang pada varietas kacang kapri atau polong-polongan. 

Hasil percobaannya menghasilkan dua hukum yang saat ini begitu fenomenal di dalam pengetahuan sains yang disebut dengan Hukum Mendel 1 dan Hukum Mendel II.

Hukum Mendel I

Hukum 1 mendel atau segregasi  yakni adanya pembentukan gamet, dimana setiap gen yang berasal dari indukan akan terpisah sehingga gamet pada anaknya memiliki gen yang berasal dari induknya. 

Kemudian adanya hukum Mendel II atau  asortasi bebas, dimana disini gamet akan bertemu secara acak.

Dimana sifat yang diturunkan memungkinkan bisa lebih dari satuannya, sementara yang satunya lagi sifat lebih mengarah kepada resesif.

Semua percobaan ini, Mendel tuangkan dalam catatannya yang berjudul ‘Experiment on Plant Hybridization,’ karena percobaannya dilakukan dengan perantara tanam-tanaman. 

Di dalam Hukum 1 mendel menyatakan bahwa ada pemberlakuan persilangan monohibrid dengan sifat yang cukup berbeda. Sehingga, di dalam hukum 1 mendel terdapat beberapa penemuan, diantaranya  yaitu: 

  • Setiap gen yang ada mempunyai bentuk alternatif yang mengelola berbagai jenis karakter dari turunannya, sehingga konsep ini yang melahirkan konsep alel resesif dan alel dominan. 
  • Adanya gen turunan yang terdiri dari gen tetua jantan maupun gen yang satunya berasal dari tetua betina. 
  • Sementara itu, apabila ternyata gen ini berasal dari alel yang tidak sama, maka akan melahirkan sifat yang dominan, dan lebih menonjol  akan tampilan visualnya. Sementara itu alel yang bersifat resesif justru tidak akan terlalu Nampak secara visual, tetapi melahirkan sifat gamet pada turunannya. 

Hukum Mendel II

Sementara itu di dalam hukum mendel II mengungkapkan bahwa semua gen dapat berpasang-pasangan secara cak, gen tersebut dibebaskan untuk memilih siapa saja yang akan menjadi pasangannya.

Namun, yang perlu digaris bawahi adalah walaupun diberikan kebebasan, gen yang hanya membawa satu sifat tidak akan memberikan pengaruh kepada gen lain yang mana bukan bagian dari alel yang dimilikinya. 

Hukum mendel II ini diterangkan dalam penelitiannya saat melakukan persilangan dengan sifat yang tak sama atau dengan kata lain dihibrid, sementara alel yang dipilih adalah alel yang berbeda pula.

Di sini misalnya saja, pada tanaman kacang polong yang memiliki bentuk bulat dan keriput yang kemudian disilangkan yang memiliki warna kuning dan hijau. 

Adapun hasil yang diturunkan dengan adanya persilangan ini yakni ciri-ciri tampilan seperti bentuk polong yang bulat dengan dua varian warna, ada yang berwarna kuning, ada juga yang berwarna kehijauan.

Namun meskipun begitu ada kekurangan dari kegiatan persilangan ini yakni menghasilkan polong yang sudah tidak segar atau sudah keriput. 

Pemberlakukan persilangan asortasi bebas hanya bisa diterapkan pada setiap gen yang berjauhan saja sehingga asortasi tidak bisa diterapkan pada apa saja yang sifatnya monohybrid.

Lebih menariknya lagi, hukum II mendel akan dikembangkan oleh peneliti lain yakni Walter Sulton atau lebih dikenal dengan Hukum Sulton. 

Pola-Pola Hereditas Menurut Hukum Sulton 

Hukum Sulton dikembangkan oleh peneliti yang berkebangsaan Amerika Serikat, dan menjadi pakar genetika, yakni Walter Sulton.

Dimana Ia mengungkapkan bahwa adanya pewarisan sifat sifat dari kesamaan perilaku kromosom, yang mana hal ini hamper sama mengacunya pada hukum mendel II. 

Sulton juga mengungkapkan pola-pola hereditas yang tercipta pada manusia, antara lain:

Gen yang memiliki karakteristik yang tidak berubah merupakan gen yang diturunkan oleh kedua orangtuanya. Kromosom terpisah saat tindakan meiosis, namun pemisahan ini tidak berlaku secara homolog.

Adanya jumlah kromosom sel kelamin yang mana totalnya ada setengah dari kromosom induknya.

Saat proses fertilisasi berjalan, kromosom yang berjumlah setengah tersebut akan berpasangan kembali dan membentuk karakteristik atau sifat-sifat baru dengan pola-pola yang berbeda. 

Pola Hereditas Penyimpangan Semu

Ternyata tidak semua semua persilangan menghasilkan rasio yang sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan dalam hukum Mendel.

Justru persilangan rasio yang dihasilkan justru mengalami penyimpangan dari hukum Mendel. Ini bisa saja terjadi karena adanya gen dan alel yang berbeda berkumpul saat proses fenotip berlangsung. 

Namun walaupun hal ini terjadi, penyimpangan rasio terhadap hukum mendel, justru dianggap memang benar adanya, dan dikatakan pula sebagai penyimpangan semu.

Di dalam ilmu Sains, penyimpangan ini disebut sebagai Penyimpangan Semu Mendel.

Rata-rata saat terjadi penyimpangan semu yang mengalami perubahan terdapat pada rasio fenotip, sedangkan rasio genetik tetap sama seperti halnya hukum Mendel. 

Ada berbagai jenis dalam penyimpangan semu yang perlu kamu ketahui, diantaranya yaitu: 

1. Penyimpangan Atavisme 

Penyimpangan hukum mendel yang pertama yakni terletak pada jenis Atavisme.

Atavisme dilatar belakangi oleh penyimpangan antar gen yang memiliki alel yang berbeda satu sama lain sehingga menghasilkan jenis fenotip yang tidak sama dengan fenotip yang dimiliki oleh indukannya.

Adapun contoh tentang Atavisme yang terjadi pada Jengger Ayam. Kamu bisa melihat bagaimana Jengger Ayam turunan bertumbuh sangat berbeda dengan yang dimiliki oleh Indukannya. 

2. Kriptomeri 

Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana gen dominan justru bersembunyi akibat gen tersebut tidak menemukan gen yang serupa dengan alel yang dominan.

Sehingga, Kriptos tersebut memang berasal dari kata Kryptos yang berarti bersembunyi.

Dalam perihal Kriptomeri, maka kamu bisa meneliti dengan apa yang terjadi pada bunga Linaria Moccana dimana warna dari mahkota bunga ini berasal dari 4 gen warna.

Diantaranya tipe A yakni terbentuknya pigmen antosianin, tipe a yang berarti tidak terbentuknya pigmen antosianin, B yang berarti protoplasma biasa, dan b yang memiliki arti protoplasma asam. 

3. Polimeri 

Polimeri merupakan pola hubungan antar gen dengan alel yang tak sama dimana menghasilkan fenotip yang bersifat saling bertambah satu sama lain.

Dalam kasus polimeri, kamu bisa melihat ketika biji gandum yang memiliki warna merah agak kecoklatan tersebut berasal dari tipeM1 dan tipeM2, ketika dua tipe tersebut maka warna yang dimiliki oleh biji gandum justru semakin menguat. 

4. Epistasis-Hipostasis 

Kemudian ada yang namanya Epistasi-Hipostasis. Dimana gen yang karakteristiknya lebih dominan maka gen tersebut akan menutup gen lain hingga yang bukan bagian dari alelnya.

Dalam hal ini, gen yang menutupi tersebut disebut dengan gen yang epistasis sedangkan gen yang ditutupi tersebut disebut dengan gen yang hypostasis.

Jika kamu ingin melihat bagaimana contoh terjadi epistasis-hipostasis ini maka kamu bisa melihat bagaimana yang terjadi pada persilangan tanaman labu. 

5. Komplementer 

Jenis penyimpangan semu dalam hukum Mendel yang terjadi akibat adanya hubungan antara dua gen dominan yang alelnya saling melengkapi satu sama lainnya.

Sehingga, memunculkan fenotip yang berbeda, terkadang fenotip dengan jenis yang baru.

Menariknya saat di dalam Komplementer, saat satu gen tidak terlihat maka sifat atau karakteristik tidak akan muncul sama sekali. 

Jika kamu ingin meneliti tentang Komplementer maka kamu melihat penyimpangan yang terjadi pada bunga Lathyrus Rotundus.

Di sini Bunga tersebut memiliki beberapa kategori pigmen warna, dimana pigmen C yang berarti akan menciptakan pigmen warna bunga, c yang artinya tidak menciptakan bentuk pigmen warna sama sekali, P yang membentuk enzim pengaktif, sementara p yang maka sebaliknya enzim pengaktif tidak akan terbentuk sama sekali. 

Pola-Pola Hereditas Pada Manusia 

Sejauh ini, pola-pola hereditas yang bisa diteliti dan ada pada manusia memang kaitannya tentang pewarisan sifat dari penentuan jenis kelamin, kelainan atau cacat bawaan, dan golongan darah.

Dalam meneliti Hereditas pada manusia, maka dibantu dengan alat bantu yang bernama Peta Sisilah atau pedigree. 

1. Jenis Kelamin atau Determinasi Sex 

Dalam menentukan jenis kelamin pada manusia pada ditentukan oleh dua jenis kromosom, yakni kromosom X dan kromosom Y.

Saat menghasilan determinasi XX maka keturunan akan menghasilkan jenis kelamin wanita. Sementara hasil determinasi XY maka keturunan akan menghasilkan kelamin Pria. 

Secara jumlah, maka kromosom wanita terdapat 22 pasang autosom dan 1 pasang kromsom X jika dirumuskan maka menjadi 22A plus 1XX.

Sementara, pria terdapat 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom Y, jika dirumuskan menjadi 22A plus 1XY. 

2. Pewarisan Golongan Darah 

Sistem golongan darah yang diturunkan oleh orangtua terhadap anak mengikuti pola A-B-O. Penurunan golongan darah mengikuti adanya alal yang ganda.

Dimana alel ganda tersebut terdapat beberapa seri alal yang ada pada satu lokus yang sama. Alel dilambangkan dengan simbol I yang bermakna Isoaglutin yang merupakan protein pada permukaan sel pada eritrosit. 

3. Kelainan atau Cacat dari Kromosom X 

Kelainan atau cacat dari kromosom X seperti halnya saat terjadi buta warna. Buta warna ini karena gen yang sifatnya resesif  pada kromosom X. Gen ini dijumpai pada kromosom perempuan, dan bukan pada laki-laki.

Maka ketika ibu yang buta bisa diwariskan kepada anak laki-laki, sementara ayah yang buta warna akan diturunkan kepada anaknya. 

Demikian sekilas informasi tentang mengenal pola-pola hereditas pada makhluk hidup beserta penjelasannya semoga bermanfaat.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta