10 Nama Tokoh Pahlawan Revolusi Indonesia Beserta Peran dan Gambarnya

10 Nama Tokoh Pahlawan Revolusi Indonesia Beserta Peran dan Gambarnya – Salah satu momen paling tragis yang pernah terjadi di Indonesia adalah terjadinya pemberontakan PKI pada 30 September 1965 yang membuat Indonesia kehilangan putra terbaiknya.

Dalam peristiwa itu ada sejumlah nama yang menjadi korban keganasan PKI. Selain para petinggi militer ada tiga nama lain yang turut menjadi keganasan PKI. Bahkan satu di antara korban masih anak-anak.

Kecuali korban anak-anak, seluruh korban yang gugur dalam insiden berdarah ini mendapat anugerah sebagai pahlawan revolusi.

Beberapa orang mungkin hanya mengenali pahlawan revolusi ini sekedar namanya saja.

Di bawah ini akan diberikan penjelasan peran masing-masing pahlawan revolusi.

10 Pahlawan Revolusi Indonesia

https://www.harapanrakyat.com/

Untuk mengenang perjuangan dan jasa para pahlawan revolusi Indonesia, artikel ini menampilkan berbagai nama tokoh pahlawan revolusi Indonesia.

Di bawah ini adalah nama tokoh pahlawan revolusi Indonesia beserta dengan perannya.

1. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani

Ahmad Yani dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922. Saat usianya 5 tahun Ahmad Yani pindah ke Batavia.

Karir militernya dimulai saat ikut wajib militer yang diberlakukan pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1940.

Ketika tahun 1942, Ahmad Yani melanjutkan sekolah militer dengan di sekolah calon Perwira. Sayangnya pendidikannya tidak selesai karena terjadi gencatan senjata yang dilakukan pihak Jepang.

Sempat berdinas di PETA,  antara 1942-1945, setelah Indonesia merdeka Ahmad Yani terpilih menjadi pemimpin pasukan untuk membendung serangan tentara Inggris di Magelang.

Keberhasilan Ahmad Yani dalam membendung serangan tentara Inggris ini membuatnya mendapat julukan Juru Selamat Magelang.

Selama berkarir di dunia militer nama Ahmad Yani semakin melejit. Berbagai pendidikan militer baik di dalam maupun di luar negeri pernah didapatkannya.

Pengalaman serta keahliannya di dunia militer membuatnya terpilih menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada 21 Juli 1962.

Ahmad Yani merupakan sosok yang anti-komunis. Pada malam 30 September 1965, sekitar 200 orang mendatangi rumahnya.

Mereka adalah tentara suruhan Kolonel Latief yang menurut Ahmad Yani termasuk sebagai salah satu komplotan utama Komando Gerakan 30 September.

Saat penculik datang ke kediamannya. Penculik mengatakan bahwa Ahmad Yani diminta untuk menghadap presiden.

Saat itu Ahmad Yani meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Tapi, permintaan ini ditolak. Ahmad Yani yang marah lantas memukul salah seorang prajurit penculik.

Perlakuan ini membuat penculik lain menembak Ahmad Yani hingga tewas.

Jenazah Ahmad Yani lantas dibawa dan dimasukkan ke dalam sumur tua yang saat ini dikenal dengan Lubang Buaya.

2. Letnan Jenderal (Anumerta) R. Soeprapto

https://wikimedia.org/

Bungsu dari 10 bersaudara ini lahir di Purwokerto, 20 Juni 1920. Lingkungan keluarga yang harmonis membuatnya tumbuh sebagai pribadi yang tenang dan bersahaja.

Soeprapto pernah ikut sekolah militer di masa Hindia Belanda. namun tidak selesai karena terjadi serbuan yang dilancarkan oleh Jepang.

Soeprapto pernah menjadi bagian dari PETA. Ketika Indonesia merdeka Soeprapto turut menjadi TKR dan berkenalan dengan Soedirman yang di kemudian hari menjadi Panglima Besar Soedirman.

Pernah menjadi bagian dari PETA membuat kemampuan tempur Soeprapto diperhitungkan. Hal inilah yang membuat Kolonel Soedirman memilihnya menjadi Divisi V dengan pangkat Kapten.

Saat terjadi pertempuran Ambarawa berakhir, ia dipilih menjadi ajudan Panglima Besar Soedirman.

Tugas Soeprapto kala itu adalah menyempurnakan TKR. Dua tahun berselang Soeprapto diangkat sebagai Kepala Bagian II Markas Komando Jawa yang dipimpin A.H Nasution.

Soeprapto turut menjadi korban penculikan karena dituduh termasuk dewan Jenderal yang ingin menggulingkan presiden Soekarno.

Setelah diculik dari rumahnya, Soeprapto lantas dieksekusi dan jenazahnya dibuang ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya.

3. Letnan Jenderal (Anumerta) MT Haryono

https://id.wikipedia.org/

MT Haryono merupakan sosok petinggi militer yang fasih 3 bahasa asing yakni, Belanda, Inggris, dan Jerman.

Kepiawaiannya  ini membuatnya sering ditunjuk sebagai penyambung lidah pada saat dilangsungkannya konferensi.

MT Haryono dilahirkan di Surabaya, 20 Januari 1924. Selama bertugas di militer beberapa kali MT Haryono menduduki posisi penting.

Posisi terakhir yang diduduki oleh MT Haryono adalah  Deputi III Menpangad.

Meski seorang petinggi militer. MT Haryono hampir tidak pernah membawa senjatanya pulang.

Hal ini dilakukannya demi keamanan keluarganya. Kebiasaannya tidak membawa pulang senjata inilah yang membuatnya harus rebutan senjata dengan penculik yang datang ke kediamannya di malam 30 September 1965.

Sayangnya, upaya tersebut gagal dan MT Haryono pun dieksekusi sebagai salah satu korban penculikan Jenderal yang dilakukan oleh PKI.

Seperti korban lainnya jenazahnya dibawa dan dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya.

4. Letnan Jenderal (Anumerta) S. Parman

https://wikimedia.org/

Nama tokoh pahlawan Revolusi Indonesia yang sebelum terjun ke dunia militer pernah sekolah kedokteran ini dilahirkan di Wonosobo, 4 Agustus 1918.

Parman tidak menyelesaikan studinya di sekolah kedokteran karena Jepang datang dan melakukan pendudukan.

Setelah Indonesia merdeka Parman masuk menjadi TKR. Parman yang juga pernah bekerja sebagai penerjemah ini di tahun 1945 diangkat sebagai  kepala staf Polisi Militer di Yogyakarta.

Selang empat tahun kemudian dirinya diangkat menjadi Kepala Staf untuk Gubernur Militer Jabodetabek dan dipromosikan menjadi seorang mayor.

Sosoknya dinilai menghalangi pembentukan angkatan kelima yang dicanangkan PKI.

Sebab, itulah ia turut menjadi korban penculikan dan pembunuhan yang dilakukan PKI.

5. Mayor Jenderal (Anumerta) D.I. Panjaitan

https://wikimedia.org/

Sosok yang lahir 9 Juni 1925 di Tapanuli ini sangat akrab dengan dunia pertempuran. Setelah Indonesia merdeka ia mengabdikan diri di TKR.

Posisi pertamanya di TKR adalah menjadi menjadi komandan batalyon, kemudian menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948.

Seterusnya menjadi Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera.

Dan ketika Pasukan Belanda melakukan Agresi Militernya yang Ke II, ia diangkat menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Keberadaannya di tubuh militer dinilai sangat berpengaruh. Hal ini dikarenakan dirinya menduduki posisi penting yakni sebagai Asisten IV Menteri / Panglima Angkatan Darat

Ia dituduh sebagai bagian dari Dewan Jenderal yang ingin menggulingkan Presiden Soekarno sehingga hal inilah yang membuatnya diculik dan kemudian dieksekusi.

Setelah dieksekusi jenazahnya dikumpulkan dengan korban lainnya dan dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya.

6. Mayor Jenderal (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

https://wikimedia.org/

Nama tokoh pahlawan Revolusi Indonesia yang pernah menjadi ajudan dari Kolonel Gatot Subroto di tahun 1946 ini dilahirkan di Kebumen pada 28 Agustus 1962.

Selama berkarir di dunia militer beberapa posisi penting pernah didudukinya. Selain pernah menjadi Kepala Staf di Markas Besar polisi Militer.

Ia juga pernah menjadi asisten atase militer di Kedutaan Indonesia di London. Tahun 1960 Sutoyo diangkat sebagai Inspektur Kehakiman Angkatan Darat.

Selanjutnya karena pengalamannya, Sutoyo diangkat menjadi Inspektur Kehakiman Militer Utama di tahun 1961.

Ia dituduh termasuk sebagai salah satu anggota Dewan Jenderal yang ingin menggulingkan Presiden Soekarno. Tuduhan inilah yang membuatnya diculik dan kemudian dibunuh PKI di 30 September 1965.

7. Brigadir Jenderal (Anumerta) Katamso Darmokusumo

https://ayobandung.com/

Berbeda dengan korban lain yang dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya, Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo ini diculik di daerah Yogyakarta.

Peristiwa penculikan terhadap Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo ini terjadi pada 1 Oktober 1965.

Saat itu nama Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo termasuk yang menjadi incaran karena kepala Staf Korem 072/Pamungkas ini termasuk sosok yang tidak menyukai PKI.

Setelah diculik Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto dipukuli dengan mortir hingga tewas.

Jenazah keduanya disembunyikan di sebuah lubang yang sudah disediakan sebelumnya.

Setelah dinyatakan hilang, lantas dilakukan pencarian besar-besaran yang kemudian di 21 Oktober 1965 terjadilah penemuan makam keduanya.

Selepas itu keduanya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta dan berdasarkan SK presiden RI No. 118/KOTI/ tahun 1965 Brigadir Katamso diangkat sebagai pahlawan revolusi.

8. Kolonel (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto

https://kompas.com/

Nama tokoh pahlawan Revolusi Indonesia selanjutnya. Sosok yang dilahirkan di Gunung Kidul 12 Agustus 1926 ini turut menjadi korban penculikan meskipun tidak sedang berada di Jakarta.

Ia diculik dari markas Korem 72 dan kemudian dibawa ke Kentungan. Di sanal Kolonel Sugiyono disiksa sampai meninggal dunia.

Kolonel Sugiyono tidak diculik sendirian. Ia diculik bersama Brigadir Jenderal Katamso. Dalam penculikan tersebut keduanya disiksa dan setelah meninggal dimasukkan ke dalam sumur tua.

Jenazah Kolonel Sugiyono ditemukan pada 21 Oktober 1965. Setelah itu jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Semaki. Yogyakarta.

9. AIPDA (Anumerta) Karel Satsuit Tubun

https://indonesiadefense.com/

Satu-satunya nama tokoh pahlawan Revolusi Indonesia dari tubuh Polri ini dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1945.

Sebenarnya Karel Satsuit Tubun ini bukan termasuk incaran para penculik. Hanya saja saat para penculik sedang mengepung rumah Jenderal A.H. Nasution.

Para penculik turut melumpuhkan pengawal Dr Leimena yang merupakan tetangga dari Jenderal AH Nasution.

Saat kejadian itu terjadi, Karel sedang mendapat jatah tidur di pos jaga. Para penculik membangunkannya dengan kasar.

Semula Karel mengira mengira yang membangunkannya adalah rekannya. Namun, setelah tahu bahwa yang membangunkannya bukanlah rekannya. Karel segera sigap dan melakukan perlawanan.

Karel sempat menembakkan senjatanya. Namun, karena kalah dalam jumlah dan persenjataan. Akhirnya Karel gugur dalam peristiwa tersebut.

10. Kapten Czi (Anumerta) Piere Tendean

https://militer.id/

Nama tokoh pahlawan Revolusi Indonesia terakhir. Seperti halnya Karel Satsuit Tubun, sosok ini bukan termasuk incaran penculikan yang dilakukan PKI.

Piere Tendean yang dilahirkan di Batavia, 21 Februari 1939 ini menjadi korban karena sedang bertugas menjaga kediaman Jenderal A.H. Nasution.

Saat peristiwa penculikan itu terjadi Piere Tendean yang sedang tidur di paviliun rumah dinas Jenderal A.H. Nasution dibangunkan oleh putri sulung sang Jenderal.

Yanti, putri sulung Jenderal A.H. Nasution yang mendengar suara tembakan dan gaduh di depan rumah meminta Piere Tendean mengeceknya.

Pada saat itu suasana di dalam rumah gelap total. Piere Tendean yang sedang memeriksa dikira para penculik sebagai Jenderal A.H Nasution dan ditembaklah sang ajudan ini.

Akibat tembakan ini membuat Piere Tendean meninggal dunia. Dalam peristiwa malam itu putri bungsu Jenderal A.H Nasution yang bernama Ade Irma Nasution juga turut menjadi korban tembakan.

Demikian 10 nama tokoh pahlawan Revolusi Indonesia beserta perannya. Semoga artikel ini membawa manfaat kepada yang membutuhkan.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta