Perjanjian Roem Royen: Isi Perjanjian, Latar Belakang, Tokoh, Tujuan, beserta Dampaknya

Perjanjian Roem Royen: Isi Perjanjian, Latar Belakang, Tokoh, Tujuan, beserta Dampaknya – Perjalanan Indonesia untuk mendapatkan kedaulatannya di mata dunia internasional melalui banyak perjanjian.

Salah satu perjanjian yang pernah dilaksanakan Indonesia untuk mendapatkan pengakuan atas kedaulatannya adalah perjanjian Roem Royen.

Perjanjian Roem Royen sendiri merupakan sebuah perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan pihak Belanda yang dilaksanakan sebelum dilangsungkannya Konferensi Meja Bundar (KMB). Yuk, simak hingga selesai!

Perjanjian Roem Royen: Isi Perjanjian, Latar Belakang, Tokoh, Tujuan, beserta Dampaknya

detik.com

Di bawah ini adalah ringkasan singkat tentang perjanjian Roem Royen.

Latar Belakang

Perjalanan kemerdekaan Indonesia untuk mendapatkan kedaulatan di mata internasional tidak hanya berhenti pada waktu pembacaan teks proklamasi semata.

Setelah proklamasi Indonesia dibacakan, tidak lama kemudian pasukan sekutu AFNEI atau Allied Forces Netherlands East Indies datang untuk melakukan pelucutan pasukan Jepang.

Sayangnya, kedatangan AFNEI yang dipimpin Sir Philip Christison ini diikuti oleh pasukan NICA yang merupakan pasukan Belanda.

Tujuan pasukan NICA yang membonceng AFNEI ini bukan untuk melakukan pelucutan senjata milik Jepang.

Tetapi, untuk berupaya merebut dan melakukan penjajahan kembali di Indonesia.

Setelah tentara NICA ini sampai di Indonesia, mereka langsung melakukan gencatan senjata untuk melakukan pelanggaran kesepakatan yang telah ditandatangani dengan pemerintah Indonesia.

Beberapa pelanggaran yang telah dilakukan Belanda untuk merebut kembali Indonesia adalah perjanjian Linggarjati dan perjanjian Renville.

Pelanggaran yang dilakukan Belanda ini adalah dengan melakukan gencatan senjata dengan melancarkan dua agresi militer.

Agresi Militer Belanda

Agresi Militer Belanda I merupakan pelanggaran Belanda terhadap perjanjian Linggarjati. Untuk menghentikannya digelarlah perjanjian Renville.

Sayangnya, tidak lama setelah perjanjian ini ditandatangani. Belanda kembali melancarkan agresi militer yang kedua.

Dalam menjalankan agresi militernya yang kedua ini pihak Belanda melakukan penangkapan terhadap presiden Soekarno, wakil presiden Mohammad Hatta, dan sejumlah menteri.

Penangkapan ini dilakukan untuk melumpuhkan pemerintahan Indonesia dengan harapan Belanda dapat kembali menguasai dan menduduki negara Indonesia.

Beruntung di waktu petinggi Indonesia sudah membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di daerah Bukittinggi, Sumatera Barat.

Sementara itu para pejuang di Yogyakarta menyusun serangan pada 1 Maret 1949, serangan ini kemudian dikenal dengan serangan umum.

Adanya serangan umum yang berlangsung selama 6 jam ini membuat pihak Belanda yang terkejut.

Selain itu, adanya serangan ini berhasil membuka mata dunia terhadap pelanggaran yang dilakukan pihak Belanda.

Selain itu, terjadinya serangan umum yang dilancarkan para pejuang Indonesia ini membuat pihak Belanda sangat dilanda kerugian.

Sebab, pelanggaran yang dilakukan pihak Belanda ini membuat nama Belanda tercoreng di mata dunia dan PBB memberikan kecaman keras terhadap tindakan yang dilakukan Belanda.

Di bawah tekanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Belanda setuju untuk kembali ke meja perundingan dengan Indonesia.

Perundingan antara Indonesia dan Belanda dipimpin oleh Merle Cochran dan dilakukan di Hotel Des Indes, Jakarta.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mohammad Roem, sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Herman van Roijen.

Pada 7 Mei 1949, perundingan antara kedua negara berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Roem-Royen.

Isi perjanjian tersebut antara lain mengembalikan pemimpin Indonesia yang ditahan ke Yogyakarta dan kesepakatan untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.

Indonesia menuntut penarikan mundur tentara Belanda dari sekitar Yogyakarta agar memastikan keamanan kota tersebut dari serangan Agresi Militer Belanda II.

Belanda setuju dengan persyaratan tersebut. Pada 2 Juni 1949, wilayah Yogyakarta akhirnya ditinggalkan oleh tentara Belanda di bawah pengawasan United Nations Commissioner for Indonesia (UNCI).

Pengosongan dilakukan di Yogyakarta karena pada saat itu Yogyakarta berperan sebagai ibu kota sementara Indonesia.

Sehingga perjanjian Roem-Royen menjadi langkah penting dalam proses menuju perdamaian antara Indonesia dan Belanda.

Tokoh

Perjanjian Roem Royen ini mempertemukan dua diplomat ulung yang menjadi utusan dari Indonesia dan utusan Belanda. Tokoh yang terkenal dalam perjanjian ini adalah Moh Roem dan Dr. J.H. van Royen.

Mohammad Roem

Mohammad Roem adalah seorang diplomat dan tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia yang memainkan peran penting dalam Perjanjian Roem-Royen.

Ia dianggap sebagai salah satu pemimpin delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda yang menghasilkan perjanjian tersebut pada tanggal 7 Mei 1949.

Selain itu, Roem merupakan delegasi Indonesia yang terlibat dalam sejumlah perundingan dengan Belanda dan negara-negara lainnya untuk mengatasi konflik yang melanda Indonesia pasca-kemerdekaan.

Dalam Perjanjian Roem-Royen, Roem bertindak sebagai salah satu pemimpin utama yang mewakili kepentingan Indonesia dan berusaha untuk memastikan bahwa kesepakatan yang dicapai menguntungkan bagi Indonesia.

Perannya dalam perjanjian ini menegaskan kontribusi serta pengaruhnya dalam pembentukan hubungan diplomatik Indonesia-Belanda dan memperkuat kedudukan Indonesia sebagai negara merdeka di mata internasional.

Dr. J.H. van Royen

Dr. J.H. van Royen, atau yang lebih dikenal sebagai Herman van Roijen, adalah seorang diplomat Belanda yang menjadi salah satu delegasi utama Belanda dalam Perjanjian Roem-Royen pada tanggal 7 Mei 1949.

Pada perjanjian ini dia bertindak sebagai pemimpin delegasi Belanda yang berusaha untuk mencapai kesepakatan yang dianggap menguntungkan bagi Belanda.

Perannya dalam perjanjian ini adalah mewakili kepentingan Belanda dan berusaha untuk menegosiasikan persyaratan yang diinginkan oleh pihaknya.

Meskipun mewakili pihak Belanda dalam perundingan tersebut, van Royen juga harus berhadapan dengan tekanan internasional dan tekanan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara lain untuk mencapai perdamaian yang adil antara Indonesia dan Belanda.

Tujuan

Perjanjian Roem Royen merupakan perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan Belanda yang dilakukan di Jakarta pada 17 April 1949.

Tujuan dilangsungkannya perjanjian ini adalah untuk menyelesaikan permasalahan antara Indonesia dengan Belanda.

Permasalahan yang terjadi tidak hanya dalam permasalahan dalam diplomasi, tetapi juga perjanjian di dalam gencatan senjata.

Selain itu, perjanjian ini juga dimaksudkan sebagai cara untuk mendapatkan kembali kedaulatan Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar (KMB).

Isi Perjanjian Roem Royen

Ada sejumlah poin penting yang menjadi kesepakatan bersama di dalam perjanjian Roem Royen.

Kesepakatan di Pihak Indonesia

  • Pihak Indonesia sepakat untuk melaksanakan penghentian gencatan senjata yang dilakukan melalui taktik perang gerilya.
  • Melakukan kerjasama untuk mengembalikan perdamaian dan turut menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah Indonesia.
  • Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar yang akan dilaksanakan di Den Haag, di mana pelaksanaan KMB ini adalah untuk mengembalikan kedaulatan republik Indonesia.

Kesepakatan di Pihak Belanda

  • Memberikan persetujuan kembalinya pemerintahan Indonesia ke Yogyakarta
  • Memberikan jaminan untuk menghentikan gerakan militer dan membebaskan seluruh pemimpin Indonesia yang menjadi tahanan politik
  • Memberikan jaminan untuk tidak mengesahkan berdirinya negara yang dikuasai Republik Indonesia sebelum 19 Desember 1949
  • Memberikan persetujuan bahwa Republik Indonesia merupakan bagian dari Negara Indonesia Serikat
  • Memberikan usaha yang sungguh-sungguh agar KMB supaya segera dilakukan sehingga permasalahan Belanda dengan Indonesia segera selesai.

Dampak Perjanjian Roem Royen

Pengakuan Dunia Internasional

Perjanjian ii merupakan langkah penting yang dilakukan Indonesia untuk mendapatkan pengakuan Internasional untuk memperoleh kedaulatan Indonesia.

Pengembalian Pemerintahan Indonesia

Setelah perjanjian Roem Royen mendapat kesepakatan dari kedua belah pihak. Para pemimpin Indonesia yang ditangkap dan diasingkan pemerintah kolonial Belanda dipulangkan kembali ke Yogyakarta.

Berakhirnya PDRI

Selepas para pemimpin sampai di Yogyakarta, para pemimpin Indonesia ini kembali menjalankan tugas dan kewajibannya.

Seiring dengan adanya hal ini maka PDRI yang sebelumnya dibentuk dan dipimpin presiden sementara yakni Sjafruddin Prawiranegara berakhir.

PDRI sendiri dimulai dari 21 Desember 1948, pembentukannya berdasarkan mandat dari Soekarno, dan keberadaannya diakhiri pada 13 juli 1949.

Penghentian Perang Gerilya

Kesediaan pihak Indonesia menyetujui isi perjanjian Roem Royen ini membuat Indonesia harus menghentikan seluruh kontak senjata yang terjadi.

Selepas perjanjian ini ditandatangani para pejuang tidak lagi melakukan perang gerilya dalam upaya menghadapi agresi yang dilancarkan pihak Belanda.

Langkah Menuju Penyerahan Kedaulatan

Perjanjian Roem Royen ini diharapkan dapat mempercepat proses menuju penyerahan kedaulatan kepada Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar.

Adanya partisipasi dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Indonesia bergerak menuju status Negara Indonesia Serikat dan mendekati penyelesaian akhir konflik dengan Belanda.

Memulihkan Stabilitas Keamanan

Perjanjian ini, diharapkan dapat memulihkan stabilitas keamanan di wilayah yang sebelumnya terlibat dalam konflik.

Penghentian gerakan militer dan penarikan mundur tentara Belanda dari sekitar Yogyakarta memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memulihkan ketertiban dan keamanan.

Pembukaan Jalan bagi Penyelesaian Damai

Perjanjian Roem Royen yang dilangsungan di Hotel Des Indes ini berjalan sangat alot dan memerlukan waktu yang lama untuk dapat memperoleh kata sepakat dari kedua belah pihak.

Perjanjian yang dimulai 17 April 1949 ini baru selesai pada 7 Mei 1949. Setelah kesepakatan dapat tercapai perjanjian ini membuka jalan Indonesia untuk menyelesaikan masalah Indonesia dengan Belanda.  

Demikian informasi yang bisa disampaikan tentang perjanjian Roem Royen. Semoga artikel ini bermanfaat bagi yang sedang membutuhkan.

FAQ

Apa saja isi perjanjian Roem Royen?

Isi dari perjanjian Roem Royen adalah kesepakatan antara Indonesia dengan Belanda untuk melakukan perdamaian dan menghentikan gencatan senjata di kedua belah pihak.

Apa saja yang termasuk jenis-jenis hidrosfer?

Tujuan dilaksanakannya perjanjian Roem Royen adalah penyelesaian sejumlah masalah yang terjadi antara pemerintah Indonesia dengan Belanda dan persiapan dilaksanakannya KMB di Belanda.

Kapan terjadinya Perjanjian Roem Royen?

Perjanjian Roem Royen dilangsungkan pada 7 Mei 1949.

Apa nama hotel tempat pelaksanaan Perjanjian Roem Royen?

Perjanjian Roem Royen dilaksanakan di Hotel Des Indes yang berada di Jakarta.

Siapa wakil Indonesia dalam perjanjian Roem Royen?

Mohammad Roem merupakan wakil Indonesia dalam pelaksanaan perjanjian Roem Royen.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta