Peta Jalur MRT Dan Busway Terbaru 2019 Dan Transportasi Menuju Stasiun MRT!

Peta Jalur MRT Dan Busway Terbaru 2019 Dan Transportasi Menuju Stasiun MRT! – Bagi yang belum tahu, MRT Jakarta adalah singkatan dari Mass Rapid Transit Jakarta atau Moda Raya Terpadu atau juga Angkutan Cepat Terpadu Jakarta. Nah, MRT ini adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik yang sedang dibangun di Jakarta. Proses pembangunan telah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2013 dan diperkirakan selesai pada Maret 2019 mendatang.

Latar belakang dibangunnya MRT ini adalah karena lebih dari 18,6 juta kendaraan pribadi ada di Jakarta. Pengguna angkutan umum di Ibu Kota justru malah baru mencapai angka 24 persen. Selain itu, ada sekitar 47,5 pergerakan orang di Jabodetabek. BPS DKI Jakarta pada 2015 mencatat setiap hari ada sekitar 1,4 juta pelaju dari daerah sekitar Ibu Kota. Kecenderungan perluasan di wilayah Jakarta-Bodetabek yang pesat dan kurang terkendali secara signifikan meningkatkan biaya transportasi, mengurangi tingkat mobilitas, dan menurunkan kualitas hidup.

Sejak tahun 1980 lebih dari dua puluh lima studi subjek umum dan khusus telah dilakukan terkait dengan kemungkinan sistem Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Salah satu alasan utama yang menunda penanggulangan masalah ini adalah krisis ekonomi dan politik 1997-1999. Sebelum krisis, sebuah Build-Operate-Transfer (BOT) yang dianggap sebagai bagian dari MRT baru melibatan sektor swasta. Setelah krisis, rencana mengandalkan BOT untuk menyediakan pembiayaan terbukti tidak layak dan proyek MRT kembali diusulkan sebagai skema yang didanai pemerintah.

Peta Jalur MRT Dan Busway Terbaru 2019

Maka dari itu, isu dan persoalan tersebutlah yang mendorong PT MRT Jakarta untuk mengembangkan konsep kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD) di beberapa stasiun yang ada di fase 1 koridor selatan – utara.

TOD merupakan area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.

Dengan konsep kawasan berorientasi transit, PT MRT Jakarta mendorong sejumlah keuntungan bagi masyarakat, yaitu:

  • Mengurangi penggunaan kendaraan, kemacetan jalan, dan polusi udara;
  • Pembangunan yang mendukung berjalan kaki serta gaya hidup sehat dan aktif;
  • Meningkatkan akses terhadap kesempatan kerja dan ekonomi;
  • Berpotensi menciptakan nilai tambah melalui peningkatan nilai properti;
  • Meningkatkan jumlah penumpang transit dan keuntungan dari penjualan tiket;
  • Menambah pilihan moda pergerakan kawasan perkotaan.

Dalam mengembangkan perencanaan TOD, PT MRT Jakarta menggunakan delapan prinsip, yaitu:

  • Fungsi campuran (pengembangan fungsi campuran dalam radius tempuh jalan kaki dari setiap stasiun, yaitu fungsi komersial, perkantoran, kelembagaan, hunian, dan fasilitas umum) ;
  • Kepadatan tinggi (memaksimalkan kepadatan dan keaktifan di sekitar stasiun transit) yang sesuai dengan daya dukung kawasannya;
  • Peningkatan kualitas konektivitas (koneksi sederhana, langsung, dan intuitif yang mendukung mobilitas penggunan menuju, dari, dan di antara stasiun yang bebas kendaraan bermotor dan memiliki sistem penanda yang jelas menuju stasiun dalam kawasan pengembangan);
  • Peningkatan kualitas hidup (pengalaman ruang yang menarik, aman, dan nyaman yang menunjang kebutuhan harian penumpang, pejalan kaki, pekerja, penghuni, dan pengunjung melalui jalan, plaza, ruang terbuka yang dapat memberi kontribusi positif kepada identitas dan karakter kawasan transit terpadu);
  • Keadilan sosial (memampukan komunitas baru yang dapat bertahan dan sukses dalam jangka waktu panjang dengan membuka kesempatan pekerjaan dan hunian untuk semua kalangan sosial ekonomi, mempertahankan komunitas dan jaringan sosial yang ada di daerah pengembangan, dan menyediakan infrastruktur sosial untuk mendukung identitas dan hubungan komunitas yang lebih kuat);
  • Keberlanjutan lingkungan (mengurangi dampak buruk pembangunan terhadap lingkungan dengan desain yang ramah lingkungan, penurunan jejak karbon sebagai dampak dari optimalisasi jalan kaki dan bersepeda, pembaruan air dan energi, menjaga ekosistem alam dan kota, serta pengolahan limbah untuk sumber daya baru);
  • Ketahanan infrastruktur (merancang kota yang dapat bertahan dari bencana besar dan dampak perubahan iklim); dan
  • Pembaruan ekonomi (pengembangan ekonomi lokal yang dapat menarik investasi dan peluang kerja baru).

Dilansir dari MRT Jakarta (Kawasan Berorientasi Transit (TOD), dalam pembangunan MRT Jakarta fase 1 koridor selatan – utara ini, PT MRT Jakarta sedang mengembangkan rencana induk kawasan transit terpadu di lima stasiun, yaitu:

  1. Stasiun Lebak Bulus,
  2. Stasiun Fatmawati,
  3. Kawasan Cipete (yang mencakup Stasiun Cipete, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A),
  4. Kawasan Blok M (termasuk Stasiun Sisingamangaraja), dan
  5. Stasiun Dukuh Atas.

Pemerintah DKI Jakarta pun telah memberikan mandat kepada PT MRT Jakarta untuk menjadi operator utama pengelola kawasan TOD di delapan stasiun, yaitu:

  1. Stasiun Lebak Bulus,
  2. Stasiun Blok M,
  3. Stasiun Senayan,
  4. Stasiun Istora,
  5. Stasiun Bendungan Hilir,
  6. Stasiun Setiabudi,
  7. Stasiun Dukuh Atas, dan
  8. Stasiun Bundaran Hotel Indonesia.

1. Stasiun Lebak Bulus

Stasiun Lebak Bulus merupakan stasiun pertama di koridor selatan – utara yang diharapkan dapat menjadi magnet bagi masyarakat penglaju dari daerah penyangga seperti Tangerang Selatan yang banyak beraktivitas di Jakarta.

2. Stasiun Dukuh Atas

Konsep transportasi terintegrasi di Stasiun Dukuh Atas, akan mengatur arus penumpang yang menggunakan lima moda tranportasi berbeda di kawasan ini, yaitu MRT Jakarta, Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, kereta bandara (railink), kereta komuter (commuterline), dan kereta Light Rapid Transit (LRT) yang sedang dikembangkan oleh pemerintah. Pergerakan manusia ini akan didukung oleh sistem pedestrianisasi kawasan, baik berupa infrastruktur pedestrian yang baru maupun upgrade dari yang ada serta ruang-ruang terbuka yang akan dibentuk.

3. Kawasan Cipete

Kawasan Cipete (yang mencakup Stasiun Cipete, Haji Nawi, dan Blok A) akan mendorong kawasan perdagangan yang saat ini tumbuh dengan konsep shopping street serta meningkatkan aksesibilitas di setiap bagian dari kawasan tersebut sehingga penyebaran kegiatan tidak hanya terjadi di jalan utama. Peningkatan aksesibilitas tersebut diutamakan untuk pejalan kaki dan non-motorized vehicles baik melalui jalan yang ada maupun menggunakan lahan-lahan milik pribadi melalui metode public use private own. Pengembangan kawasan transit terpadu ini diharapkan menjadikan MRT Jakarta atau moda transportasi publik lainnya sebagai pilihan masyarakat dalam mobilitas sehari-harinya.

 

 

Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idaman mu: