Rumah Adat Batak, Penjelasan Rumah Bolon, Bentuk dan Bahannya

Rumah Adat Batak, Penjelasan Rumah Bolon, Bentuk dan Bahannya – Suku Batak merupakan salah satu suku yang ada di negara ini dan berada di Provinsi Sumatera Barat. Sama halnya seperti suku lain, yang kaya akan tradisi dan adat, di Suku Batak pun dikenal rumah adat yang menjadi simbol kehidupan masyarakatnya. 

Rumah Bolon merupakan sebutan untuk rumah adat tersebut. Awalnya rumah adat ini digunakan sebagai tempat tinggal para raja. Saat itu, rumah Bolon telah ditempati oleh 14 orang raja, mereka adalah Raja Pangultop Ultop, Raja Nanggaraja, Raja Ranjinman. Kemudian Raja Batiran, Raja Bakkaraja, Raja Baringin, juga Raja Bona Batu, Raja Raja Ulan. 

Selain itu, ada Raja Atian, Raja Horma Bulan, Raja Raondop. Berikutnya adalah Raja Rahalim, Raja Karel Tanjung dan yang terakhir menempati rumah tersebut adalah raja terakhir, yaitu Raja Mogang. 

Rumah Adat Batak

wikimedia.org

Zaman dahulu, masyarakat Sumatera Utara pada umumnya tinggal di rumah Bolon. Namun seiring berjalannya waktu, rumah ini semakin berkurang, hingga sulit ditemukan. Masih banyak hal menarik yang perlu Anda ketahui mengenai rumah adat ini, mulai dari ciri khas, filosofi, dan yang lain dan berikut ini informasinya.

Ciri Khas Rumah Adat Batak

Adapun ciri khas Rumah Bolon ini adalah berbentuk persegi panjang. Dilengkapi dengan banyak tiang penyangga, sehingga rumah ini mirip dengan rumah panggung. Menariknya, rumah adat Batak ini juga dibangun dengan anak tangga yang jumlahnya ganjil. 

Rumah Bolon juga memiliki atap yang lancip, baik di bagian depan maupun belakangnya. Pada bagian depannya dibuat lebih panjang dibandingkan dengan bagian belakangnya. Hal ini dipercaya bahwa keturunan dari pemilik rumah akan sukses. 

Ciri khas lainnya terletak pada ornamen yang digunakan. Dimana Anda bisa menemukan ornamen khas Batak yang melambangkan penolak bala ataupun penyakit. 

Ornamen atau ukiran tersebut disebut juga Gorga. Inilah salah satu alasan, mengapa rumah adat tersebut disebut juga Rumah Gorga. Gorga sendiri bisa ditemukan di bagian luar atau dalam rumah. 

Ada tiga jenis Gorga yang bisa Anda lihat, seperti Gorga cicak, Gorga kerbau, dan Gorga ular. Gorga berbentuk cicak menggambarkan bahwa suku Batak ini bisa hidup dan mudah beradaptasi di manapun tinggal. Harapannya adalah, setiap mereka yang bersuku Batak dan jauh dari tanah asalnya, bisa menjalin persaudaraan dengan suku lainnya. 

Berikutnya adalah Gorga Kerbau yang menggambarkan ungkapan terimakasih pada hewan tersebut. Suku Batak percaya bahwa kerbau telah membantu kehidupan manusia. Sementara untuk ornamen ular, suku ini juga percaya bahwa jika rumah dimasuki ular, akan mendatangkan keberkahan. 

Ornamen lain yang juga diletakkan di rumah adat Batak ini seperti, motif pakis nipahu juga rota berduri yang dikenal sebagai madusi, yang biasanya diletakkan di baian atas dinding pintu masuk. 

Berikutnya di setiap sudut rumah, Anda bisa mendapati hiasan gajah. Kemudian juga wajah bermotif binatang buas, yang digunakan untuk menolak bala. Ornamen lain yang juga digunakan adalah kepala singa, kadal, yang berfungsi menolak sihir yang datang. Gorga ini ada diaplikasi pada ukiran yang diwarnai, namun ada juga yang hanya berbentuk ilustrasi. 

Di bagian depan rumah, Anda juga bisa melihat ciri tradisional dengan rentang geografis dan motif spiral. Selain itu akan ditemui pula ornamen wanita menyusui yang juga dikenal sebagai Adep-adep atau Adop-adop. Gorga ini melambangkan kesuburan.

Ada sebutan lain untuk rumah adat yang memiliki banyak hiasan atau Rumah Gorga tadi. Yaitu Rumah Gorga Sarimunggu atau Jabu Batara Siang. Bila Anda mendapati rumah adat tanpa hiasan, maka rumah disebut Jabu Batara Suang atau Jabu Ereng.

Sementara untuk Rumah Bolon sendiri sebetulnya merupakan rumah adat yang memiliki ukuran paling besar. Untuk rumah dengan ukuran kecil disebut juga Jabu Parbale-balean. Rumah adat Batak biasanya berwarna merah, putih dan hitam yang melambangkan kejujuran, kecerdasan dan kewibawaan. 

Desain Rumah Adat Batak

Rumah adat ini dibuat dengan dua bangunan utama, yaitu ruma dan sopo. Ruma adalah bangunan tempat tinggal sementara Sopo adalah lumbung padi. Bentuk rumah dibangun persegi empat dengan jarak antara rumah dan tanah adalah 1,75 meter. 

Bagian bawah rumah, biasanya digunakan unruk kandang hewan peliharaan, seperti ayam atau babi. Sementara bentuk daun pintunya adalah horizontal dan vertikal. Namun untuk daun pintu dengan bentuk horizontal sudah tidak digunakan lagi. 

Setiap orang yang akan masuk ke dalam rumah harus menundukkan kepala karena ada palang yang melintang. Dimana tujuan dari balok atau palang tersebut adalah, agar siapapun yang masuk ke dalam rumah, menghormati pemiliknya. 

Meskipun, di dalam rumah tidak terdapat kamar-kamar dan dibuat terbuka, namun rumah biasanya didiami oleh lima hingga enam keluarga. Meskipun tidak ada pembagian area namun penghuni rumah patuh pada aturan adat yang berlaku. 

Pondasi, Atap dan Dinding Rumah Bolon

Rumah adat Batak ini, memiliki pondasi tipe cincin, yaitu adanya penggunaan batu yang disebut dengan batu oahan yang dijadikan tumpuan. Sementara di bagian atasnya diletakkan kolom kayu. 

Di atas batu ojahan, diletakkan 18 buah tiang yang berdiameter 42 cm hingga 50 cm. Sementara filosofi dari tiang-tiang tersebut adalah kebersamaan dan kekuatan. Tiang rumah juga memiliki struktur yang fleksibel sehingga tahan gempa. 

Berikutnya pada bagian atapnya digunakan ijuk atau daun rumbia. Desain bagian atapnya dibuat seperti punggung kerbau atau pelana kuda. Bentuknya lancip di bagian depan dan belakangnya. 

Bagi masyarakat suku Batak, atap rumah juga dianggap sebagai bagian yang suci. Ini dibuktikan dengan kebiasaan mereka menyimpan barang berharga di sana. Tidak hanya itu, ternyata desain dengan atap melengkung tersebut, bisa membantu terpaan angin kencang. 

Untuk bagian dinding rumah, biasanya dibuat dengan sangat hati-hati. Karena memang dinding rumah dibuat dengan posisi miring. Tujuannya dimaksudkan agar angin bisa mudah masuk ke dalam rumah. Dinding juga menggunakan tali pengikat yang disebut ret-ret dan terbuat dari rotan dan ijuk.

Rumah tidak menggunakan paku untuk menghubungkan setiap bagian rumah. Ret-ret atau tali pengikat dipercaya akan lebih kuat, sehingga rumah tidak akan roboh meski terserang angin. 

Melihat penjelasan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa bahan untuk membuat Rumah Bolon, terdiri atas, kayu, tali, ijuk dan batu. Kayu sendiri dianggap sebagai material yang kuat dan tahan lama. Sementara ijuk yang digunakan untuk atap juga tahan lama dan bisa membuat ruangan menjadi lebih sejuk.

Bagian Rumah Bolon

Rumah adat Batak dibuat dengan tiga bagian, yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Bagian atas atau atap rumah disebut dengan ginjang. Kemudian bagian tengah atau badan rumah, merupakan bagian tempat tinggal penghuni rumah. Sementara di bagian bawah, disebut tombara, tempat para hewan peliharaan tinggal. 

Mereka juga percaya bahwa bagian atas atau atap merupakan dunia dewa. Kemudian bagian tengah adalah dunia manusia dan bagian bawah rumah mencerminkan kematian. Pada dinding rumah juga akan ditemui pola ret-ret yang mengartikan bahwa manusia akan saling membutuhkan selama mereka hidup, sehingga diingatkan agar selalu saling menghormati dan memahami perannya di dunia. 

Di bagian dalam rumah, terdiri atas beberapa fungsi. Seperti di bagian depan sudut kiri yang dikenal dengan Jabu Suhat. Sisi ini diperuntukkan bagi anak laki-laki tertua yang sudah berkeluarga. Sementara ruangan yang letakknya di sudut belakang disebut juga Jabu Bonga atu Porjabu Bong. 

Ruangan tersebut dihuni oleh anggota keluarga tertinggi bersama dengan seorang istri dan anak-anaknya. Berikutnya di bagian dalam sut kiri atas rumah, disebut Jabu Soding yang digunakan untuk wanita yang sudah menikah namun belum memiliki rumah. 

Bagian luar rumah adat Batak yang disebut Slap Plate digunakan untuk para tamu. Namun ruangan tersebut akan digunakan jika dibutuhkan, hingga terbentuk ruangan baru yang disebut juga Jabu Tonga Ni-Ronga Jabu Hue.

Makna dan Filosofi Rumah Adat Batak

Tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan berteduh, rumah adat batak memiliki filosofi yang tinggi dan digunakan sebagai pedoman hidup masyarakatnya. 

Setiap pembangunan rumah, maka akan dilakukan secara gotong royong. Dimana bahan untuk membangun akan dilakukan oleh para pande dengan memilih bahan terbaik. Mereka akan memilih kayu dengan cara yang unik, yaitu memukul kayu dengan alat. 

Bila terdengar bunyi nyaring saat dipukul, itu menandakan kayu yang baik dan akan digunakan untuk membangun rumah. Pondasi rumah dibuat persegi empat yang dipadukan dengan tiang dan dinding yang kuat. Pondasi yang dibuat memiliki makna untuk saling bekerjasama, saat memikul beban berat. 

Pada bagian atas rumah, yang ditopang menggunakan tiang, disebut dengan Ninggor. Tiang yang berdiri lurus dan tinggi tersebut, bermakna kejujurn. Tiang yang menahan atap rumah disebut juga Songsong Boltak yang bermakna, jika ada tuan rumah yang kurang baik dalam melayani, maka sebaiknya dipendam di dalam hati dan tidak diutarakan. 

Di bagian dalam rumah juga terdapat panggung kecil yang serupa dengan balkon. Panggung kecil ini digunakan untuk menyimpan padi. Adapun makna yang terkandung di dalamnya adalah, sebagi bentuk pengharapan untuk memperoleh rezeki.  

Setiap masyarakat suku Batak juga kerap membersihkan rumah dengan cara menyapu semua kotoran, kemudian dibuang melalui lubang yang berada di dekat tungku masak, yang disebut dengan nama Talaga. 

Maknanya sendiri adalah agar kita semua bisa membuang semua keburukan di dalam rumah, serta melupakan kelakuan buruk. 

Bagi masyarakat Batak, rumah yang dibangun melambangkan kelas atau status sosial pemiliknya. Sehingga Rumah Bolon pun terdiri atas beberapa jenis. Rumah-rumah tersebut memiliki namanya masing-masing, seperti Rumah Bolon Simalungun, Rumah Bolon Mandailing, Rumah Bolon Karo, Rumah Bolon Angola, Rumah Bolon Pakpak, juga Rumah Bolon Toba. 

Setiap bangunan dari masing-masing Rumah Bolon tersebut, tentunya memiliki ciri khasnya masing-masing dengan bentuk yang juga tidak sama. Terdapat fakta menarik lainnya mengenai Rumah Bolon ini, di mana rumah adat Batak ini terdapat juga di negara Jerman. 

Rumah tersebut dibangun oleh warga setempat sebagai simbol keakraban antara Jerman dan Indonesia. Rumah tersebut diberi naman Batakhaus. Demikianlah penjelasan mengenai rumah adat Batak yang bisa Anda ketahui. Yang pasti filosofi lain dari rumah tersebut adalah, sebagai bentuk cagar budaya yang bisa dijadikan sarana pelestarian budaya di negeri ini.


Klik dan dapatkan info kost di dekatmu:

Kost Jogja Harga Murah

Kost Jakarta Harga Murah

Kost Bandung Harga Murah

Kost Denpasar Bali Harga Murah

Kost Surabaya Harga Murah

Kost Semarang Harga Murah

Kost Malang Harga Murah

Kost Solo Harga Murah

Kost Bekasi Harga Murah

Kost Medan Harga Murah