Nama-nama Rumah Adat Riau beserta Keunikan, Sejarah Singkat, dan Gambarnya Lengkap
Nama-nama Rumah Adat Riau beserta Keunikan, Sejarah Singkat, dan Gambarnya Lengkap – Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal memiliki kebudayaan dan kesenian yang eksotis di Indonesia.
Salah satu kebudayaan Riau yang bisa kita lihat adalah melalui rumah adatnya.
Riau memiliki beberapa macam rumah adat, kamu bisa simak informasi selengkapnya di bawah ini.
Berikut Deretan Rumah Adat Riau beserta Keunikan, Sejarah Singkat, dan Gambarnya
Daftar Isi
Daftar Isi
Indonesia dikenal dunia salah satunya karena memiliki kekayaan budaya yang melimpah di setiap wilayahnya. Keunikan dari budaya Indonesia ini bisa kamu lihat salah satunya melalui rumah adatnya.
Salah satu daerah yang memiliki rumah adat cukup unik adalah provinsi Riau.
Riau diketahui memiliki kebudayaan yang hampir sama dengan kebudayaan di Sumatera, Malaysia, dan Singapura.
Hal ini disebabkan karena keempat wilayah tersebut saling berdekatan sehingga menjadikan suku kebudayaan khas daerah Riau didominasi oleh suku Melayu.
Berbicara soal rumah adatnya, Riau punya corak berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.
Nah, buat kamu yang ingin mengetahui lebih banyak lagi seputar rumah adat Riau, Mamikos sudah rangkumkan informasinya untuk kamu di bawah ini.
1. Rumah Melayu Atap Limas Potong
Rumah
adat Riau yang pertama ada Rumah Melayu Limas Potong. Sesuai dengan namanya,
rumah adat Riau yang satu ini mempunyai atap yang berbentuk tiga dimensi limas.
Kata ‘potong’ dari Rumah Melayu Limas Potong sendiri mengisyaratkan bahwa atap rumah ini ujung atapnya dibuat seakan terpotong.
Jadi, rumah Limas Potong ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa rumah tersebut punya atap berbentuk seperti limas yang terpotong pada bagian ujungnya.
Dari antara rumah adat Riau lainnya, mungkin hanya rumah Melayu Limas Potong yang paling sering kamu jumpai di Riau.
Mengingat, rumah Melayu Limas Potong ini memang difungsikan sebagai tempat tinggal utama oleh masyarakat setempat.
Rumah
Melayu Limas Potong sendiri memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dari rumah
adat Riau lainnya. Jika kamu lihat sekilas, rumah adat ini akan sama seperti rumah
adat Melayu pada umumnya.
Hanya yang membedakannya, rumah Melayu Limas Potong berada di ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah.
Dengan ketinggian tersebut, rumah Melayu Limas Potong bisa digolongkan masuk dalam jenis rumah panggung.
Lantas, kenapa rumah adat Riau yang satu ini didesain seperti rumah panggung? Hal ini dikarenakan dulunya banyak penduduk Riau yang tinggal di pesisir pantai.
Desain rumah panggung dipilih dengan tujuan guna memastikan bahwa rumah mereka tidak akan terkena atau tenggelam jika air laut sedang mengalami pasang.
Berbahan utama dari material kayu dan papan, bagian depan rumah Melayu Limas Potong disediakan beberapa anak tangga sebagai jalan masuk menuju pintu utama.
Untuk warna, rumah Melayu Limas Potong didominasi dengan warna kuning dan merah.
Menariknya, bagi siapa saja yang ingin membangun sendiri rumah adat Riau ini, maka dipersilahkan untuk menentukan ukurannya sendiri.
Mengingat tidak ada aturan khusus yang membahas soal ukuran pakem tentang rumah Melayu Limas Potong.
Biasanya, besar kecilnya luas rumah adat ini akan menandakan status ekonomi dan sosial penghuni di dalamnya.
Semakin besar ukuran rumah Melayu Limas Potong, maka semakin mapan pula pemiliknya secara materi. Kesimpulan ini didasarkan pada banyaknya jumlah papan yang digunakan untuk membangun rumah tersebut.
Secara spesifik, rumah Melayu Limas Potong merupakan rumah adat yang berasal dari Pulau Batam. Namun, saat ini rumah Melayu Limas Potong umumnya digunakan sebagai tujuan wisata saja.
Untuk melestarikan rumah adat Riau yang satu ini, pemerintah setempat membentuk kawasan wisata yang berisi rumah Melayu Limas Potong.
Jika ingin melihat rumah Melayu Limas Potong, kamu bisa datang ke Kampung Teluk, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Batam.
Dibuat sebagai kawasan wisata, perkampungan rumah Melayu Limas Potong menunjukkan adanya situs sejarah sekaligus pendidikan bagi kaum muda-mudi Indonesia, terutama pemuda yang berasal dari Riau.
Menilik dari sejarahnya, rumah Melayu Limas Potong yang dibangun oleh Haji Abdul Karim ini sudah cukup tua karena sudah berdiri sejak tahun 1959.
Untuk itu, tak mengherankan jika rumah Melayu Limas Potong tersebut dijadikan sebagai warisan budaya Melayu.
2. Rumah Selaso Jatuh Kembar
Rumah adat Riau berikutnya adalah rumah Selaso Jatuh Kembar.
Memiliki arti rumah yang memiliki dua selasar yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, rumah Selaso Jatuh Kembar mempunyai serambi keliling yang posisinya lebih rendah.
Sering disebut dengan Balai Salaso Jatuh, rumah Selaso Jatuh Kembar tidak difungsikan sebagai tempat tinggal masyarakat biasa.
Rumah adat Riau yang satu ini hanya dapat ditinggali oleh pemangku adat atau para datuk saja.
Selain itu, rumah Selaso Jatuh Kembar juga biasanya digunakan sebagai tempat berkumpul, mengadakan acara adat, memasak bersama, melakukan musyawarah, hingga tempat penyimpanan alat-alat adat (termasuk alat musik).
Oleh karena itu, tak mengherankan jika rumah ini kerap dijuluki dengan Balai Kerapatan, Balairung Sari, dan Balai Pengobatan oleh masyarakat setempat.
Melihat ke dalamnya, rumah Selaso Jatuh Kembar punya beberapa ruangan besar yang biasanya digunakan untuk beristirahat, sebagai anjungan, ruang bersila, dan dapur.
Namun, rumah adat Riau yang satu ini tidak memiliki kamar-kamar sebagaimana rumah pada umumnya. Kamu hanya bisa melihat sekat-sekat saja sebagai pemisahnya.
Rumah
Selaso Jatuh Kembar terbilang cukup unik. Jika kamu perhatikan pada bagian
atap, tiang, tangga dan lotengnya, maka kamu bisa melihat ukiran dengan ornamen
khas Riau. Hal ini menambah keindahan tersendiri bagi rumah Selaso Jatuh Kembar.
Jika kamu melihat pada bagian tangganya, kamu akan mendapati ukiran-ukiran ombak atau lebah bergantung yang memiliki makna agar orang dapat hidup bermanfaat sebagaimana lebah.
Pada bagian dindingnya, kamu bisa melihat ukiran sekawanan itik atau itik yang berjalan beriringan.
Dimana ukiran ini melambangkan nasehat bahwa manusia sebagai makhluk sosial seharusnya dapat hidup berdampingan dan selaras, damai, dan kompak.
Selain dua jenis ukiran tersebut, kamu juga bisa melihat tulisan ayat-ayat Al Quran, semut beriring, kalok paku, naga, sayap layang-layang, dan pucuk rebung.
Memperhatikan bagian atapnya, terdapat hiasan berupa kayu yang mencuat saling bersilangan dan dikenal dengan istilah Tunjuk Langit.
Kayu tersebut berfungsi sebagai makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kamu juga bisa melihat terdapat ukiran yang melambangkan perwujudan adat pada kayu hiasan tersebut.
Tentunya, setiap jenis ukuran memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat.
3. Hunian Melayu Lipat Kajang
Hunian Melayu Lipat Kajang adalah salah satu rumah adat Riau yang sudah mulai punah karena sudah sangat jarang sekali terlihat.
Jikalau masih ada, rumah adat yang satu ini biasanya sudah menjadi bangunan pemerintah setempat yang direnovasi sehingga terlihat lebih modern.
Dulunya, Hunian Melayu Lipat Kajang banyak didirikan di daerah yang dialiri sungai Rokan, kawasan Siak Sri Indrapura, kawasan hilir dan muara Sungai Indragiri, serta kawasan Pelalawan.
Dalam bahasa Melayu, ‘Lipat Kajang’ pada Hunian Melayu Lipat Kajang memiliki arti sebagai jalan atau sungai yang berkelok dengan sudut yang tajam.
Dalam jurnal yang berjudul Elemen Arsitektural Atap pada Rumah Tradisional Melayu Riau, dijelaskan bahwa atap Hunian Melayu Lipat Kajang memiliki bentuk seperti bumbung yang curam.
Desain atap dari rumah adat Riau yang satu ini dibuat tak hanya untuk menambah keindahan dan estetika nilai bangunan saja, melainkan juga agar air hujan dapat mengalir dengan mudah ke bawah.
Jika air dapat dengan mudah turun, maka atap tidak akan mudah roboh karena menahan beban berat air.
Tak
hanya itu saja, desain atap tersebut juga tidak memungkinkan air tergenang. Perlu
kamu ketahui bahwa air tergenang merupakan sumber nyamuk dan bisa menjadi
sumber penyakit pula.
Hunian Melayu Lipat Kajang tampak dihiasi ornamen berupa ukiran selo bayuang (selembayung) dan tanduk buang yang berbentuk bunga, hewan dan tumbuhan.
Ornamen tersebut memiliki maknanya tersendiri, yakni cahaya rumah, keselamatan, kasih sayang, adat, tahu diri, dan unsur magis.
Dikonstruksi dari bahan-bahan alami, atap Hunian Melayu Lipat Kajang dibangun dengan bahan dasar daun nipa dan alang-alang.
Sementara untuk bagian dinding dan lantai rumah, umumnya terbuat dari anyaman bambu agar bagian dalam rumah terasa dingin karena ada udara yang bisa masuk melalui ventilasi kecil di sela-sela anyaman tersebut.
Agar anyaman tersebut kuat, beberapa bambu diikat dengan ijuk dan rotan.
Untuk membangun Hunian Melayu Lipat Kajang, diperlukan tiga balok pasak atau sulur bawah (padongko) dengan posisi melintang dari kiri ke kanan rumah tersebut.
Tiga balok tersebut berfungsi untuk mengikat tiang dalam kesatuan pada jajaran atas rumah.
4. Rumah Melayu Atap Lontik
Rumah Melayu Atap Lontik juga merupakan salah satu rumah adat Riau yang perlu kamu ketahui.
Disebut juga dengan Rumah Lancang atau Rumah Pencalang, rumah Melayu Atap Lontik memiliki atap yang berbentuk meruncing tajam dengan kaki rumah yang berbentuk seperti perahu atau lancing dan keempat sisi rumah yang miring keluar.
Sebagaimana rumah adat khas Sumatera lainnya, rumah Melayu Atap Lontik juga memiliki desain atap yang berbentuk seperti tanduk kerbau.
Banyak orang yang menganggap bahwa rumah Melayu Atap Lontik terinspirasi dari Rumah Gadang yang merupakan rumah adat Minangkabau karena bentuknya.
Apabila dilihat secara geografis, anggapan tersebut bisa dibenarkan mengingat wilayah Riau dan Sumatera Barat memang saling berbatasan.
Rumah Melayu Atap Lontik dianggap sebagai simbol yang menandakan tingginya penghormatan masyarakat Riau kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Lengkungan pada atapnya melambangkan bahwa awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada Tuhan.
Sementara, jumlah anak tangga menuju rumah berjumlah lima anak tangga yang melambangkan lima rukun Islam.
Jika pada ruangan rumah Melayu Atap Lontik terdapat tangga, maka jumlah anak tangganya akan berjumlah angka ganjil, yakni 3, 5, 6, 7, 9, dan 11.
Selain menjadi lambang penghormatan kepada Tuhan, rumah adat Riau yang satu ini juga melambangkan rasa sayang yang tinggi kepada sesama manusia.
Rumah Melayu Atap Lontik juga mengusung konsep rumah panggung dengan tujuan untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas.
Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat rumah Melayu Atap Lontik umumnya dibangun di dekat sungai.
5. Rumah Singgah Sultan Siak
Rumah Singgah Sultan Siak atau Rumah Singgah Siak melengkapi beragam rumah adat Riau lainnya.
Menilik dari catatan sejarah, dulunya wilayah Pekanbaru (Senapelan) merupakan ibukota dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Sebelum Senapelan, Menpura adalah ibu kota Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Dipilihnya Senapelan sebagai ibukota adalah wilayah ini bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan Senapelan berada di lokasi yang cukup strategis dalam lalu lintas perdagangan.
Ditambah lagi, kondisi Sungai Siak sangat tenang. Terlebih dulunya wilayah Senapelan menjadi perkampungan yang punya peran penting dalam posisi silang baik dengan pedalaman Tapung, Minangkabau, ataupun Kampar.
Kondisi tersebut membuat Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syahwilayah untuk memindahkan pusat kerajaan dari Menpura ke Senapelan pada tahun 1775. Hanya saja, rumah Sultan Siak baru dibangun pada tahun 1895.
Hingga akhirnya Rumah Singgah Siak lah menjadi rumah yang akan disinggahi pertama kali oleh Sultan Siak beserta para pengiringnya apabila sedang berada di Senapelan.
Jika kamu ingin melihat rumah Singgah Siak secara langsung, kamu bisa menemukan rumah ini pada jarak 20 meter dari Sungai Siak.
Lebih tepatnya berlokasi di Jalan Panglima Undan tepat di bawah Jembatan Siak III Kampung Bandar, Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
Secara
umum, rumah Singgah Siak dibangun dengan menggunakan bahan dasar kayu. Namun,
untuk bagian tangga yang berada pada sisi timur bangunan dibuat dari bata berspesi.
Jika dilihat dari denah dasarnya, bangunan ini memiliki panjang dari utara ke selatan 17,52 meter dan lebar dari barat ke timur 8,67 meter.
Apabila kamu melihat dari atas, rumah Singgah Siak akan terlihat seperti terbagi menjadi tiga bagian, yakni dua persegi panjang kecil dan satu persegi panjang kecil.
Itulah informasi yang bisa Mamikos bagikan kepada kamu seputar nama-nama rumah adat Riau beserta informasi lengkapnya dan gambarnya.
Umumnya, rumah adat di Riau menghadap sungai karena masyarakat tradisional Riau menggunakan sungai sebagai sarana transportasi.
Nah, jika kamu ingin mencari informasi seputar rumah adat dari daerah lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasi yang kamu inginkan di sana.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: