4 Tokoh Pendiri Perhimpunan Indonesia beserta Asas atau Tujuannya
4 Tokoh Pendiri Perhimpunan Indonesia beserta Asas atau Tujuannya – Perhimpunan Indonesia, yang dulu ditulis dengan ejaan lama Perhimpoenan Indonesia, dikenal juga dengan akronim PI.
Perhimpunan Indonesia merupakan wadah organisasi bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang pernah bersekolah atau berkuliah di Belanda.
Kira-kira, sudahkah kamu tahu tokoh pendiri perhimpunan Indonesia, serta apa asas dan tujuan dari didirikannya organisasi ini? Kalau kamu belum tahu, simak penjelasan lengkapnya di artikel ini.
Sejarah Berdirinya Perhimpunan Indonesia
Daftar Isi
- Sejarah Berdirinya Perhimpunan Indonesia
- Latar Belakang Pembentukan Perhimpunan Indonesia
- Tujuan Perhimpunan Indonesia
- 4 Tokoh Pendiri Perhimpunan Indonesia
- 1. Soetan Kasajangan Soripada Harahap
- 2. R.M. Noto Soeroto
- 3. Tjipto Mangoenkoesoemo
- 4. Soewardi Soerjaningrat
- Pengaruh dari Perhimpunan Indonesia
- Penutup
Daftar Isi
- Sejarah Berdirinya Perhimpunan Indonesia
- Latar Belakang Pembentukan Perhimpunan Indonesia
- Tujuan Perhimpunan Indonesia
- 4 Tokoh Pendiri Perhimpunan Indonesia
- 1. Soetan Kasajangan Soripada Harahap
- 2. R.M. Noto Soeroto
- 3. Tjipto Mangoenkoesoemo
- 4. Soewardi Soerjaningrat
- Pengaruh dari Perhimpunan Indonesia
- Penutup
Organisasi Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi paling awal yang berdiri untuk kepentingan memerdekakan Indonesia sepenuhnya.
Tujuan yang begitu mulia tersebut tentu tidak muncul begitu saja, pasti ada pendiri-pendiri yang menginisiasinya.
Perhimpunan Indonesia awalnya bernama Perhimpoenan Hindia, dan dirikan di negeri Belanda oleh pelajar-pelajar Indonesia pada 1908.
Namun, nama yang digunakan saat itu menggunakan bahasa Belanda, yakni Indische Vereeniging yang artinya Perhimpunan Hindia.
Indische Vereeniging lalu berubah menjadi Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) pada 1922.
Perhimpunan Hindia yang lalu berubah menjadi Perhimpunan Indonesia, dan menemukan bentuk validnya pada 4 Juli 1924 di Batavia (sekarang Jakarta)
Pendirian Perhimpunan Indonesia dipelopori oleh prakarsa Soetan Kasajangan Soripada Harahap dan R.M. Noto Soeroto.
Berulah kemudian masuk tokoh-tokoh penting lainnya di masa awal Perhimpunan Indonesia yakni Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara) yang masuk pada 1913.
Sejumlah tokoh terkemuka juga terlibat dalam berbagai aktivitas Perhimpunan Indonesia, antara lain Soetomo, Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangoenkoesoemo, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan lainnya.
Perhimpunan Indonesia terbentuk atas visi untuk membentuk suatu organisasi yang bersifat nasionalis dan menghimpun berbagai kelompok masyarakat untuk bersatu dalam perjuangan menuju kemerdekaan.
Latar Belakang Pembentukan Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia bertujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.
Pendiriannya diawali oleh sejumlah faktor latar belakang politik, sosial, dan budaya yang sangat memengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia pada saat itu, antara lain:
1. Peningkatan Kesadaran Nasionalis
Pada awal abad ke-20, terjadi peningkatan kesadaran nasionalis di kalangan intelektual dan aktivis Indonesia.
Para pemikir dan tokoh-tokoh nasionalis mulai menyadari pentingnya persatuan dan perjuangan bersama untuk melawan penjajahan Belanda.
Oleh karenanya, mereka membentuk suatu wadah berwujud organisasi untuk menjalankan misi dan visi perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
2. Pembentukan Organisasi Politik
Sebelum Perhimpunan Indonesia didirikan, telah ada berbagai organisasi politik lainnya seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
Meskipun memiliki tujuan-tujuan tertentu, namun terdapat kebutuhan akan suatu wadah yang lebih inklusif dan bersifat nasionalis untuk menyatukan berbagai kelompok masyarakat.
Maka dari itu didirikan Perhimpunan Indonesia yang anggotanya berisi kaum-kaum terpelajar sebagai representasi masyarakat.
3. Kehadiran Pemikiran Nasionalis
Pemikiran nasionalis yang mulai berkembang di kalangan tokoh-tokoh terkemuka pada masa itu, seperti Soetomo, Ki Hajar Dewantara, dan Tjipto Mangoenkoesoemo, makin mengukuhkan pengaruh Perhimpunan Indonesia tatkala mereka bergabung.
Keterlibatan figur nasionalis pada saat itu memiliki visi yang kuat untuk membangun kesadaran nasional yang lebih luas dan menyatukan perjuangan dalam mencapai kemerdekaan.
4. Pengaruh Perkembangan Internasional
Pada periode setelah Perang Dunia I, semangat kemerdekaan mulai menyebar di berbagai negara di seluruh dunia.
Gerakan kemerdekaan di negara-negara lain juga memberikan inspirasi bagi para nasionalis Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan.
5. Tekanan Ekonomi dan Sosial
Penjajahan Belanda telah menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat Indonesia akibat eksploitasi ekonomi dan perlakuan yang tidak adil.
Ketidakpuasan ini menjadi salah satu pemicu untuk bersatu dalam perjuangan melawan penjajahan.
6. Kebutuhan akan Kesatuan
Perhimpunan Indonesia diinisiasi sebagai upaya untuk menyatukan berbagai kelompok etnis, kelas sosial, dan daerah di Hindia Belanda dalam perjuangan bersama menuju kemerdekaan.
Dalam suasana pluralitas yang kompleks, Perhimpunan Indonesia bertujuan untuk menciptakan kesatuan dan persatuan nasional Indonesia.
Tujuan Perhimpunan Indonesia
Salah satu momen penting dalam sejarah awal Perhimpunan Indonesia adalah Kongres PI pertama yang diselenggarakan pada tanggal 4-6 Juli 1924 di Batavia.
Kongres ini dihadiri oleh berbagai tokoh nasionalis dan perwakilan dari berbagai daerah di Hindia Belanda.
Dalam kongres tersebut, Perhimpunan Indonesia mengesahkan tujuan utamanya, yaitu memperjuangkan kemerdekaan politik, ekonomi, dan budaya Indonesia serta memperjuangkan kesetaraan antara Belanda dan Indonesia.
Pada masa itu, Perhimpunan Indonesia menjadi salah satu organisasi awal yang memperjuangkan kesatuan nasional Indonesia dan berusaha menciptakan kesadaran nasional di kalangan masyarakat.
Di sisi lain, Perhimpunan Indonesia juga berperan dalam menggalang dukungan dari berbagai kelompok etnis dan kelas sosial dalam perjuangan kemerdekaan.
Meskipun Perhimpunan Indonesia akhirnya bubar pada tahun 1931 karena tekanan politik dan keuangan yang terus menerus, jejaknya tetap terkenang sebagai salah satu tonggak penting dalam sejarah awal pergerakan nasional Indonesia.
4 Tokoh Pendiri Perhimpunan Indonesia
Meski di masa hidup organisasi Perhimpunan Indonesia terdapat tokoh-tokoh penting pada saat itu yang ikut menggerakkan Perhimpunan Indonesia, namun ada empat tokoh yang menjadi pendiri masa awal Perhimpunan Indonesia.
Tanpa adanya empat tokoh pendiri tersebut, Perhimpunan Indonesia bisa jadi tidak akan pernah terbentuk.
Berikut adalah uraian biodata singkat tentang 4 tokoh pendiri Perhimpunan Indonesia:
1. Soetan Kasajangan Soripada Harahap
Belum ada informasi yang komprehensif tentang Soetan Kasajangan Soripada Harahap, namun secara garis besar diketahui bahwa Soetan Kasajangan Soripada memiliki nama Rajiun Harahap dan Soetan Casayangan Soripada.
Rajiun Harahap lahir dari sebuah keluarga yang sangat dihormati. Kakeknya, Patuan Soripada, adalah kepala Kuria Batu Nadua.
Keberuntungannya adalah bisa menikmati pendidikan pada masa penjajahan, saat pendidikan menjadi suatu hal yang sangat istimewa.
Setelah menyelesaikan studi di Kweekschool Padang Sidempuan pada tahun 1904, Rajiun memutuskan berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya.
Dia belajar di Haarlem untuk menjadi guru selama satu tahun sembilan bulan.
Selanjutnya, dia menjadi asisten dari Profesor Charles Adriaan Van Ophuysen dalam mata pelajaran Bahasa Melayu, Sejarah Indonesia, Islam, Daerah, dan Penduduk Indonesia.
Selama di Belanda itulah, Soetan Kasajangan Soripada Harahap menginisiasi pembentukan Perhimpunan Indonesia dengan mengajak para mahasiswa yang saat itu juga berada di Belanda.
Di samping itu, dia mengambil pendidikan Hoofdacte selama tiga tahun dan menjadi Guru Bahasa Melayu di sekolah dagang di Rotterdam dan Haarlem.
Selama empat tahun (1913 – 1917), Sutan Kasayangan mengajar di Bukittinggi dan Amboina dalam berbagai mata pelajaran seperti Matematika, Ilmu Ukur, Sejarah, Botani, Biologi, Fisika, dan Geografi, serta Bahasa Melayu dan Belanda.
Antara November 1917 hingga Desember 1918, dia bekerja sebagai asisten J.H. Nieuwenhuis dan Dr. D.A. Rinkes. Pada 1922, dia pindah ke Dolok Sanggul untuk bekerja sebagai seorang guru.
2. R.M. Noto Soeroto
Raden Mas Noto Soeroto adalah pemrakarsa pendirian Perhimpunan Indonesia. Dia seorang pangeran Jawa dari Pakualaman, terkenal sebagai seorang penyair, penulis sastra, dan jurnalis di masa Hindia Belanda.
R.M. Noto Soeroto juga dikenal sebagai pelopor penyair Jawa yang karyanya berpengaruh dalam dunia sastra Belanda dengan mengeksplorasi tema-tema sastra dengan menitikberatkan pada unsur pribumi.
Noto Soeroto memperjuangkan gagasan “politik asosiasi,” yaitu konsep yang menyatakan bahwa orang Belanda dan Indonesia diharapkan menggabungkan sifat-sifat terbaik dari kedua budaya – rasionalisme Barat dan esensi Timur – untuk mencapai kesuksesan terbaik baik dalam nilai-nilai material maupun spiritual.
Pada 1910, ayahnya mengirimnya ke Belanda untuk belajar Ilmu Hukum di Leiden.
Dia juga menjadi salah satu pendiri Perhimpunan Hindia dan menjabat sebagai pemimpinnya antara tahun 1911 hingga 1914.
Bersama Louis Petit, pada tahun 1920, dia mendirikan perusahaan penerbitan Hadi Poestaka. Di lingkungan budaya Den Haag, dia aktif dan memiliki kedekatan dengan Ben van Eysselsteijn.
3. Tjipto Mangoenkoesoemo
Tjipto Mangoenkoesoemo adalah tokoh pendiri perhimpunan Indonesia selanjutnya. Dia seorang lulusan STOVIA yang merupakan seorang dokter dan tokoh penting dalam pergerakan nasional.
Ia juga dikenal sebagai salah satu dari Tiga Serangkai, pendiri dari Indische Partij.
Pada tahun 1913, bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, dia ditangkap dan diusir ke Belanda karena melakukan propaganda anti-Belanda yang dituangkan dalam artikel di harian De Express.
Artikel tersebut menentang perayaan kemerdekaan Belanda di Indonesia.
Keberadaan Tiga Serangkai di Belanda tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap pengaruh Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) yang mendukung pergerakan menuju kemerdekaan.
4. Soewardi Soerjaningrat
Tokoh pendiri perhimpunan Indonesia terakhir adalah seorang ningrat darah biru bernama Soewardi Soerjaningrat, dan sama seperti R.M Noto Soeroto yang berasal dari Pakualaman.
Soewardi Soerjaningrat merupakan nama awal sebelum akhirnya mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Soewardi Soerjaningrat terkenal dengan tulisan-tulisannya yang sangat kritis, dan tak segan menyerang pemerintah Belanda saat itu.
Akibatnya, dia harus menerima hukuman pengasingan yang diberikan oleh pemerintah Belanda ke Belanda.
Beruntungnya, Soewardi mempunyai kawan-kawan seperjuangan yang setia kawan seperti Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo.
Ketika diasingkan di Belanda, Soewardi sangat aktif dalam organisasi mahasiswa Indonesia, yaitu Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).
Keterlibatan Soewardi Soerjaningrat dengan Perhimpunan Indonesia tak ayal makin menegaskan pengaruh Perhimpunan Indonesia di bidang pedagogik.
Pada 1913, Soewardi Soerjaningrat mendirikan Indonesisch Pers-bureau, yang merupakan “kantor berita Indonesia”.
Pendirian Indonesisch Pers-berau menjadi penggunaan resmi pertama istilah “Indonesia”, yang awalnya diciptakan pada tahun 1850 oleh seorang ahli bahasa Inggris bernama George Windsor Earl dan seorang pakar hukum Skotlandia bernama James Richardson Logan.
Pengaruh dari Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia mempunyai cukup banyak pengaruh yang signifikan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Terutama pada konteks pembentukan kesadaran nasional di kalangan masyarakat ketika itu.
Berikut adalah beberapa pengaruh utama dari Perhimpunan Indonesia:
1. Pembentukan Kesadaran Nasionalis
Perhimpunan Indonesia menjadi salah satu wadah utama dalam membangun kesadaran nasionalis di kalangan masyarakat Indonesia.
Melalui upaya-upaya organisasi dan propaganda, Perhimpunan Indonesia berhasil menyatukan berbagai kelompok etnis, kelas sosial, dan daerah di Hindia Belanda untuk bersatu dalam perjuangan kemerdekaan.
2. Penggalangan Dukungan Luas
Perhimpunan Indonesia berhasil menggalang dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk intelektual, mahasiswa, dan pemimpin lokal.
Dukungan sangat ini penting dalam menguatkan gerakan perjuangan melawan penjajahan Belanda tanpa pertumpahan darah.
3. Pengaruh dalam Gerakan Kemerdekaan
Perhimpunan Indonesia memainkan peran yang signifikan dalam mendesak otonomi politik dan memberikan sumbangan terhadap kesadaran politik bangsa Indonesia.
Perhimpunan Indonesia memberikan landasan bagi gerakan-gerakan politik yang kemudian muncul untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
4. Pengembangan Pemikiran Nasionalis
Selain itu, Perhimpunan Indonesia juga menyumbangkan berbagai pemikiran dan ideologi nasionalis terkemuka pada masa itu.
Ide-ide tentang kesetaraan antara Indonesia dan Belanda serta kebutuhan akan kemerdekaan politik, ekonomi, dan budaya berkembang melalui gerakan ini.
5. Pentingnya Kebudayaan Lokal
Perhimpunan Indonesia memperkuat pentingnya kebudayaan lokal dalam perjuangan kemerdekaan.
Salah satu pendekatannya adalah menekankan pentingnya menghormati dan mempertahankan budaya Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
6. Pengakuan Internasional
Aktivitas dan kampanye yang dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia membantu mengangkat isu-isu perjuangan kemerdekaan Indonesia di tingkat internasional, sehingga membuka jalan bagi dukungan dari komunitas internasional.
Penutup
Nah, itulah informasi mengenai 4 tokoh pendiri perhimpunan Indonesia yang dilengkapi dengan asas dan tujuan dari pendirian perhimpunan Indonesia.
Apabila kamu mencari informasi lain terkait sejarah pergerakan Indonesia, kamu bisa menemukannya dengan mudah di blog Mamikos.
Semoga bermanfaat.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: