Biografi Dewi Sartika Singkat dan Jelas, Seorang Perintis Pendidikan untuk Kaum Wanita

Biografi Dewi Sartika Singkat dan Jelas, Seorang Perintis Pendidikan untuk Kaum Wanita – Bagi masyarakat Indonesia, mengetahui biografi para pahlawan yang berjasa bagi tanah air merupakan suatu kewajiban.

Dari sekian banyaknya pahlawan perempuan di Indonesia, ada nama Dewi Sartika yang berjasa dalam memperjuangkan pendidikan perempuan dan kesetaraan gender di Indonesia. Bahkan, prestasi Dewi Sartika dalam mengembangkan pendidikan perempuan telah mendapat apresiasi dari Pemerintah Hindia Belanda.

Untuk menambah wawasanmu, yuk simak biografi dari pahlawan wanita Dewi Sartika dalam artikel berikut.πŸ§πŸ“–

Berikut Biografi Dewi Sartika Singkat dan Jelas

awsimages.detik.net.id

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Dewi Sartika merupakan pahlawan nasional yang berjasa dalam memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan dan kesetaraan gender.

Salah satu bentuk perjuangan Dewi Sartika adalah mendirikan sekolah perempuan bernama β€˜Sakola Istri’ pada 16 Januari 1904, yang kemudian berubah nama menjadi Sakola Keutamaan Istri.

Dewi Sartika tidak hanya ingin memajukan perempuan dari kalangan priayi sepertinya, namun semua kalangan perempuan agar memiliki kesempatan untuk belajar membaca dan menulis.

Bagi dirinya, kunci untuk membuat perempuan menjadi mandiri, berpengetahuan, dan dapat memperjuangkan haknya, hanyalah melalui pendidikan.

Biografi Dewi Sartika

Mengutip dari dalam buku yang disusun oleh Hafidz Muftisany berjudul berjudul Inspirasi Pahlawan Indonesia: Dewi Sartika, Perintis Pendidikan Perempuan (2023: 41), Dewi Sartika adalah seorang pahlawan perempuan Indonesia yang dikenal sebagai pelopor pendidikan bagi kaum perempuan.

Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember 1884, tepatnya di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat. Dewi Sartika lahir dari keluarga bangsawan, sebab ayahnya, Raden Somanagara yang merupakan seorang bangsawan dari keluarga Cianjur.

Memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat yang didirikan oleh ayahnya, Dewi Sartika dijuluki sebagai pahlawan pendidikan perempuan sebab ia bersama sederet tokoh perempuan lainnya seperti R.A Kartini.

Dewi Sartika berhasil bersama-sama membangun sekolah untuk perempuan yang berlokasi di Bandung.

Sekolah tersebut kemudian dikenal dengan nama Sekolah Isteri atau Sekolah Kautsar pada tahun 1904. Sekolah Isteri ini merupakan sekolah pertama yang dibangun khusus untuk perempuan. Sekolah ini juga dikelola oleh perempuan di Indonesia.

Tujuan utama berdirinya Sekolah Isteri adalah memberikan pendidikan bagi perempuan agar dapat memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk membantu suami dan keluarga.

Contoh keterampilan yang diajarkan dalam Sekolah Istri atau Sekolah Perempuan ini antara lain membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam, dan belajar pendidikan agama.

Sekolah Istri ini kemudian terus berkembang menjadi besar dan namanya berubah menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan) pada 1912.

Selama berjuang mengembangkan pendidikan perempuan, Dewi Sartika didukung oleh suami yang dinikahinya pada tahun Raden Kanduruan Agah Suriawinata pada tahun 1906. Suaminya adalah seorang guru.

Di samping itu, Dewi Sartika juga merupakan salah satu anggota aktif dari organisasi Boedi Oetomo, yang merupakan organisasi yang dibentuk para intelektual pada tahun 1908. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan kesetaraan hak masyarakat di Indonesia.

Dewi Sartika juga terlibat aktif dalam berbagai gerakan dan organisasi sosial dan kemanusiaan, khususnya dalam membantu korban bencana alam dan memberikan bantuan bagi anak-anak yatim piatu pada saat itu.

Fakta Menarik Tentang Sosok Dewi Sartika

Berikut ini beberapa fakta menarik tentang Dewi Sartika yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Dilahirkan dari seorang priyayi Sunda

Dewi Sartika dibesarkan oleh seorang priyayi (kelas bangsawan) Sunda yaitu Raden Somanagara. Ibunya juga merupakan perempuan Sunda yang bernama Nyi Raden Ayu Rajapermas.

Kedua orangtua Dewi Sartika juga merupakan pejuang Indonesia yang menentang pemerintah Hindia Belanda.

Akibatnya, mereka mendapat hukuman keras dari pemerintah Hindia Belanda, diasingkan ke Ternate dan terpisah dari Dewi Sartika.

Setelah kedua orang tua Dewi Sartika meninggal, dia diasuh oleh pamannya yang merupakan kakak kandung dari Ibundanya, yang bernama Aria. Dia merupakan seorang patih di Cicalengka.

Dari sang Paman, Dewi Sartika mendapatkan ilmu pengetahuannya terkait adat budaya sunda.

Selain itu, seorang Asisten Residen berkebangsaan Belanda juga mengajarkan Dewi Sartika tentang budaya dan adat bangsa Barat.

Kedua orang tua Dewi Sartika sebenarnya sudah mengenalkannya tentang pendidikan sedari kecil, meskipun hal tersebut bertentangan bagi seorang perempuan. Dewi Sartika juga mengenyam pendidikan Sekolah Dasar di Cicalengka.

2. Mempunyai minat dengan dunia pendidikan sejak masih anak-anak

Dewi Sartika memiliki kinat terhadap dunia pendidikan sudah terlihat sejak masih anak-anak. Dia seringkali bermain guru-guruan dengan anak seusianya.

Karena mahir membaca dan menulis, Dewi Sartika sering berperan sebagai guru. Dia mengaplikasikan kemampuannya dengan mengajarkan anak-anak di sekitarnya, khususnya anak perempuan pribumi.

Dewi Sartika juga memiliki kemampuan berbahasa Bahasa Belanda. Menginjak usia remaja, Dewi Sartika mulai mengajarkan baca dan tulis kepada warga sekitar.

Hal inilah yang menjadi cikal bakal Dewi Sartika agar anak-anak perempuan memperoleh pendidikan yang sama.

3. Mendirikan Sekolah Isteri

Pada 16 Januari 1904, Raden Dewi Sartika mulai mendirikan sekolah. Hal ini juga mendapatkan dukungan dari Kakeknya, Raden Agung A Martanegara dan seorang Inspektur Kantor Pengajaran, Den Hamer.

Dewi Sartika berhasil mendirikan sebuah sekolah untuk kaum perempuan yang bernama Sekolah Isteri.

Ketika pertama kali dibuka, Sekolah Isteri hanya memiliki 20 murid wanita. Di sekolah itu, para wanita tidak hanya sekadar belajar membaca, menulis dan berhitung. Mereka turut belajar menjahit, merenda dan belajar agama.

Dua tahun setelah mendirikan Sekolah Isteri, tepatnya pada 1906, Dewi Sartika menikah dengan salah seorang guru di Sekolah Karang Pamulang, yang menjadi Sekolah Latihan Guru. Kesamaan visi dan misi di antara mereka berdua menambah semangat Dewi Sartika.

Sekolah Isteri hanya memiliki dua ruang kelas. Jumlah wanita yang ingin bersekolah terus meningkat. Alhasil, ruang kelas ditambah dengan meminjam sebagian ruang kepatihan Bandung.

Namun, masyarakat yang mendaftar terus bertambah setiap harinya. Karena ruang kepatihan Bandung yang telah dipinjam sudah tidak cukup lagi, sekolah dipindahkan.

Perpindahan tempat turut mengubah nama sekolah menjadi Sekolah Keutamaan Isteri. Sejalan dengan kepindahan sekolah, pada tahun 1910, Sekolah Keutamaan Isteri resmi dibuka di gedung yang lebih luas.

4. Banyak wanita-wanita Sunda yang mengikuti langkah Dewi Sartika mendirikan sekolah

Sekolah keutamaan Isteri yang telah dibuka memiliki beberapa perbedaan dari sebelumnya. Para wanita tidak hanya diajarkan keterampilan seperti menjahit saja.

Namun, dididik untuk menjadi istri. Gadis-gadis yang nantinya akan menjadi istri mendapat pelajaran bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang baik, mandiri dan terampil.

Dua tahun setelah perpindahan Sekolah Keutamaan Isteri, perempuan-perempuan di tanah Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika mulai berani mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan.

Hingga tahun 1912, jumlah sekolah isteri mencapai sembilan sekolah. Tidak hanya itu, banyaknya sekolah perempuan di Sunda memunculkan kembali ide untuk mendirikan organisasi.

Tahun 1913, berdiri Organisasi Keutamaan Isteri yang bertujuan untuk menaungi sekolah-sekolah yang telah didirikan di Tasikmalaya.

Organisasi ini sengaja dibentuk, guna menyatukan sistem pembelajaran dari sekolah-sekolah yang telah dibangun Dewi Sartika.

5. Turut banting tulang membayar pengeluaran operasional sekolah

Sekolah Keutamaan Isteri kembali berubah nama menjadi Sekolah Keutamaan Perempuan. Pada masa itu, seperempat wilayah Jawa Barat telah berdiri Sekolah Keutamaan Perempuan.

Seorang wanita bernama Encik Rama Saleh, terinspirasi oleh Dewi Sartika. Dia juga mendirikan sekolah di wilayah Bukittinggi.

Tahun 1929, Sekolah Keutamaan Perempuan berubah nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Bahkan, Pemerintah Hindia Belanda memberikan apresiasi dengan membangunkan sebuah gedung sekolah baru yang lebih besar dari sebelumnya.

Dewi Sartika juga ikut banting tulang, untuk membayar pengeluaran operasional sekolah. Dia tak pernah mengeluh dan merasa terobati saat melihat kaumnya bisa memperoleh pendidikan.

6. Mendapatkan gelar pahlawan setelah 19 tahun meninggal

Saat memasuki usia senja, Dewi Sartika hidup bersama warga dan pejuang di Sunda. Pada tahun 1947, Belanda kembali melakukan serangan agresi militer hingga akhirnya Dewi Sartika bersama seluruh rakyat pribumi dan pejuang lainnya ikut melawan untuk membela tanah air.

Seluruh penduduk pun mengungsi untuk mempertahankan Indonesia. Saat berada di pengungsian, Raden Dewi Sartika mengembuskan napas terakhirnya di Tasikmalaya tepat pada pada 11 September tahun 1947.

Karena masih dalam situasi perang, pemakaman dan upacara pemakaman dilakukan secara sederhana. Dewi Sartika dimakamkan di Pemakaman Cigagadon yang ada di Desa Rahayu, Kecamatan Cineam.

Sekitar tahun 1950, usai perang agresi militer, makam Dewi Sartika dipindahkan ke kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jl. Karang Anyar – Bandung.

Sesuai SK Presiden RI Nomor 152 Tahun 1966 tepatnya pada tanggal 1 Desember 1966, Dewi Sartika pun mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional.

Saat itu juga, Sekolah Keutamaan Isteri menginjak usia 35 tahun dan mendapat gelar Orde van Oranje-Nassau.

Nah, di atas tadi adalah informasi terkait biografi Dewi Sartika yang bisa Mamikos bagikan kepada kamu.πŸ§πŸ“–

Bagi kamu yang ingin mengulik lebih banyak lagi tentang informasi bermanfaat dan menarik lainnya, seperti Contoh Biografi Singkat hingga Contoh Teks Biografi Pahlawan, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.

FAQ

Berdasarkan teks biografi Dewi Sartika, siapakah Dewi Sartika itu?

Dewi Sartika adalah putri pertama dan anak kedua dari R. Rangga Somanagara, Patih Bandung, dan lahir pada tanggal 4 Desember 1884. R.A.

Apa prestasi Raden Dewi Sartika?

Dewi Sartika dikenal sebagai pelopor pendidikan perempuan di Indonesia. Dengan mendirikan Sekolah Istri pada tahun 1904, ia membuka peluang pendidikan bagi perempuan yang sebelumnya sangat terbatas.

Dewi Sartika terkenal karena apa?

Raden Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966. Dewi Sartika adalah puteri dari suami-istri Raden Somanagara dan Raden Ayu.

Dimana perjuangan Dewi Sartika?

Mereka memiliki tujuan yang sama yakni ingin mencerdaskan bangsa, kemajuan perempuan dan pada masyarakat umumnya. Usaha Raden Dewi Sartika pada tahun 1904 menjadi bukti bahwa dengan kemampuan yang beliau miliki membuka lembaga pendidikan khusus perempuan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Dewi Sartika dijuluki sebagai apa?

Dewi Sartika dijuluki sebagai pahlawan pendidikan perempuan sebab ia bersama sederet tokoh perempuan lainnya seperti R.A Kartini bersama-sama membangun sekolah untuk perempuan yang berlokasi di Bandung.

Referensi:


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta