9 Contoh Kearifan Lokal di Bidang Pendidikan dan Sekolah beserta Penjelasannya
Dalam artikel kali ini, kalian akan mempelajari tentang kearifan lokal yang terdapat di bidang pendidikan atau sekolah.
9 Contoh Kearifan Lokal di Bidang Pendidikan dan Sekolah
Sekolah bagaikan rumah kedua bagi murid-murid. Di sanalah mereka mulai belajar hidup bermasyarakat dan bernegara dalam unit terkecil.
Maka, banyak nilai-nilai kearifan lokal yang ditanamkan dalam berbagai kegiatan belajar dan mengajar.
Berikut adalah 9 contoh kearifan lokal di bidang pendidikan dan sekolah!
1. Musyawarah Memilih Ketua Kelas

Salah satu kegiatan yang selalu dilakukan saat awal semester adalah memilih ketua kelas. Biasanya, guru dan murid akan berunding atau berdiskusi mengenai hal tersebut.
Pertama-tama, mereka akan menentukan cara atau metode pemilihan yang terbaik. Apakah menggunakan sistem voting atau undi secara acak?
Setelah menemukan cara terbaik, mereka akan berdiskusi lagi untuk menentukan calon-calon yang sekiranya mampu memikul tugas-tugas ketua kelas.

Advertisement
Kemudian, barulah acara pemilihan dilakukan hingga terpilih seorang murid yang akan menjadi ketua kelas.
Sekilas, kegiatan ini terlihat sangat sepele. Akan tetapi, terdapat nilai kearifan lokal di dalamnya, yaitu musyawarah untuk mufakat.
Melalui kegiatan memilih ketua kelas, murid-murid belajar untuk bermusyawarah hingga mencapai mufakat, saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain, juga belajar tentang tanggung jawab dan kepemimpinan.
2. Jadwal Piket dan Kerja Bakti

Setiap kelas pasti memiliki jadwal piket masing-masing. Biasanya, jadwal ini akan dibarengi dengan sanksi bagi yang tidak menjalankan tanggung jawab mereka.
Sementara itu, sekolah juga biasanya akan mengadakan kerja bakti membersihkan kawasan sekolah di waktu-waktu tertentu.
Dari mulai kelas-kelas, lapangan hingga ruangan lainnya, semua akan dibersihkan bersama-sama.
Nah, tahukah kalian bahwa terselip satu nilai kearifan lokal Indonesia di dalamnya?
Ya, jadwal piket dan kerja bakti mengajarkan murid-murid untuk bergotong royong, bahu membahu dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Kegiatan tersebut juga mengajarkan murid untuk saling membantu dan berkomunikasi tanpa memandang suku, agama dan ras.
3. Salim Kepada Guru

Di Indonesia, kita memiliki cara penghormatan yang unik, yaitu dengan mengecup punggung tangan orang tua yang dihormati.
Saat di rumah, kita melakukan hal ini kepada ayah dan ibu, sementara di sekolah kita melakukannya kepada guru-guru.
Gestur ini lebih dikenal dengan sebutan salim. Tujuannya sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan para murid kepada guru.
Di samping itu, salim juga mengajarkan murid untuk tidak menjadi pongah atau sombong. Walaupun mereka sudah menjadi pintar, bahkan mungkin lebih pintar dari sang guru, mereka tetap harus merendah.
Secara tidak langsung, salim mengingatkan murid-murid bahwa “di atas langit masih ada langit.” Itu sebabnya mereka tidak boleh bersikap sombong. Sebab, pasti masih ada yang lebih (hebat atau cerdas) dari kita.