4 Contoh Puisi Kontemporer beserta Makna dan Nama Pengarangnya

Puisi kontemporer sering kali memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan pesan dan emosi sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih dalam untuk mengapresiasi keindahannya. Simak beberapa contoh puisi kontemporer dalam artikel ini.

14 Mei 2024 Bella Carla

Puisi ini juga menyentuh tema-tema kehidupan dan kematian dengan menyebutkan “maut” dan menekankan bahwa ‘saatnya sampai’.

Hal ini menghadirkan elemen refleksi tentang keterbatasan manusia dan siklus kehidupan yang tidak terelakkan.

Namun, puisi ini tidak memberikan jawaban atau penyelesaian yang pasti. Penutupnya yang terbuka meninggalkan ruang bagi interpretasi pembaca.

Ibrahim Sattah membiarkan makna-makna yang muncul dari puisi ini terbuka untuk ditemukan oleh pembaca sesuai dengan pengalaman dan pemahaman mereka sendiri.

Secara keseluruhan, puisi ini adalah puisi yang mendalam dan reflektif tentang alam semesta, perubahan, dan eksistensi manusia.

Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun dalam, Ibrahim Sattah mengajak pembaca untuk merenung tentang sebab-sebab di balik kehidupan dan alam semesta, serta menghadapi keterbatasan dan ketidakpastian hidup.

Contoh Puisi Kontemporer: Mengenang Asu (Karya Joko Pinurbo)

Pulang dari sekolah, saya main ke sungai.
Saya torehkan kata asu dan tanda seru
pada punggung batu besar dan hitam
dengan pisau pemberian ayah.

Itu sajak pertama saya. Saya menulisnya
untuk menggenapkan pesan terakhir ayah;

“Hidup ini memang asu, anakku.
Kau harus keras dan sedingin batu.”

Sekian tahun kemudian saya mengunjungi
batu hitam besar itu dan saya bertemu
dengan seekor anjing yang manis dan ramah.

Saya terperangah, kata asu yang gagah itu
sudah malih menjadi aku tanpa tanda seru.

Tanda serunya mungkin diambil ayah.

Makna Puisi

Puisi “Mengenang Asu” karya Joko Pinurbo menggambarkan perjalanan emosional seorang anak yang tumbuh dewasa dan merenungkan pesan terakhir dari ayahnya, yang disampaikan melalui pengalaman sederhana di sungai.

Kata ‘asu’ yang awalnya ditorehkan di batu oleh anak, menjadi simbol kehidupan yang keras dan penuh tantangan.

Ayahnya mengingatkan bahwa hidup tidak pernah mudah, dan anak harus kuat dan tangguh untuk menghadapinya. Simbolisme kata ini menggambarkan realitas kehidupan yang keras dan penuh dengan ujian.

Puisi ini mencerminkan transformasi makna kata ‘asu’ dari sekadar sebuah kata kasar menjadi pesan mendalam dari ayah kepada anaknya.

Kata ‘asu’ tidak lagi terpahat di batu, namun telah menjadi bagian dari pengalaman dan pemahaman pribadi sang anak tentang kehidupan.

Close