3 Contoh Puisi Satire Kritik Sosial beserta Ciri-ciri dan Pengertiannya Lengkap

Bingung cara membuat puisi satire? Yuk, simak dulu penjelasan dari Mmaikos tentang puisi satire kritik sosial berikut ini!

13 Mei 2024 Zakiyah

Refleksi Kondisi Manusia

Puisi kritik sosial juga seringkali merupakan refleksi tentang kondisi manusia secara umum, termasuk sifat-sifat manusiawi seperti keserakahan, kejahatan, atau ketidakadilan. 

Dengan demikian, puisi ini tidak hanya mengkritik masyarakat, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan sifat-sifat manusia itu sendiri.

Contoh Puisi Satire Kritik Sosial 1

Judul: “Ketika Rakyat Berteriak”

Ketika rakyat berteriak di jalan,

Dipenuhi dengan janji-janji palsu,

Para pemimpin mengangkat tangan,

Sambil tersenyum, mereka menertawakan kita.

Mereka duduk di atas tahta emas,

Dari hasil kerja keras yang bukan milik mereka,

Mereka membagi-bagi harta negara,

Sambil kita di bawahnya meratapi nasib.

Ketika rakyat mengeluh dan menuntut,

Diam seribu bahasa di balik pagar besi,

Media menari mengikuti irama,

Menyembunyikan kebobrokan di balik cerita palsu.

Di negeri ini, hukum hanya untuk mereka,

Yang memiliki kekayaan dan kekuasaan,

Sementara kita, yang berjuang di bawah matahari,

Terbuang dan dilupakan dalam derita.

Jangan percaya pada kata-kata manis,

Yang diucapkan dari podium tinggi,

Karena di balik topeng mereka tersenyum,

Adalah niat busuk dan hati yang kotor.

Saudara-saudara, mari bangun dari tidur kita,

Jangan biarkan diri kita tertindas dan dipermainkan,

Satukan suara, tegakkan keadilan,

Hanya dengan bersatu kita bisa berubah.

Demikianlah puisi ini disampaikan,

Sebuah suara kecil dari tengah kerumunan,

Tetapi satu suara bisa menjadi ribuan,

Jika kita bersatu, kita tak terkalahkan.

Contoh Puisi Satire Kritik Sosial 2

Judul: “Pertunjukan Pembohongan”

Di panggung besar bernama politik,

Mereka tampil dengan senyum palsu,

Membuat sandiwara, menggoda hati,

Namun kebenaran tenggelam dalam sorotan.

Mereka berbicara tentang keadilan dan perdamaian,

Sambil mencuri dari rakyat dengan licik,

Janji-janji manis diucapkan dengan mulut berbusa,

Namun di belakang layar, mereka tertawa-tawa.

Partai-partai bertikai, saling menjatuhkan,

Namun di belakang layar, mereka berteman rapat,

Membagi-bagi kekuasaan dan keuntungan,

Sementara rakyat dibiarkan dalam keterpurukan.

Media menjadi alat mereka,

Untuk mengaburkan fakta dan memutar balikkan kebenaran,

Membentuk opini sesuai keinginan,

Dan menutupi kejahatan dengan kedok pujian.

Rakyat menjadi korban kebohongan,

Dipermainkan dalam pertunjukan yang tak berkesudahan,

Dengan setiap pemilihan yang kita lakukan,

Hanya memperkuat siklus ketidakadilan yang terus berlanjut.

Namun kita tidak akan terdiam diam,

Kita bangun dari tidur panjang kita,

Bersatu melawan tirani dan penindasan,

Mengubah panggung besar menjadi tempat kebenaran berkuasa.

Close