Contoh Teks Anekdot Politik, Ekonomi, dan Pejabat serta Strukturnya

Contoh Teks Anekdot Politik, Ekonomi, dan Pejabat serta Strukturnya – Banyak orang mencari contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat untuk dibuat sebagai karya.

Karena dalam pembuatan teks kebahasaan memang penting untuk melihat referensi secara tepat. Tidak kalah penting adalah mengenai strukturnya sehingga dapat dipahami oleh para pembuat awam.

Pada kesempatan kali ini, Mamikos sediakan contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat yang dapat kamu jadikan sebagai referensi.

Contoh Teks Anekdot Tema Politik

pexels.com/@karolina-grabowska

Abstrak contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Pada suatu pagi di sebuah warung kopi, datanglah seorang laki-laki paruh baya. Dia mengenakan setelan jas yang notabene jarang dilihat di lingkungan warung kopi tersebut.

Memang warung kopi omah joglo di daerah tersebut tidak pernah sebelumnya ada seseorang dengan tampilan sangat rapi. Biasanya yang mampir paling mentok adalah sales obat.

Komplikasi contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Pria berpakaian rapi tersebut adalah Pak Anton, seorang politisi dari partai politik besar. Dia sengaja datang ke tempat tidak biasa untuk menemui seseorang yang ternyata tidak biasa juga.

Anton mendatangi penjual dan mulai melihat menu, dia mengernyitkan dahi karena tidak ada hal spesial. Hanya tersedia kopi, wedang jahe, dan wedang uwuh untuk disajikan pada para pembeli.

Akhirnya, Anton memutuskan untuk memesan kopi susu saja, sebuah pesanan standar dengan harga murah. Dari menu terlihat harganya enam ribu saja betapa nominal tidak berharga baginya.

Anton duduk di sebuah meja di sudut ruangan sambil melihat sekelilingnya. Bukan tempat bagus, namun setidaknya bersih dan memiliki nuansa gaya lama sehingga menurutnya boleh-boleh saja.

Tidak sampai sepuluh menit penjual kopi sudah menyuguhkan pesanannya sambil melempar senyum. Anton melihat jam mewah di tangannya sudah menunjukkan pukul 9.15.

Lima belas menit telat, tentu Anton merasa tidak enak dengan suasana tidak biasa seperti ini. Namun, dia menguatkan diri agar dapat bertemu dengan seseorang yang telah dinanti.

Jalanan sudah memang sudah diaspal namun tetap sepi karena memang bukan opsi utama. Setidaknya masih ada penjual es lewat agar jalanan tidak terlalu sepi untuk dilihat.

Rasa kopi yang biasa saja membuat Anton tidak nyaman menunggu di warung tersebut. Sampai pada akhirnya, muncul mobil sedan warna hitam dan tiga orang berbadan tegap keluar.

Lanjutan contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Anton langsung berkeringat dingin karena mereka bukan orang yang ternyata dinanti. Susah payah Anton datang ke tempat terpencil ini sepertinya harus berakhir naas tanpa ada hasil positif.

Pria satu : “Selamat pagi Pak Anton, mohon kooperatif saudara kami tangkap tangan atas kasus korupsi dana pembangunan rumah sakit.” 

Anton : “Apa-apaan ini.”

Pria dua : “Barang bukti sudah ada di dalam mobil bapak, tidak usah melawan kita selesaikan di kantor polisi saja.”

Keempat orang tersebut hendak beranjak pergi, namun ternyata penjual kopi menghentikannya.

Pria tiga : “Pak, ini urusan polisi tidak usah ikut campur.”

Penjual kopi : “Saya bukannya ikut campur Pak Polisi, tapi orang ini ada urusan belum selesai dengan saya.”

Pria tiga : “Jika saudara menghalangi proses penangkapan artinya bapak juga melanggar hukum.”

Penjual kopi : “Bukan begitu pak, tapi bapak ini belum bayar kopi yang dibeli, masak lima ribu saja mau dikorupsi lagi, duh.”

Reaksi contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Ketiga polisi tersebut tertawa terbahak-bahak dan melepaskan borgol Pak Anton. Anton kemudian mengambil dompet dan mengeluarkan uang lima puluh ribu untuk membayar.

Belum beranjak pergi penjual kopi masih menghentikan langkah mereka lagi. 

Penjual kopi : “Sebentar bapak-bapak saya ambilkan dulu kembaliannya, biarpun miskin namun saya gak tega mau korupsi uang koruptor.”

Mendengar reaksi tersebut semua orang tertawa lepas, tentu saja Anton tidak ikut. Anton harus menikmati dinginnya borgol dan ikut ke kantor polisi bersama ketiga petugas berbadan tegap tadi.”

Contoh Teks Anekdot Tema Ekonomi

Berikut ada contoh teks anekdot dengan tema ekonomi beserta strukturnya.

Abstrak contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Pada suatu malam, di pos ronda terlihat sesosok pria dewasa yang sedang sibuk di bagian bawah. Pria tersebut adalah samijan, pemuda tanggung yang tidak jelas pekerjaannya.

Pos ronda tersebut tadi sore memang digunakan untuk bermain catur bapak-bapak. Samijan mengais sisa puntung rokok untuk nantinya dihisap sendiri karena tidak mampu membeli.

Samijan terlihat gembira pada saat ada satu batang rokok terselip di bawah tikar pos ronda. Tentu saja baginya itu adalah sebuah rezeki karena belum tentu dia bisa menikmati rokok secara utuh.

Komplikasi contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Jalanan di dekat pos ronda tersebut memang sebuah desa cukup terpencil. Namun, ada hal berbeda malam itu dimana sebuah mobil mercy tiba-tiba berhenti di depan pos ronda.

Pria berdasi itu mengacuhkan samijan yang berbaju lusuh dan tetap kelihatan kebingungan di dekat mobilnya. Dia melihat ponselnya sambil mengarahkannya ke langit.

Samijan berpikir mungkin orang tersebut mencoba mencari sinyal karena memang disini sangat sulit. Terlihat pria tersebut mengeluarkan satu bungkus rokok bermerk mahal.

Samijan bahkan belum pernah melihatnya langsung di warung desa dan hanya dari layar televisi saja. Waktu berlalu begitu cepat, satu dua tiga batang rokok dihisap sampai habis.

Pria tersebut sesekali melemparkan mata ke arah Samijan, namun tetap tidak ada kata keluar. Terlihat gelisah sambil menghisap rokok sampai batang terakhir dari kotaknya.

Lanjutan Contoh Teks Anekdot Politik, Ekonomi, dan Pejabat

Samijan masih sibuk memilih puntung rokok di bawah pos ronda tempatnya mencari. Dia tidak berani naik ke tikar karena memang badannya tidak bersih karena masih belum pulang ke rumah.

Setelah selesai memilah rokoknya Samijan akhirnya menyulut salah satu puntung bekas. Asap mulai mengepul dan aroma tembakau mengudara, dia merasa sangat senang.

Bisa merasakan rokok nikmat setelah seharian lelah bekerja meskipun uangnya hanya sedikit. Samijan duduk di tanah kemudian bersandar di salah satu tiang pos ronda sambil menikmati rokoknya.

Tidak berapa lama pria rapi itu melemparkan mata kepada Samijan. Akhirnya setelah cukup lama ada di satu tempat tanpa sepatah kata pria kaya itu menyapa samijan untuk pertama kalinya.

Pria rapi : “Mas punya rokok gak? Kalo punya saya minta satu, habis ini tadi.”

Samijan : “Oh, ada pak banyak ini saya kasih satu.”

Pria rapi : “Terima kasih, loh kok rokoknya tinggal puntungnya begini?Kamu niat ngasih gak?”

Samijan : “Ya memang begitu pak rokok saya, kalau bapak mampu beli rokok nah saya kan tidak mampu, jadi ya puntungnya saja.”

Pria rapi : “Wah gila orang ini.”

Tanpa berkata lagi pria rapi tersebut masuk ke dalam mobil dan menancap gas begitu saja. Tidak ada yang tahu ada urusan apa sebenarnya orang seperti itu di daerah terpencil seperti ini.

Reaksi contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Samijan tertawa ketika mobil mercy tersebut mulai dihidupkan untuk beranjak pergi. Pria rapi tadi masih menggerutu karena perlakuan dari Samijan yang berani menjahilinya.

Samijan : “Hahahahaha, yang gila itu justru bapak, masak orang kaya minta rokok ke orang gila, hahahaha.”

Tanpa ada kata apapun dari pengendara mobil mercy tersebut dia langsung tancap gas. Sementara itu samijan menikmati puntung rokok yang masih cukup panjang dari pengendara mercy tadi.

Contoh Teks Anekdot Tema Pejabat

Selain dua tema di atas, berikut ini ada contoh teks anekdot dengan tema pejabat.

Abstrak contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Minggu pagi itu terlihat sangat cerah, tentu saja Maryono sangat riang gembira. Buruh pabrik tersebut bisa beristirahat sambil menikmat paginya dengan secangkir kopi tidak lupa sebatang rokok.

Sambil asyik membaca surat kabar online minggu pagi maryono terlihat sangat bahagia. Kapan lagi buruh pabrik bisa berlagak seperti bos, meskipun hidupnya masih di rumah kontrakan.

Komplikasi contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Maryono mengangkat gelas untuk menyeruput kopi hangat, namun belum sampai menyentuh bibir. Sudah terdengar suara rombongan mobil dengan sirine kencang yang mengagetkannya.

Tentu saja seruputan pertama kopi Maryono harus berceceran karena kaget dengan suara tadi. Dalam hati Maryono merasa gusar mengapa harus ada ramai-ramai di hari minggu seperti ini.

Waktu minggu pagi seperti ini kebanyakan orang juga masih di sawah. Sementara ibu-ibu juga belum selesai mencuci di sungai, mengapa sudah ada rombongan mobil iring-iringan masuk.

Ternyata setelah dia melongokkan kepalanya keluar jendela, terlihat mobil plat merah bersama rombongannya. Mulai turun seorang pria memakai peci hitam, ternyata adalah bupati petahana.

Memang sekarang waktu menjelang pemilu sehingga wajar saja ada rombongan seperti ini. Padahal, selama lima tahun Maryono mengontrak di desa ini belum pernah ada tokoh atas datang.

Lanjutan contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Dia kembali menikmati kopi di ruang tamu dan melanjutkan aktivitas santainya. Sampai seseorang berbadan tegap menghampiri kontrakan Maryanto kemudian menyuruhnya keluar.

Lelaki berbadan tegap : “Pak mohon keluar sebentar ada kunjungan dari bupati ke desa adem ayem.”

Maryanto hanya menjawab dengan anggukan lalu lelaki berbadan tegap tadi langsung pergi begitu saja. Mungkin untuk memberitahu rumah sebelah terkait perkara serupa.

Maryanto membetulkan sarung lalu keluar sambil menenteng kopi di tangan. Tidak lupa batang rokok tetap nangkring di mulutnya karena mubazir ketika harus dibuang begitu saja.

Maryanto menyaksikan orasi dari bupati kepada beberapa warga yang berkumpul di jalan. Mayoritas ibu-ibu dan anak muda karena bapak-bapak biasanya memang masih ada di sawah.

Janji manis keluar dari mulut bupati dengan mudahnya seperti seorang sales rokok ketika menawarkan produk baru. Baginya ini adalah sebuah janji belaka yang nantinya juga dilupakan lagi.

Sebagai seorang pria ekonomi menengah memang Maryanto tidak pernah memikirkan politik. Dia memang bukan orang miskin, namun dibilang kaya juga jauh dari kata itu.

Lanjutan contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Sampai ketika bupati mengucapkan kalimat “Saya akan sejahterakan semua orang miskin di desa ini”. Maryanto seolah tersadar dari percakapan dengan pikirannya sendiri.

Maryanto : “Percuma pak disini semua orangnya tidak ada yang miskin, meskipun rumahnya jelek setidaknya bersyukur dan bisa bekerja sendiri tanpa minta bantuan pemerintah.”

Teriakan Maryanto tentu langsung menghentikan orasi bupati lalu dia menjadi sorotan sekarang. 

Bupati : “Maksud bapak apa?”

Maryanto : “Ya bapak hanya berjanji mensejahterakan orang miskin itu percuma. Sekarang orang di desa ini hidupnya sudah menengah pak, artinya janji bapak hanya omong kosong belaka dan tidak akan pernah dipenuhi.”

Reaksi contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Sontak ibu-ibu juga bersorak mendukung gagasan maryanto karena kenyataannya memang begitu. Sudah puluhan tahun desa tersebut tidak pernah tersentuh sama sekali bantuan pemerintah.

Bahkan kantor desanya sendiri kondisinya tidak terawat karena kurangnya perhatian pemerintah. Meskipun banyak rumah kayu di desa tersebut, namun semua orang masih mampu hidup mandiri.

Penutup

Ketiga contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat sudah Mamikos berikan sehingga kamu dapat menjadikannya referensi ketika hendak membuat sendiri. Semoga bermanfaat, ya.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta